"Jein..kita ketemu lagi" Kanaya, duduk di sisi kursi tunggu tepat di sebelah kiri jein yang kosong. Wanita itu tidak berubah, ia masih sama seperti dulu dengan rambut yang seperti memang selalu di potong rutin agar tetap sebahu tanpa di tutupi shelai benang pun untuk melindungi mahkotanya.Wajahnya menjadi sedikit lebih tirus setelah terakhir mereka berjumpa di saat kanaya berhasil melahirkan bayinya dan langsung beranjak pergi karena menyesali keputusan hidupnya yang telah memilih untuk menikah dengan jein hingga hamil dan mengubah postur tubuhnya yang menjadi berisi membuat wanita itu menjadi stress.
" Mama dan papa.." Kanaya tersenyum dan mengambil tangan ahkam untuk menyalaminya, namun ketika wanita itu mengulurkan tangannya pada Linda, wanita paruh baya itu tak kunjung menyambut uluran itu, bahkan ia tampak enggan untuk sekedar menatapnya.
" Jein di mana anak kita ?"
" Anak? Merasa jadi ibu kamu?"
" Ma.." jein buru bangkit sebelum mama melakukan tindakan kekerasan. Ia tak mau ada korban luka ataupun drama drama lain yang akan menyebabkan permasalahan semakin panjang dan ia akan kehilangan banyak waktu untuk merawat bintang.
" Ngapain dia muncul di sini lagi jein? Dia itu udah pernah ngancurin kamu, udah pernah ngebuat Lala kehilangan gimana rasanya punya ibu"
" Lala..? Nama anak kita lala ?"
Kanaya tak mau sakit hati dengan apa yang di katakan Linda. Nyatanya memang benar lah seperti itu dirinya dulu. Meninggalkan suami dan juga anaknya yang masih merah karena baru saja di lahirkannya." Dia bukan anak kamu" linda terlihat lebih emosi di bandingkan jein yang tetap diam dengan wajahnya yang terlihat kuyu.
" Sudah ma.." ahkam mencoba menarik lengan sang istri, membawanya menjauh, walaupun linda terus memberontak dengan mata yang memerah dan juga jari telunjuknya yang terus menunjuk nunjuk Kanaya dengan penuh kebencian. Ia tidak akan pernah lupa dengan apa yang pernah di lakukan oleh mantan menantunya itu. Ibunya mana yang tega meninggalkan putrinya yang baru saja di lahirkan, bahkan enggan memberikan ASI. Padahal di luar sana banyak kaum wanita yang mendambakan hal sedikian rupanya.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
" Ternyata membawamu kembali ke hadapan mereka bukanlah pilihan terbaik" ujar Niar.
" Ku rasa begitu"
Sial sekali Niar. Ia sungguh benar benar ingin minta maaf dengan keluarga ahkam dan terutama kepada bintang. Ketika ketemu Kanaya, yaitu mantan istrinya jein, ia berpikir akan lebih baik jika mereka sama sama meminta maaf, yang mungkin dengan begitu jein menjadi lekas luluh hingga mau memaafkan dirinya.
Namun ternyata penampakan wajah kanaya di hadapan keluarga itu bukanlah hal yang baik, terutama untuk Linda yang terlihat benar benar menyimpan kebencian untuk mantan menantunya yang dengan tega meninggalkan bayinya hanya kerena ingin melanjutkan cita-cita nya yang tertunda.
" Kenapa kamu tega meninggalkan Lala di saat ia bayi?"
Kanaya tak langsung menjawab. Ia menarik napasnya sebentar dan mendengkus dengan cukup keras.
" Itu kebodohan sangat aku sesali" jeda sesaat." Tubuhku tidak terlihat indah saat aku mulai hamil dia dan banyak dari teman temanku mengatakan bahwa aku tidak mungkin bisa menjadi model setelah melahirkan nanti. Apalagi aku harus merawat anakku, sehingga tidak mungkin aku pergi ke ibu kota untuk memperjuangkan cita citaku"Kanaya tersenyum miris. "Seharusnya aku memilih untuk tetap bersama mereka saja"
" Kami menyesal setelah sukses?"
Kanaya menggeleng." Kesuksesan adalah suatu kebahagiaan ya menjadi dambaan oleh setiap orang. Namun yang ku sesalkan adalah, aku kehilangan peranku sebagai seorang ibu dan istri"
" Sudah ku bilang, jangan pernah ganggu kebahagiaan bintang"
Niar dan Kanaya sama terkejutnya ketika tiba tiba aldo menghalangi langkah kaki mereka yang menuju parkiran rumah sakit. Niar dapat menebak, sepertinya lelaki itu memang baru ingin menjenguk adiknya.
" Do, aku gak nyerah"
" Niar tolong jangan ganggu mereka" Aldo terlihat frustasi. Lelaki itu menarik napasnya dalam dalam dan mengeluarkannya dengan begitu kasar. Ia terlihat begitu putus asa untuk menghadapi Niar yang sekarang malah dengan beraninya membawa Kanaya yang statusnya adalah mantan istri jein.
" Bintang udah maafin kamu, jauh sebelum kamu minta maaf. Dan dia udah coba ngelupain semua perlakuan kamu yang terus menerus mengatakan dirinya pelakor. Butuh waktu tiga tahun sampai akhirnya ia bisa merasakan kehidupan yang begitu normal"
Aldo berjalan meninggalkan Niar yang masih mematung. Dia tahu, bahkan sangat tahu bahwa bintang memang semulia itu! Bintang bahkan tidak pernah membalas setiap perkataan kasar dan juga perlakuannya yang di luar nalar. Bintang selalu diam tanpa mau mengeluarkan kata katanya, yang terlihat hanya sederetan air mata yang jatuh ke pipinya, lalu ia coba sembunyikan dengan menunduk diam diam menghapusnya. Niar menyadari itu sedari dulu, namun ketika kembali di ingatkan oleh sang kakak dari si korban, entah mengapa menbuat dadanya kian sesak ketika menyadari betapa jahatnya dirinya.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
" Kamu gak bahagia mas ?"
Jein mencoba tersenyum ketika mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut bintang. Tentu saja ia bahagia ketika mengetahui bintang tengah mengandung anak kedua dan ketiganya secara bersamaan, hanya saja ada banyak penyebab yang membuatnya merasa begitu khawatir.
" Aku bahagia kok"
"Muka kamu lemes gitu. Mas belum makan ?"
Jein menggeleng. " Belum. Aku makannya sehabis kamu makan"
" Aku mual kalok makan pagi"
" Tapi kamu harus makan, biar tambah kuat dan cepat sembuh"
" Aku gak sakit mas."
Jein cepat cepat mengaguk. " Memang gak sakit, tapi kamukan mengandung dua sekaligus jadinya kamu butuh banyak asupan makanan"
" Tapi aku mual"
Bahu jein menurun ketika bintang kembali mengatakan kalimat seperti itu. Dulu Ketika hamil muda shaakel, bintang juga begitu. Bintang tidak bisa makan pagi, setiap makan ia pasti memuntahkan semua isi perutnya, membuatnya malah menjadi lemah. Namun bedanya waktu itu bintang dan kandungan tidak berada di fase lemah yang bisa membahayakan ibu sekaligus anaknya sekalian.
" Kamu aneh. Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan ?"
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Assalamualaikum..
Jangan lupa kewajibannya terhadap Allah SWT.