Linda sudah membicarakan permasalahan jein kepada suaminya ahkam dan seperti biasa, suaminya selalu punya solusi yang dapat sedikit melegakan hatinya.
" Dia Anniar, panggil aja biar.." linda memperkenalkan wanita cantik dengan balutan celana jeans hitam dan cardigan panjang berwarna abu abu juga jilbab yang sedikit pendek atau bahkan jauh lebih pendek dari jilbab yang bintang kenakan.
" Hallo, saya niar..." Wanita itu mengulurkan tangannya kepada jein, sedikit ragu hingga akhirnya jein menerima uluran itu.
" Saya jein.."
Wanita itu tersenyum lembut. Di kala bintang yang ada di hadapannya saat ini, pasti wanita itu tidak mungkin mengulurkan tangannya kepada jein." Duduk dulu niar.."
Niar lagi lagi tersenyum ke arah linda, hingga di pikir pikir sejak dari pertama kali sampai, sudah berapa kali gadis itu tersenyum. Kalau bintang, pasti wanita itu tidak akan mengumbar senyum manisnya kepada pria yang bukan mahromnya, bintang terlalu menjaga diri dan itu membuat jein sangat menghormati nya." Sekarang kegiatan kamu apa..?" Jein yang pertama kali membuka suara, ia sengaja duduk beda kursi dengan niat, sebab jika di ingat ingat, bintang tidak pernah mau duduk terlalu berdampingan.
Ah sialnya.. kenapa ia harus membanding bandingkan antara Bintang dan Niar.
" Aku hanya diam di rumah saja menemani ibu, soalnya ayah kan selalu sibuk dengan pekerjaannya"
Jein mengaguk mengerti. " Pernah kuliah dimana..?"
Niar menggeleng. " Aku gak kuliah.."
" Kenapa..?"
" Bagiku selama ini ayah mampu mencukupi kebutuhan hidupku.."
" Lalu sampai kapan kamu akan bergantungan dengan ayahmu..?"
" Eh..?" Niar langsung menoleh ke arah jein, namun lelaki itu malah langsung memalingkan wajahnya, yang ia ingat, bintang tidak suka jika sepasang matanya bertatap langsung dengan yang bukan mahromnya.
" Aku gak mungkin selamanya bergantung kepada ayahku. Kelak aku akan menikah dan tanggung jawab itu akan beralih kepada suamiku.."Jein diam, tidak lagi mengeluarkan suara. Bukan berarti ia mengungkapkan bahwa yang di katakan niar adalah benar, bahkan ia berpikir bahwa wanita yang ada di depannya ini sama sekali tidak memiliki niat untuk membahagiakan kedua orang tuanya sebelum ia benar benar ikut suaminya.
Dan itu sangat berbeda dengan seorang bintang Akana.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Bintang tersenyum kikuk ketika mendapati Linda tengah berdiri di depan pintu ruangan jein. Ia baru saja ingin keluar ingin membeli minuman dingin untuk menghilangkan rasa penatnya karena barusan ia menemani jein untuk melakukan operasi.
" Assalamualaikum Bu.." Bintang mengambil satu tangan linda yang bebas, karena saat ini wanita paruh baya itu tengah menggendong Lala.
" Waa'laikumsalam bintang, mau kemana nak..?"
" Mau beli minum dingin buk.."
Linda mengaguk, mempersilahkan Bintang untuk keluar melewatinya.
" Ma..ma..."
Langkah Bintang langsung terhenti ketika lala menatapnya sambil merentang rentangkan tangannya dari balik tubuh Linda.
" Tante bintang mau ke kantin sayang..kita masuk ya ."
Lala semakin merengek-rengek tidak jelas, membuat bintang kembali beberapa langkah untuk mendekati bayi itu.
" Kalau sama saya boleh gak Bu..?"
Tanya bintang dengan ragu ragu, sebenarnya ia agak canggung karena beberapa minggu ini jein sedikit kurang ramah dengannya.