Bintang menjinjing sendal swalownya dari teras masjid Al Huda. Hari ini ia senang sekali karena jein membebaskannya untuk melakukan apapun yang ia mau. Entah kemana perginya pria berjas putih, namun apa peduli bintang..!
" Enak banget kalau punya rumah di masjid ini, tiap saat bisa sholat disini deh" bintang takjub dengan keindahan masjid Al Huda. Selain tempat yang luas, masjid ini di kelilingi keindahan bagaikan di taman, lalu dalamnya sangat sejuk, setiap ada banyak ukiran kaligrafi dan lampu lampu yang besar nan indah. Terasnya juga sangat luas, pasti enak deh kalau dengarin ceramah di sini.
" Pak marbot di sini..?"
Seorang lelaki paruh baya yang tengah memegang gagang pel itu tersenyum lebar ke arah bintang. Lalu kepalanya mengaguk.
"Bapak tinggal di sini..?"
Lelaki itu menunjuk ke arah ruangan kecil yang terletak di samping pakiran .
Bintang bingung, lelaki itu tidak berbicara sepatah katapun. Apa dia tidak nyaman berbicara dengan bintang.?
" Dia tidak bisa berbicara nak" seorang wanita berhijab lebar keluar dari pintu masjid.
" Eh ibuk.." tangan bintang terulur untuk menyalami seorang wanita paruh baya itu.
" Wah sopannya.."
" Semua yang lebih muda harus menunduk di hadapan yang lebih tua"
" Iya, kamu benar sekali"
Bintang tersenyum.
" Dia suamiku, namanya Arman.
Kami datang dari kampung, kami tidak punya tempat tinggal. Seorang ustadz menawari kami untuk tinggal di sini sebagai marbot sambil menunggu uang kami cukup untuk menyewa rumah sendiri"
" Nama ibu siapa..?"
" Laila, nama saya Nurlaila"
" Ibu kerja apa..?"
" Saya hanya menjadi asisten rumah tangga, itupun kalau ada yang memanggil membutuhkan tenaga saya, pekerjaan saya tidak tetap".
Laila duduk di anak tangga dekat teras masjid di ikuti oleh bintang.
" Anak kami ada 4 yang paling kecil berusia 4 tahun. Cuman dia yang kami bawa ikut ke tanah rantau, yang lainnya tinggal bersama nenek mereka di kampung"
" Anak ibu dimana..?"
" Kayaknya lagi tidur siang. Biasanya abis juhur gini dia langsung tidur"
" Cowok apa cewek buk..?"
" Cowok nak, kalau mau kamu bisa main main ke tempat tinggal kami"
" Boleh buk..?
Kebetulan ini bintang lagi gak ada kegiatan..!"
" Tentu saja, ayo"💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
" Tante tau gak..?" Bintang menunduk, ia menyeimbangi tubuhnya dengan tubuh kecil milik Nanda anaknya pak Arman dan buk Nurlaila.
" Walaupun bapak gak bisa ngomong, tapi bapak gak pernah main tangan ke Nanda. Bapak kan bisa ngomong, jadinya gak bisa ngomel ngomel, tapi bapak gak pernah mukul anak anaknya kalau kami nakal"Empat tahun sebijak ini..?
" Makanya nanda jangan nakal ya. Walaupun bapak gak pernah marah sama nanda, tapi nanda gak tau kan klok kalau hati bapak terluka..?"
Nanda kecil menggeleng.
" Nanda tau gak kalau berbakti kepada orang tua itu bisa membawa kita ke syurga."
" Tau kok Tan..kayak kisah Uwais al-Qarni kan Tan..?"
" Eh kok bisa tau sih .?"
" Ibuk pernah cerita soalnya.."
Bintang menatap takjub ke arah Nanda dan buk Nurlaila yang masih berkutik dengan potong potongan kacang panjang.
Anak lelaki berumur empat tahun sudah tau kisah Uwais al-Qarni yang sangat berbakti kepada orang tuanya hingga sampai wafat.
Sedangkan bintang...?
Ia baru tau kisah itu setelah kelulusan nya dari bagku SMA.
" Nanda jadi anak ahli syurga ya sayang"
Bintang mendaratkan kecupannya di kening Nanda, kelak kalau ia punya anak, ia akan menjadi sosok ibu seperti buk Nurlaila yang mengajarkan nanda banyak hal dari sejak dini.💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
" Jangan pernah pulang deluan sebelum saya pulang" bintang mencatat apa yang di katakan jein ke dalam kertas peraturan yang Pernah di berikan jein kepadanya.
" Baiklah pak"
" Hari ini ada jadwal operasi kan..?".
" Ada pak, pasien anak kecil berumur 12 tahun. Sakitnya usus buntu"
Jein mengaguk, lalu melangkah keluar dari ruangan. Namun baru beberapa langkah kakinya keluar dari ruangan, jein memutar balikkan tubuhnya menghadap bintang.
"Kamu jangan panggil saya bapak..?"
" Eh maksudnya..?" Bintang agak bingung dengan permintaan jein. Bukankah setiap dokter yang ada di sini jika itu lelaki akan di panggil bapak olehnya.
" Kemarin saya liat kamu belik somay"
Lho...mangkin bingung ini bintang di buat jein. Apa hubungannya somay dengan panggilan bapak.
" Terus pak"
" Kamu bilang begini, ' pak beli somaynya dong'. Saya gak suka panggilan saya sama kayak tukang somay"
Owalah emang dokter aneh, masak iya sih cuman karena tuturan panggilan ia bisa sekomplin ini.
" Owh jadi saya harus panggil tukang somaynya dengan sebutan wak gitu..? Ya pak..?"
Jein termenung menatap bintang, ia tau pasti gadis ini paham dengan apa yang di maksudnya. Tapi gadis itu memilih melakukan hal hal yang berkelit kelit.
" Call me doctor jein.."
" Harus bahasa inggris pak.."
" Apa bedanya ucapan dokter dalam bahasa Inggris dan Indonesia bintang"
Suara jein meninggi, membuat bintang langsung mengaguk ngagukan apa yang di ucapkan pria itu.🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Assalamualaikum...
Jangan lupa juga baca air mata cinta ya.