" gimana....?" Linda menaik turunkan alisnya. Kenapa jein tiba tiba merasa bahwa mamanya seperti pemeran tokoh antagonis di dalam sebuah perfilman.
" Dia mau.." jawab jein singkat.
Linda tersenyum kegirangan" kalok gitu mama siap siapin si lala dulu ya. Kalian kan perginya pagian"
" Kok bawa lala juga sih..?" Protes jein.
" Hei manfaatin waktulah. Kalian gak akan bisa sedekat ini kalau tanpa Lala. Sadar dong..!"
" Jangan manfaatkan Lala ma. Dia anakku.."
" Dia juga cucu mama.."
" Lala darah dagingku ma.."
" Kamu anak jumpa.."
" Seperti biasa. Kalimat andalan mama.." jein memutar bola matanya jengah" terserah mama deh.." lalu ia melangkah menuju kamarnya berada di lantai atas.
Linda tersenyum menang, rasa bangga begitu berkembang di hatinya. Memangnya kapan lagi ia menjadi mak comblang..? Si bungsu Sofia bahkan sudah menikah dan memiliki seorang. Tapi masih ada si dudu anak satu ini. Kesempatan baginya untuk menjadi mak comblang buat anaknya sendiri.
" Jangan di paksa kali mah. Papa takut jein gagal lagi ma.." ahkam datang menghampiri Linda, lalu menjatuhkan tubuhnya di sebuah sofa, tepat menghadap televisi yang belum menyala.
" Kali ini mama yakin kok pa. Mama juga udah sholat istikharah untuk jein. Dan Alhamdulillah udah di kasih petunjuk oleh Allah." Jeda sesaat." Mama siapin lala dulu ya, soalnya mau di bawa jein kondangan" linda menepuk pelan bahun suaminya sebelum akhirnya ia melegang pergi menuju kamar jein.
" Udah siap belum..?" Kepala Linda menyembul dari balik pintu. Membuat jein ikut membalikan tubuhnya.
" Mama...?"
" Udah siap belum.." ulang linda.
" Belum. Jein bingung mau pakek baju apa.." jein kembali menghadap ke lemarinya, memilah milah baju yang sudah di gosok dan di gantung rapi di lemarinya. " Pake kemeja sama jas aja apa ya ma..?"
Linda memutarkan matanya jengah.
"Jangan. Kami pikir mau meeting apa..? " Satu tangannya langsung masuk ke lemari jein dan mengambil satu pakaian dengan motif batik berwarna coklat ke itam itaman dengan tambahan warna kuning di bagian bagian tertentunya" ini aja. Cocok buat undangan, celananya bahan kain yang warna hitam pas kok.." jein mengaguk, ia mengambil pakaiannya dari tangan linda, lalu masuk ke kamar mandi untuk menggantinya." Kamu harus berdoa, biar kali ini pesona papa kamu yang sok jual mahal itu berhasil" dengan lembut tangan linda mengambil tubuh kecil Lala, membuat lala terbangun dari tidurnya dan mengerjap ngerjap silau.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Bintang mengosok gosok hidungnya dengan sebuah tisu, rasanya tidak mengenakan ketika ia harus melihat sahabatnya bersanding namun ia malah dalam keadaan yang begitu buruk.
Jein keluar dari mobil di depan pagar kontrakan bintang dengan tetap membiarkan lala di dalam mobi menggunakan kursi kusus bayi.
" Lalanya mana pak..?"
" Ada di car seat...!"
Bintang mengaguk, jein memperhatikan bintang yang menggunakan baju terusan menggembang yang berwarna coklat susu dengan jilbabnya yang senada dan yang seperti biasa, jilbab yang terlalu lebar bagi jein. Polesannya..? Tidak beda jauh seperti hari hari biasanya bagi jein. Bintang hanya terlihat menambah sedikit yang berwarna hitam di bawah matanya yang jein tidak ketahui namanya, tapi itu membuat mata bintang terlihat lebih tajam.
" Kamu flu..?"
Bintang mengaguk" saya pake masker biar lala gak ketularan pak."
Bintang melangkah ke pintu belakang hendak masuk namun segera di hentikan oleh jein.
" Duduk di depan aja. Biar car seat ya di lepas.."
" Gak baik pak, kita kan bukan mahrom.."
" Tapi lala gak nyaman duduk di car seat..!"
Tangan jein mulai melepaskan Lala dari car seat, memberikan tubuh kecil anaknya kepada bintang.
"