BAB 36

6.5K 285 4
                                    

Dari sudut ekor matanya, bintang melirik jein yang tiada hentinya melirik dirinya. Dari bangun tidur tadi jein memang sudah sangat aneh, entah mimpi buruk apa yang di alami suaminya itu sampai sampai bisa berbicara ngalor ngidul seperti itu.

" Kamu kenapa sih ?"
Bintang meletakkan sendoknya kembali pada piring, membuat aldo dan jein memperhatikannya yang terlihat kesal.

" Kenapa dek ?" Aldo mengambil segelas air putih dan langsung meneguknya sampai setengah.

"Mas jein kenapa sih ?"

Jein yang menjadi pusat pembicaraan langsung menggeleng kan kepalanya dengan cepat.

" Kepalanya ke bentur di mana? Sampe sampe orangnya jadu aneh gitu"

Aldo melihat ke arah jein. Lelaki itu malah sibuk memperhatikan wajah adiknya yang sedang kesal.
" Heh..kamu kenapa sih ?"

" Hah ?"

" Ya ampun.." bintang menangkup wajahnya dengan tangannya, ia benar benar sangat kesal dengan tingkah jein. " Bintang mau ke kamar " ia bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar, meninggalkan aldo dah jein yang tengah kelimpungan.

" Susul sana. Ngapain kamu bengong di sini"

" Hah ?"

" Ya ampun jein. Dari tadi sore kamu kenapa jadi bego gini sih ?" Aldo histeris sendiri melihat respon adik iparnya yang sedikit cengo itu.

" Iya iya. Aku ke kamar dulu bang "

" Hem.." aldo hanya bergumam, ia masih sangat gereget dengan tingkah jein yang benar benar membuatnya menggeram.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Sepanjang jalan ia menuju kamar, ada satu yang baru jein sadari, bahwa di sepanjang dinding lorong itu juga terdapat foto dirinya dengan bintang yang tengah menggunak gaun pengantin.

" Bego...bego bego bego.." jein memukul kepalanya sendiri. Efek dari mimpi buruk sore tadi benar benar membuatnya tidak waras. Ah.. mungkin bintang juga sedikit sakit hati. .. hello bukan sedikit lagi atuh.

" Sayang.." ketika membuka pintu. Pemandangan yang pertama kali jein dapat adalah bintang yang tengah berbaring membelakanginya sambil menepuk nepuk pelan pantat anaknya itu.

" Kamu ngambek..?" Jein ikut berbaring di samping bintang, tangannya melingkar pada pinggul bintang sambil sesekali menciumi rambut sang istri. " Maaf ya. Tadi aku mimpi buruk banget. Sampe efeknya benar-benar bikin aku jadi kacau."

Bintang masih diam.

" Aku mau kehilangan kamu. Aku takut kehilangan kamu. " Jein menghela napasnya dengan gusar.
" Mungkin aku bego ya.? Tadi itu mungkin mimpi terburuk aku. Aku ngerasa kamu sama aldo benar benar pergi ninggalin aku dan gak kembali lagi. Kamu tau sendiri kan gimana bodohnya waktu kamu tinggalin aku ke Jepang buat pengobatan Aldo.! Kamu gak ngebuka mata kamu sedikit pun,  aku benar benar takut kamu pergi "

Mata bintang memerah mendengar cerita jein yang dulu sempat membuat lelaki itu kelimpungan seperti orang bodoh. Jein bahkan nyaris menikah dengan niar jika wanita itu tidak cepat sadar akan kesalahannya, mungkin saat ini jein adalah suaminya Niar, bukan suaminya.

Bintang membalikan badannya, menghadap ke arah jein yang masih setia menatap ke arahnya.
" Kamu jangan ngomong gitu lagi ya " tangannya memegang pipi jein dengan lembut. " Aku sedih kalok ma cerita kayak gitu lagi.."
Bintang menjatuhkan kepalanya dalam dada jein. Mengeluarkan air mata yang sudah sedari tadi ia tahan.

" Iya. Aku gak akan ngulang cerita itu lagi. Kamu jangan nangis dong, ntar di kirain bang aldo aku jahatin kamu lagi "

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

"Mama..papa ndak pande nyisilin lambut Lala, jadi jelek"
Lala duduk di lantai, tangannya bersedekap di dada, wajahnya di tekuk cemberut karena rambut yang di sisir tidak seperti biasa oleh jein.

" Udah kayak gitu aja udah cantik kok" jein menghampiri Lala, berniat menggendong anaknya yang sedang menggambek itu.

" ndak mau..lala maunya sama mama"
Lala mengelesot mengapit kedua kaki bintang dengan kedua tangannya.

" Yaudah sini mama gendong "
Lala membungkuk kan tubuhnya hendak mengambil lala, namun di larang oleh jein.

" Sama papa aja. Kalok sama mama, kasian dede bayinya yang ada di perut mama "

" Maunya sama mama.." lala menangis kecil sambil menggeratkan pelukannya pada kaki bintang.

" No Sayang "

" Udah gapapa mas. Aku masih sanggup kok gendong Lala "

" Tapi lala udah berat lho.."

" LALA GAK BELAT PAPA "

Jein meringis sambil menggosokkan gosokkan  telinganya yang sedikit berdengung dengan jeritan Lala.

" Mas bilangkan ke bang aldo dong. Aku mau ikut dia kerumah mama Eva"

" Ngapain ke rumah mama Eva ?"

" Bosen aja di rumah gak ngapain ngapain juga."

" Ikut aku aja ke rumah sakit kalok bosen "

Bintang menggeleng gak setuju.

" Kenapa sih ?"

" Di rumah sakit juga ngapain ?"

" Duduk duduk aja di ruangan aku"

" Ya lebih ngebosenin lah."

" Iya. Kita ke lumah nenek eva aja ma, napain ikut papa"
Jein langsung menatap lala dengan kesal, anak itu malah sibuk sama boneka barbienya yang udah di perotilin entah kemana kaki entah kenapa kemana tangannya.

" Kenapa emangnya!"

" Ndak ada tivinya"

" Kan ada hp"

" Kan papa papa ndak ada paket buat noton utube. Lagian papa sendili yang bilang ndak boleh mainin hp, ntar matanya lusak kayak panda"

Hidung jein sudah kembang kempis mendengar jawaban lala yang kelewat lancar. Padahal dia beneran seneng lho kalau bintang ikut dia ke rumah sakit. Jadi gak ngebosenin gitu.

" Mas... rambut aku tolong di cocangin dong"

" Tapi ikut aku kerumah sakit ya !"
Jein berjalan menuju meja rias bintang, hendak mengambil sisir.

" Gak bisa mas. Mama eva juga pengen ketemu sama Lala"

Jein memutar bola matanya. " Halah. Mama kan sering kemari. Kalok abis dari panti pasti singgah juga "

" Ya tapikan aku udah lama gak kesana. Pengen jumpa papa briyan juga"

Jein hanya diam, tangannya dengan telaten menyocangin rambut bintang. Ini sudah biasa bagi jein. Bintang selalu menyocangin rambutnya jika hendak berpergian agar tidak panas karena terrurai. Kalau kalian bertanya kenapa gak di sanggul aja, jawabannya adalah.. bintang gak mau jadi wanita yang mempunyai punuk unta katanya, lagian wanita haram memakai sanggul jika hendak sholat dan bla bla bla.. pokoknya panjang deh.

" Kamu jangan lupa sholat Dhuha ya di sana."

" Iya sayang."

Seperti biasa, sebelum jein pergi kerumah sakit. Maka dengan sigap bintang akan mengingatkan suaminya itu untuk menunaikan sesuatu yang bersangkutan dengan yang namanya kebaikan. Mungkin orang lain akan menganggap bintang cerewet, tapi bagi jein bintang hanya tidak mau suaminya melupakan sang penciptanya.

Ah... jein benar benar bahagia memiliki istri seperti bintang.

" Dadaaaahhhh papa.."

Bintang dan lala melambai lambaikan tangan dari depan pintu untuk melepaskan kandaskan keberangkatan jein ke rumah sakit.
Hal seperti itu terjadi setiap hari, namun jein selalu menikmatinya tanpa merasa bosan.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Assalamualaikum..

Gimana ?

Lanjut?

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang