BAB 22

6.3K 276 7
                                    

Jein menatap bintang yang tengah sibuk dengan sebuah bukunya. Untuk hari ini ia hanya berbicara beberapa patah saja dengan bintang, ia bahkan melihat wajah bintang yang sangat ceria dan menurutnya itu adalah sebab dari pertemuannya dengan yang namanya dodo atau dodol itu.

" Pak.."
Jein hanya mengakat alis untuk merespon panggilan yang di lontarkan bintang, ia begitu malas untuk mengeluarkan suaranya.
" Sudah waktunya pulang.."
Bintang tersenyum manis, manatap jein yang saat ini enggan untuk memperdulikannya.

Jein mengaguk, mempersilahkan bintang untuk pulang. Bintang mengambil tasnya, lalu berbalik menatap jein yang masih setia di kursinya.
" Assalamualaikum pak. Saya deluan.."

Tidak ada jawaban, sampai tubuh bintang benar benar hilang dari balik pintu berwarna coklat itu.

" Waa'laikumsalam.." ucapnya dengan
Suara yang begitu kecil.  Ia meraup wajahnya dengan frustasi, bagaimana cara ia mengatakan bahwa lala rindu dengan bintang, bayinya menangis mencari sosok wanita yang akhir akhir ini menemani hari harinya.

Tak lama ia ikut bangkit meninggalkan kursinya dan ruangan nya, ia akan pulang ke rumah mamanya lagi, untuk saat ini ia belum bisa untuk mengasuh anaknya sendirian tanpa bantuan mamanya.
" Lala baru aja tidur.." linda meletakkan secangkir kopi susu kesukaan jein di atas meja makan.

" Pasti nangis lagi.."

Linda mengaguk. Akhir akhir ini ia bisa melihat bagaimana keadaan anak sulungnya yang berantakan, tidak secara fisik memang.

" Maafin mama.." linda mengelus ngelus rambut jein yang tetap rapi walaupun hatinya tengah berantakan.

" Mama gak salah apa apa.." jein menangkap tangan linda, lalu membawanya ke arah wajahnya dan mengecupnya singkat.

" Tapi ini gara gara mama yang terlalu terobsesi sama bintang.."

" Udah jalannya ma, seharusnya jein juga sadar diri ya kan. Jein ini duda anak satu lho ma. Sedangkan bintang itu masih gadis dan muda.."

Linda ingat benar dulu jein juga pernah mengatakan hal yang sedemikian rupa. Namun ia memaksa agar jein jangan malu dengan statusnya, lagi pula memang benar bahwa jein masih terlihat sangat muda.

Jein sendiri bahkan tidak sadar akan keadaannya waktu itu. Ia meraba dadanya, ia tidak dulu bahwa di sini dulu sempat berbunga bahagia, ia bahkan menyia nyiakan rasanya sebelum ia sendiri akhirnya merasakan yang namanya kehilangan, tapi apa dia benar benar kehilangan..? Lagi pula si dodol itu juga belum menikahi bintang.

Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa, beberapa menit yang lalu mamanya meninggalkannya sendirian untuk menikmati rasa sepinya yang tiba tiba saja baru terasa.

Bintang itu begitu tulus, ia bahkan sangat ingat ketika pertama kali ia meminta bintang untuk menginap di rumahnya dengan pasal lala yang baru saja di tinggal pergi oleh baby sister nya. Walaupun sungkan karena mereka berada di dalam atap yang sama tanpa ada hubungan apa apa, namun akhirnya wanita itu menyetujuinya karena lala.

Lagian kenapa tiba tiba ia menjadi mellow begini sih..? Yang ia tau ia hanya baru menyadari perasaannya yang lalu banting stir menjadi patah hati karena kedatangan lelaki itu.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Bintang tak henti hentinya tersenyum menatap aldo yang masih setia memakai bunny hat berdesain hello Kitty,  banyak juga orang orang yang menatap geli ke arah mereka, pasalnya saat ini mereka tengah berada di alun alun kota Langsa.

" Iiss gak malu apa..?"

Aldo menatap bintang " lho tapi kamu yang minta aku pake ini.."

" Iya tapikan aku malu.."

" Lho jadi gimana sih..?"

Aldo menatap bintang bingung, tadi wanita itu sendiri yang memintanya untuk memakai bunny hat hello Kitty yang memang sengaja di bawa wanita itu dari kontrakannya.

" Lepas aja deh. Aku malu orang orang pada ngeliatin kamu gitu.."

" Cemburu..?" Aldo menaik turunkan alisnya untuk menggoda bintang.

" Cemburu..?" Beo bintang.

" Iya "

" Enggak tuh.."

Aldo melepaskan bunny hat yang ada di kepalanya, lalu meletakkannya di atas kepala bintang, menepuk nepuk pelan pucuk kepalanya, lalu membawa gadis itu pergi dari tempat itu yang sepertinya menjadi tontonan bagi orang orang, apalagi ini malam Minggu yang penuh dengan remaja yang tengah berkencan yang menurut aldo seperti manusia tidak punya modal.

" Kamu pernah pacaran gak..?"

Ia memberikan satu cup kopi kepada bintang, wanita itu mengambil nya lalu menggeleng geleng kan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Aldo.

" Yang benar...?"

" Gak percaya..?" Bintang balik bertanya.

" Bagus kalau gak pernah. Kamu anak perempuan, harus pandai pandai jaga diri, jangan mau di bodoh bodohin sama anak lakik "

" Anak lakik juga gitu. Jangan ke gatelan, sekali nampak cewek bening dikit langsung di sosor kayak bebek aja.."

" Aku gak kayak gitu lho.."

" Masak..!"

" Walaupun aku ganteng dan banyak yang suka, tapi aku gak maulah yang namanya pacaran. Rugi.."

" Narsis amat pak.."

Bintang tertawa membuat Aldo ikut tersenyum lebar. Ini yang dari dulu di harapkan nya, melihat tawa lepas bintang tanpa harus ada air mata yang mengalir membasahi pipi mulus wanita itu. Ia menatap lekat wajah bintang yang mungkin menjadi lebih putih dari terakhir kali mereka bertemu dulu, hidungnya juga lebih terlihat mancung, tubuhnya tinggi semampai seperti dirinya.

" Ayo pulang.. besok kita ke yayasan yang mama oke..?"

Bintang mengaguk, besok memang ia tidak memiliki pekerjaan, hari minggunya biasanya di habiskan hanya dengan menulis novel atau mengulang ngulang kembali hafalan Qur'an nya.

" Jemput jam berapa besok .?"

" Jam sepuluh deh. Gak ada kegiatan kan..?"

Bintang menggeleng, ia menyandarkan tubuhnya di kursi mobil, menatap jauh ke depan yang di penuhi dengan pedagang pedagang. Matanya menatap Aldo yang fokus pada jalanan, sebuah senyum terbit di bibirnya yang menyatakan bahwa saat ini ia benar benar bahagia.

Tiga puluh menit kemudian mereka sampai di kontrakan bintang. Aldo melihat ke samping dan mendapati bintang yang tengah tertidur pulas, maklum ini sudah tengah malam dan seharian tadi bintang juga berkerja. Untuk membangun bintang yang tengah tertidur dengan pulas, membuat aldo tidak tega untuk membangunkan wanita itu dari tidurnya.

Ia keluar dari mobilnya, lalu melihat ke sekelilingi lingkungan kontrakan bintang yang sepertinya sudah sangat sepi. Aldo berlari ke teras kontrakan bintang, lalu mengambil sebuah kunci yang di letakkan bintang di bawah pot bunga anggrek. Ia membuka pintu itu dengan lebar, lalu kembali berlari ke dalam mobilnya dan mengakat tubuh bintang untuk segera masuk ke dalam, ia tidak mau kalau sampai ada para tetangga yang melihatnya dan mencemarkan nama baik bintang lalu membuat gadis yang ada dalam dekapannya ini kembali menumpahkan air mata.

Dengan pelan pelan ia meletakkan tubuh bintang ke atas kasurnya. Ia menatap wajah damai bintang, betapa rindu ia dengan wanita ini. Ia mengecup singkat kening bintang, ia tidak mau bintang terbangun dan marah marah kepadanya.

Kakinya melangkah keluar dari kamar bintang dari sebelumnya ia meletakkan satu kunci rumah bintang dan satunya lagi ia bawa untuk menguncinya dari luar.

Dodo sayang bintang akana..


🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Assalamualaikum..

Hallo ...

Ulan balik lagi nih.

Jangan lupa ibadahnya.

Dan jangan lupa buat votmentnya ..

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang