Hari memang tidak terasa berlalu. Esok tiba saatnya della dan rio melangsungkan acara resepsi pernikahan mereka. Jein melihat bintang terlalu bersemangat hari ini, wanita itu tadi pagi sempat bilang bahwa ia akan pulang ke rumah della siang ini dan akan menginap untuk merayakan meriahnya acara pernikahan della dan rio.
" Kan della sama rio nikahnya besok.."
Bintang mengaguk, saat ini tangannya tengah memasang pempes untuk Lala.
" Terus ngapain kamu datangnya ini hari..?"
" Ya biar nemenin Della aja pak.."
" Yang nemanin Della kan banyak.."
" Sayakan sahabatnya pak.."
" Tapi..."
" Bapak kenapa sih..?" Nada bintang sedikit kesal. Kenapa pula jein banyak bertanya padahal beberapa hari yang lalu jein pernah membuatnya sakit hati.
" Saya bertanya saja.."
" Bertanya cukup sekali pak. Ini bapak berkali kali.."
"Saya hanya ingin memastikan..?"
" Memastikan apa ya pak..?"
Bintang bertanya dengan wajah yang polos, sepertinya ia mengagap serius perkataan jein. Dan itu malah membuat jein bingung, dia sendiri bahkan hanya asal berbicara. Apa yang harus dia jawab..?Memastikan kamu baik baik saja..?
Memastikan kamu untuk tidak pergi..?
Memastikan kamu ada di sini..?
" Saya...?"
Bintang masih menunggu jawaban dari jein, wajah masih terlihat serius.
" Sa.....saya..."
"Gugup...kayak anak ABG aja bapak ini" Bintang tertawa kecil, tawa khas bintang Menurut jein. Ya bintang tidak pernah tertawa terbahak bahak seperti kebanyakan wanita lain.
Setahunya saja...
" Ah...lucu..?"
Mendengar pertanyaan dari jein, bintang langsung menutup mulutnya rapat rapat. Apa orang besar selalu marah jika di bercandain dan di tertawa kan..? Setau bintang, orang besar selalu tidak suka di tertawa kan oleh orang bawahannya.
" Maafkan saya pak.." Bintang membungkukkan tubuhnya, tanda dia minta maaf. Namun saat itu lala yang merangkak rangkak tepat di bawah kakinya terus terusan menarik rok panjangnya, tangannya merentang tentang minta di angkat oleh bintang.
" Ma....ma....pa...."
Bintang hanya menatap Lala dengan perasaan yang bahkan tidak bisa di sebutkan olehnya. Ia ingin mengambil lala lalu mengendong dan menimang Nimang gadis mungil itu.
" Yaudah deh di maafin.." suara jein membuat bintang tersenyum.
Jein juga balas tersenyum, namun sayangnya senyuman itu bukan itu bapak dari satu anak itu melainkan untuk Lala yang kini beralih tempat ke dalam gendongan bintang.
" Lala mau apa sayang..?" Bintang dengan rakus menciumi seluruh wajah lala, membuat gadis mungil itu terkekeh geli.
" Pa...pa..pa.."
"Apa sayang...?.Hem..?" Jein mendekat. Ia ikut menciumi pipi gembil milik anaknya. Ahh... rasanya ia bahagia sekali. Seperti keluarga yang tengah bahagia, keluarga sempurna.
Eh...?
Apa tadi...?
Keluarga sempurna..?