BAB 26

5.6K 275 4
                                    

" akhir akhir ini pak jein agak aneh do..?"

Aldo memiringkan kepalanya menghadap ke arah Bintang, saat ini mereka tengah berjalan menuju kantin Kembali setelah menunaikan sholat Zuhur di mushola khusus rumah sakit.

" Aneh gimana..?"

" Entahlah, pokoknya ya aneh aja gitu"

Aldo tertawa keras membuat beberapa orang yang tengah duduk di depan ruangan pasien menoleh ke arahnya.

" Kok ketawa sih ?"

" Ya mungkin kamu yang baper "

" Baper ?"

Aldo mengaguk.

" Kayaknya enggak deh. Emang agak aneh gitu, lebih tepatnya pak jein lagi sensi "

" Mungkin pak jein ada masalah pribadi. "

" Masalah pribadi..?"

Aldo mengaguk, " gausah di pikirin, setiap orang kan punya privasi tersendiri "

Bintang mengerti, ia sendiri bahkan punya privasi yang mungkin tidak bisa ia bagi dengan siapapun, kecuali dengan aldo kelak.

" Kamu yakin mau nunggu disini..?"

Aldo mengaguk pasti, saat ini mereka sudah sampai di kantin. " Lagian gak lama kan..?"

" Enggak, cuman tinggal nemenin pak jein meriksa pasien aja "

" Eh tapi tadi katanya haus"

" Iya, ini mau beli "

" Minum apa ?"

" Aqua aja !"

" Kurang fokus ?"
Aldo menaikkan satu alisnya dan menatap ek arah Bintang, yang di tatap malah memegang kerongkongannya yang di lapisi hijab.

" Dehidrasi, lelah hayati "

" Helleh.." aldo ikut bangkit, berjalan bersama bintang menuju salah satu warung yang terdekat dari mereka duduk.

" Buk aqua satu.." ujarnya pada seorang wanita paruh baya yang memiliki warung tersebut.

Wanita itu tersenyum lalu memberikan satu botol air bening dengan merek Aqua itu kepada Aldo.
" Neng Bintang tumben sama cowok".

Bintang tersenyum yang tak kalah ramah. " Dia teman saya Bu."

Wanita itu mengaguk ngaguk, lalu memperhatikan wajah keduanya dengan seksama " kalian berdua mirip. Kata orang jaman dulu, kalok mirip tandanya jodoh."

Aldo tersenyum sopan, lalu membawa bintang undur diri dari hadapannya wanita tua itu.
" Yaudah cepatan sana cek pasiennya"

" Oh oke " bintang mengancungkan jempolnya, lalu berjalan meninggalkan aldo yang masih setia menatapnya walaupun tubuhnya mulai mengecil karena termakan jarak.

Kalau boleh meminta, aldo ingin meminta agar tuhan tidak lagi memisahkan dirinya dengan bintang. Sudah cukup baginya selama bertahun-tahun melepaskan bintang dari pandangannya, ia bahkan tidak pernah tau siapa yang merawat gadis itu seketika tiba tiba merasa sakit .

Bintang memegang dadanya, ada yang perih di sana. Ini bukan sekali dua kali, mungkin sudah terlanjur sering terjadi dan bintang tidak pernah mau peduli.

" Di Anniar.." bintang mengakat wajahnya. Di depannya ada jein dan seorang wanita yang barusan saja namanya di sebutkan oleh jein.

Bintang hanya menatap datar, rasanya sulit sekali bibirnya itu mengembang untuk melukiskan sebuah senyuman.

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang