BAB 41

5.6K 241 5
                                    

" menurutmu aku bakalan selamat gak mas"

Pertanyaan yang barusan di lontarkan oleh bintang membuat aktivitas jein terhenti dalam memakai wanita itu sepatu. Perut bintang yang semakin membesar membuat wanita itu sedikit kesulitan dalam membungkukan badannya. Terkecuali sholat. Bintang tetap kukuh untuk sholat dalam keadaan berdiri, katanya kurang sempurna jika sholat dalam keadaan duduk.

" Kok ngomongnya gitu ?"

" Kamu tau sendirikan proses melahirkan itu taruhan nyawa"

" Kamu pasti selamat "

" Kalok pun harus mati. Aku ikhlas kok mas "

Mendengar suara lembut bintang yang kini entah kenapa begitu sangat menyayat hati jein ketika wanita itu mengucapkan kalimat yang amat mengerikan baginya.

" Sayang.." jein mengusap kepala sang istri yang kini terbalut hijab besar berwarna maroon. " Kita berdo'a sama sama ya ! Aku selalu ada buat kamu. Buat anak kita dan aku pun juga butuh kamu untuk merawat mereka. Kamu mau kan berjuang ?"

" Aku udah serahin semuanya sama Allah mas. Suatu saat apapun yang terjadi, aku maupun kamu haris ikhlas"

.💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Tidak baik baik saja.

Itu yang jein rasakan sejak dimana hari istrinya mengatakan sesuatu yang membuatnya sadar bahwa proses melahirkan tidak semudah itu. Terlebih lagi bintang bersikukuh untuk melahirkan normal.

Jein tidak siap untuk kehilangan bintang, nyatanya memang ia tidak pernah siap untuk kehilangan sosok wanita yang sudah memenuhi ruang di harinya.

" Kakiku makin bengkak mas. Sandal yang minggu lalu kamu belikan udah gak muat " keluh bintang ketika sang suami memijat bagian telapak kakinya yang terlihat amat lebar.

" Besok kita beli lagi ya !"

Bintang menggeleng. " Bentar lagi juga kau ngelahirin "

Jein tersenyum kecil, mengelus ngelus perut sang istri hingga wanita itu mulai terlelap. Sudah seminggu inu bintang tidak tidur dengan nyaman, tendangan demi tendangan yang di berikan anak mereka membuat wanita itu sulit untuk memejamkan matanya.

Sementara Lala ?

Bocah itu sengaja jein titipkan kepada linda ketika proses lahiran bintang yang semakin mendekat. Prediksi tidak selalu benar kan ? Mungkin saja bintang akan melahirkan beberapa hari lagi. Dan itu sungguh membuat jein merasa amat khawatir.

" Kamu dan anak kita pasti akan baik baik saja." Ucapnya untuk menyakini hatinya sendiri.

" Kamu dan anak kita memang harus baik baik saja"

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Ada yang aneh.

Bintang sudah mengelus ngelus perutnya namun bayinya tak kunjung tenang, sebentar lagi azan subuh berkumandang. Bintang bersiap siap hendak turun dari tempat tidur sebelum akhirnya ia menyadari sesuatu.

Celana tidurnya basah, ia juga memeriksa tempat tidurnya dan sorenya juga basah. Apakah ia ngompol ?  Bintang memegang sisi sisi sprei yang basah, menciumi tangannya. Ia merasa tidak percaya kalau mengompol hingga akhirnya ia sadar, cairan itu sama sekali tidak basah.

Ketubannya pecah.

Bintang meringis, di usia kehamilannya yang tua ini membuatnya sendikit sulit untuk bergerak, walaupun hanya memutar tubuhnya untuk menghadap sang suami yang masih terlelap di bawah selimut.

"Mas.." ia mencolek colek lengan jein. Namun lelaki itu tak kunjung sadar. Jalan satu-satunya yang bintang ambil adalah menarik salah satu anak bulu kaki milik jein dan sukses membuat pria itu membuka matanya.

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang