BAB 47

5.2K 237 19
                                    


Bintang mengalihkan pandangannya ketika seorang wanita datang menjenguknya dan memperkenalkan dirinya sebagai ibu kandung Lala yang berarti mantan istri jein.

Bintang bodoh sekali karena selama ini tidak pernah bertanya apa penyebab dari lala tidak mempunyai ibu. Dengan bodohnya ia berpikir bahwa bayi berusia sepuluh tahun itu menjadi piatu karena ibunya meninggal setelah melahirkannya.

Bodoh sekali..! Ia mengutuk dirinya sendiri. Ia bahkan tidak tahu apakah suaminya itu masih mencintai mantan istrinya dan apa penyebab dari perpisahan mereka?.

" Lala sepertinya sangat sayang sama kamu" Kanaya tersenyum kecut.

Bintang kian memegang perutnya. Ia cukup geram dengan kedatangan Kanaya yang tiba tiba dan mencoba membahas tentang keluarganya.

" Anakmu yang namanya shaakel juga lucu banget..dan jein kelihatan lebih berisi ya ?"

" Dulu waktu aku hamil Lala, jein juga seneng banget. Tiap malam dia ngelus perut aku"

Bintang semakin kencang memegang perutnya. Rasanya tiba tiba perutnya keram dan mules secara bersamaan. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba untuk tetap diam ketika kanaya terus mengoceh dan membahas banyak masalalunya bersama suaminya yang terdengar begitu menyenangkan jika ia bukan bercerita kepada bintang yang notabenenya adalah istri sah jein yang sekarang.

" Sayang kenapa ?"
Bintang tidak tahu kapan datangnya jein yang tiba tiba saja sudah berada dalam kondisi hadapannya dengan wajah yang begitu terlihat cemas.

" Sa...kit." ucapnya pelan. Matanya terpejam mencoba untuk meredakan rasa sakit itu, namun rasa itu tak kian pudar.

" Pendarahan lagi.. PANGGILKAN SILVIA CEPAT"

bintang tidak bisa mendengar lebih lagi dari kalimat yang setelah itu. Semuanya terasa gelap dan ia yakin saat itu juga para perawat dan dokternya sibuk dengan alat alatnya yang sangat ia benci.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

" Kenapa kamu mengganggu saya KANAYA ?"

jein benar benar marah setelah kembali lagi melihat bintang yang tak sadarkan diri dengan darah yang begitu banyak. Jein sadar, keadaan bintang benar benar lemah saat ini. Ia tidak boleh strees, tidak boleh kelelahan dan tekanan batin ? Kenapa Kanaya malah menceritakan masalalunya kembali kepada bintang yang jelas jelas mungkin saja menyakiti hati bintang.

" Aku hanya ingin akrab dengannya jein"

" Akrab ?" Jein tersenyum kecut." Jangan merasa menjadi wanita terbaik kamu..!" Jari telunjuknya ia ancungkan tepat di hadapan Kanaya yang mungkin terlihat syok dengan perlakuan jein yang sedemikian rupanya, dan yang mungkin tidak pernah ia dapatkan selama mereka menikah dulu. " Perlu di sadarkan atau di ingatkan kalau kamu itu wanita yang buruk untuk menjadi istri sekaligus ibu"

Entahlah..itu kata kata yang begitu melukai hati perempuan. Membuat Kanaya tak lagi bisa berkata kata. Ia melangkah mundur dan menyandarkan punggungnya pada dinding rumah sakit yang seketika itu juga terasa amat dingin seakan akan ingin membekukan seluruh sel sel yang ada pada tubuhnya.

Jein menghinanya ? Menyakiti hati kecilnya yang Pernah menjadi istri sekaligus ibu. Apakah ia secara itu? Apakah perlakuannya dulu benar benar membuat jein melupakan semua rasa cinta dan menyiksakan kebencian belaka.

" Jangan ganggu istriku..dia wanita yang cukup baik, bahkan aku merasa sangat buruk saat bersanding dengannya !"

Jein menghela napasnya dengan kasar. Perlahan ia mulai duduk dan menundukkan kepalanya, tak lama suara isakkan kecil terdengar dari arah pria itu.

Jein menangis ?

Jein tidak buruk! Kanaya bahkan merasa jein adalah lelaki terbaik yang pernah ia jumpai yang dengan bodohnya ia lepaskan demi sesuatu yang menjadi obsesinya selama ini.

Sesuci apa bintang? Sampai sampai jein mengagap dirinya terlihat buruk apabila bersanding dengan wanita itu !

Tangisan jein! Kanaya  tidak pernah melihat jein menangis untuknya !
Bahkan sekalipun ia ingin pergi meninggalkan anaknya yang baru lahir, jein hanya membujuknya tanpa harus bersusah payah mengeluarkan air mata untuk memperlihatkan betapa lemahnya dirinya. Yang kanaya lihat hanyalah tatapan penuh kebencian dari lelaki itu ketika ia melangkah keluar dari rumahnya dengan menggeret koper hitam besar miliknya.

" Jein..aku tidak akan menemui lagi dan juga anak kita"

Mungkin itu yang terbaik. Niat awalnya yang ingin mengambil kembali jein dan juga anaknya seperti memang harus itu patah kan. Itu bukanlah pilihan yang terbaik untuknya menembus semua dosa sebagai seorang ibu dan istri karena ia kembali di saat semuanya sudah terlambat.

" Lala.."

Kanaya menggeleng lemah ketika jein mengucapkan nama anak mereka. Anak seorang anak yang pernah ia tinggalkan demi kepentingan semata.

" Bintang jauh lebih baik menjadi ibunya"

" Kamu bersyukurlah atas apa yang telah kamu miliki. Jangan terlalu terobsesi dengan apa yang menggiurkan mata"

Kanaya mengaguk. Lega rasanya ketika jein kembali memberinya nasehat setelah sekian lama mereka tak bersua dengan masalalu yang kelam.

" Aku pergi.. sampaikan maafku dan Niar kepada bintang"

" Nya..?"

" Ya?"

" Jangan pernah menyakiti orang lagi. Kamu harus ambil keputusan di saat kamu benar benar dalam keadaan baik baik saja. "

Kanaya tersenyum, kepalanya mengaguk mengiyakan apa yang di katakan oleh mantan suaminya itu.

" Satu detik dari sekarang aku berjanji untuk berubah"

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang