" anaknya siapa sih..? Kok lucu banget..!" Dhika menjawil pipi gembil lala dengan gemas, membuat lala terkekeh-kekeh kecil.
" Anaknya pak bos om.." ucap bintang sambil melambai lambaikan tangan Lala.
" Mau pangku dong .." bintang menyerahkan tubuh lala ke arah Dhika.
" Iiis kayak keluarga bahagia deh.." lia menatap bintang dan Dhika secara bergantian, lalu pandangan jatuh kepada lala yang masih asik terus menerus di ciumi oleh dhika. " Jangan di ciumi mulu dhik, kasian lo muka anak orang sampe merah kayak gitu"
" Lucu ni, ketawa Mulu.. tunggu nangis deh baru aku lepasin nanti"
" Yyeee anak orang tu, kalok mau ya buat sendiri.."
Dhika tertawa garing" masih rencana sih.." lalu ia memandang bintang yang sibuk menggosok gosokan hidungnya yang sudah memerah.
" Lo kan udah mapan." Lia ikut duduk di samping bintang, di tangannya ada segelas minuman berwarna merah, membuat lala sibuk menggapai gapaikan tangannya ingin mengambil minuman yang warnanya menarik hatinya itu.
" Gimana ya, yang di ajak nikah belum siap si.." bulannya tidak tahu, lia bahkan sangat tahu bahwa saat ini dhika tengah memberi kode ke bintang, namun wanita itu malah terus terusan meggosok hidungnya yang terasa gatal.
" Jangan sayang, lala gak boleh minum itu ya.." bintang mengambil alih lala dari pangkuan dhika.
" Mama dan papa ya.." kali ini fahmi ikut menimbrung pembicaraan mereka" serasi banget kalian berdua.." lelaki itu menaik turunkan alisnya yang berbaris tipis itu.
" Tuh bintang denger... Banyak lho yang bilang kita cocok.."
" Apaaan sih..." Bintang mengibaskan sebelah tangannya, tanda ia tak ingin topik itu terus berlanjutan.
" Lala mau ya jadi anaknya papa dhika dan mama bintang.."
Fahmi terbahak bahak ketika dhika dengan santainya berucap sedemikian rupa lembutnya pada seorang bayi perempuan.
" Ketawa lho kampret.. "
" Lucu aja liat pak pol ngomong gitu"
Perang mulut terus terjadi antara fahmi dan Dhika. Mereka sejak dulu adalah sahabat dan ada satu lagi yang mungkin belum datang. Dua diantaranya, yaitu dhika dan fahmi lebih memilih menjadi abdi negara, dari mereka bertiga hanya randy yang memilih untuk meneruskan usaha kedua orang tuanya yang kini sudah memiliki beberapa cabang semenjak ia turun tangan untuk melakoninya sendiri." Fotoin kita di pelaminan dong.." dhika menyerahkan handphone kepada lia yang masih sibuk berbincang dengan bintang mengenai kehidupan mereka masing masing.
" Motoin lo sama siapa..?" Lia menatapnya heran, namun tangannya langsung menyambut sebuah ponsel yang di berikan dhika kepadanya.
" Gue sama bintang.." dhika berhenti sejenak, ia tampak berpikir, lalu pandangannya jatuh kepada bocah kecil yang ada di pangkuan bintang.
" Sekalian sama lala juga. Biar kayak keluarga bahagia gitu.."" Iiidddiiihhh kan liat.. masak iya sih pak polisi narsis begitu.."
Lagi lagi Fahmi mencemooh Dhika dengan pandangan jijiknya. Namun Dhika mencoba untuk mengabaikan perkataan yang di lontarkan oleh abdi negara yang berseragam loreng loreng itu. Ah tapi fahmi tidak memakai seragamnya. Kenapa ia merasa minder ya ketika hanya dialah yang datang dengan pakaian tugas yang masih lengkap." Nanti aja ya dhik, sekalian sama yang lainnya. Foto bersama.."
Dhika berdecak kesal, ia sangat paham sifat bintang, bahkan sangat paham. Wanita berjilbab yang lebar itu sulit sekali jika di ajak untuk berfoto bersama, apalagi jika hanya dengannya.