BAB 20

6.8K 322 1
                                    

Lala merangkak rangkak ke arah jein, tangannya ia kepak kepakan ketika sudah sampai. Entah kenapa jein merasa enggan untuk menggendong Lala, ada yang mengusik hatinya sehingga semua terlihat buruk di matanya.

Mengingat wajah lelaki itu.
Jein menggeram, lelaki itu memang tampan dan yang pastinya lajang, tidak seperti dirinya yang duda. Tapi kalau di liat dari segi kemudaan dan fisiknya jein tidak kalah kok, bahkan banyak orang orang yang tidak tau kalau dia duda anak satu dan langsung terkejut apabila mengetahui status dirinya.

Eh.. kenapa dia mencoba membandingkan dirinya dengan lelaki itu..?

Aahhhhhh....jein mengusap wajahnya dengan kasar, kenapa suasana hatinya seburuk ini..?

" Pa...apa..."  Ia melihat lala yang sudah menangis mengelesot di kakinya.

" Jein..?" Jein memalingkan wajahnya dari Linda. Entah kenapa ia merasa begitu kesal tanpa sebab yang jelas, ia bahkan membiarkan lala yang menangis sesenggukan sambil meraba raba kakinya.

" Kenapa sayang.." linda mengambil lala yang masih terus menangis.
" Jein ada apa..?"

Jein tidak menjawab, ia hanya diam tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaan mamanya.
" Sholat ashar dulu sana. Biar kamu tenang.."

Setelahnya linda keluar dari kamar anaknya dengan membawa lala yang masih terus menangis di dalam pelukannya.

Astagfirullah.... kenapa suasana hatinya buruk sekali..?

jein beringsut dari duduknya, lalu pergi menuju kamar mandi. Sudah waktunya sholat ashar, mungkin dia perlu berbicara kepada Allah agar bisa kembali tenang.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

" Ma..maafin jein ya.." linda mengaguk kecil. Mata jein teralih melihat lala yang sudah tertidur di dalam pangkuan mamanya.

" Ada masalah apa jein..?"

" Jein juga bingung ma..!"

" Kamu bisa cerita ke mama. Apa ini masalah bintang..?"

Jein mengaguk. Lalu ia menceritakan awal dari ia mendatangi rumah bintang dan melihat lelaki yang membuat hati mulai tidak bisa tenang tidak karuan, pokoknya tidak ngenah dan tidak pas bagi jein. Yang jelas tidak seperti biasanya.

Linda tersenyum simpul " kamu cemburu..?"

Eh..?

" Jein gak tau.." ia semakin gusar, ia juga bingung.

"Kalau sempat, nanti kita ke rumah bintang ya. Lala kayaknya kangen mamanya.."

" Bintang bukan mamanya .."

" Lala yang manggil gitu kok.."

Iya sih..

Lala sudah hampir setahun. Minggu depan bahkan sudah genap setahun. Jadi, selama itu pula sosok seorang mama tidak pernah hadir ke dalam kehidupan lala, walaupun ia tak kurang kasih sayang dari papanya, nenek kakek dan juga auntynya tapi tetap saja kan seorang anak membutuhkan kasih sayang seorang ibu, seseorang yang paling mengerti maksud dan maunya.

" Kita rayain ulang tahunnya lala bareng bintang nanti.."

Jein mengaguk setuju. Biarlah bintang hadir di tengah tengah kehidupannya. Menyempurnakan keluarganya, memberikan apa yang selama ini tidak pernah lala rasakan.

Terdengar aneh memang, tapi ada daya semuanya tidak ada yanh bisa menebak suatu masa depan. Lagi pula bukankah Allah maha membolak balik kan hati..? Dan tidak ada yang bisa di dusta kan.

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang