Yang awalnya gelap, dalam seketika semuanya menjadi terang menderang. Bintang harus mengedipkan matanya berulang kali untuk bisa melihat dengan jelas siapa lelaki yang tengah bersipuh di atas sajadah itu.
Perlahan kesadaran benar benar menguasai jiwanya yang dapat mengetahui bahwasanya lelaki yang memakai baju Koko maroon dengan peci hitam dan juga sarung kotak kotak di atas sajadah itu adalah suaminya yang tengah mengadahkan tangannya kepada yang kuasa.
Walaupun tidak begitu jelas, namun bintang dapat mendengar suara isakkan itu dengan gamang.
Jein menangis ?
Dengan keadaan dari luar yang begitu hening. Membuat bintang yakin bahwa saat ini masih tengah malam dan jein tengah melakukan sholat tahajud rupanya.
Ia memiringkan kepalanya di kala peristiwa peristiwa awal dari penyebab ia kembali tak sadarkan diri dan baru terbangun dini hari membuat seketika dadanya kembali bergemuruh menahan amarahnya yang sama sekali tidak sempat ia luapkan, baik itu untuk suaminya atau pun untuk para wanita wanita yang berasal dari masalalu suaminya.
Bintang kembali memejamkan matanya ketika melihat jein tengah melipat sajadahnya dan berjalan menuju ranjangnya.
Lelaki itu tidak langsung tidur, namun memilih untuk tetap duduk di sisinya sambil memegangi sela sela jarinya dengan erat.
" Mama kapan bangunnya? Anak anak udah rindu sama mama. Papa juga rindu banget"
Ia cium punggung tangan istrinya yang terlihat begitu putih di bawah sinar lampu yang temaram. Sudah hampir seminggu lebih bintang tak sadarkan diri dan itu benar benar menyiksa hidupnya yang dalam seketika terasa hampa. Belum lagi bayangan bayangan tentang bintang yang akan pergi meninggalkannya sendiri dengan bertemakan sedih dan sepi, sungguh hal itu benar benar tidak mampu di toleransi oleh pemikiran jein yang masih terbilang cukup sehat.
Menjelang satu jam sebelum subuh, Aldo datang memasuki ruangan bintang dengan sisa sisa lelahnya yang habis lembur karena banyaknya proyek yang harus ia kejar, terlebih lagi akhir akhir pikiran tidak bisa di ajak damai untuk berkonsentrasi karena sibuk memikirkan adiknya yang dalam keadaan lemah.
" Abang sholat dimana ?"
" Di mushola, kamu deluan aja ya !"
Jein mengaguk, lantas bergegas keluar ketika di dengar suara ngaji mulai menggaung tanda sebentar lagi suara azan akan di kumandangkan.
Selepas kepergian jein yang menghilang dari balik pintu. Aldo cukup terkejut ketika bintang meremas kuat kuat lengannya yang hampir saja beranjak menuju kamar mandi untuk sekilas membersihkan diri dari sisa sisa lelahnya.
" Adek..!"
Dengan cepat bintang menggeleng ketika melihat aldo hendak melangkah pergi yang ia yakini untuk memanggil dokter.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Jein cukup bahagia ketika ia pulang dari mushola dan melihat bintang bersandar pada bagian kepala ranjang. Namun istrinya itu tidak memberikan senyuman melainkan memalingkan wajahnya ketika jein juga menatapnya penuh kerena akhirnya sang maha kuasa mengabulkan do'anya.
" Sayang...kamu udah sadar"
Hati jein cukup mengelola ketika bintang hanya menatapnya dengan datar, lalu mengalihkan pandangannya menghadap ke arah Aldo yang tengah mengupas buah jeruk yang ia ketahui adalah buah kesukaan istrinya.Pantang menyerah dengan perasaannya yang mulai terluka jein kembali bertanya apakah bintang baik baik saja atau ia perlu memanggilkan dokter, namun Aldo menahannya dan mengatakan bahwa sudah ada dokter yang mengunjunginya tadi dan mengatakan bahwa kondisi bintang baik baik saja.
" Boleh aku peluk kamu? Aku rindu "
Respon yang di berikan bintang sungguh jauh dari apa yang ada di pikiran jein. Biasanya wanita itu akan langsung mengenyangkan kedua tangannya jika jein meminta pelukan. Namun kali ini ? Bintang meraung raung dengan sambil mencengkram kuat kuat lengan Aldo, membuat lelaki itu langsung memeluk bintang untuk menenangkan adiknya.
Jein melemas melihat pemandangan itu. Baginya tidak masalah jika aldo memeluk bintang dan menciumi istri itu berulang kali di bagian puncak kepala. Namun mengingat sikap bintang terhadapnya tadi sungguh sangat menyakitkan. Apakah bintang mulai jenuh dengan semua ini ? Apa bintang akan menyalahkannya dengan semua wanita wanita yang mendatanginya dan membuat dirinya koma hampir selama seminggu ?
Atau bintang akan meminta pisah darinya ?
Jein mengutuk pemikiran yang yang demi apapun itu sangat menyayat hatinya. Tidak boleh! Ia tidak boleh pisah dari bintang.
Jein tidak bisa tinggal diam begitu saja ketika ia melihat bintang yang terus menangis di dalam pelukannya Abang iparnya. Maka cepat cepat ia datangi bagian kaki ranjang bintang. Ia membungkuk dan mengait kedua kaki bintang di dalam genggamannya.
Aldo pun sama terkejutnya dengan bintang ketika tiba tiba jein menciumi kaki bintang dengan berulang kali dan jangan lupakan tangisan jein dengan mulutnya yang merapalkan kata maaf dan memaki dirinya sendiri dengan kata-kata yang selama ini tidak pernah bintang dengar dari mulut suaminya itu.
" Aku ini benar benar tolol. Brengseknya aku itu benar benar kelewatan. Kamu boleh hukum aku sayang.."
Mendengar hal itu, tubuh bintang kian terguncang kerena tangisan. Aldo langsung mundur dan mencoba memberi ruang untuk sepasang suami istri itu. Dan benar saja, jein langsung menyerobot tubuh bintang untuk masuk kedalam pelukannya.
" Hukum aku dengan segala tuduhanmu. Kamu boleh lukai fisik ku tapi jangan hatiku, karena di hatiku ada kamu dan aku gak mau kamu tersakiti"
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Bintang mencoba untuk kembali berbaring setelah jein mengendurkan pelukannya. Kepalanya terasa pusing karena terlalu banyak menangis dan ia butuh berbaring untuk mengurangi rasa sakitnya.
" Bisa aku minta tolong mas ?"
Jein langsung mengaguk dengan cepat. Ia tidak mau melewatkan apapun moment yang bintang inginkan.
" Jangan lagi menyalahkan kanaya dan Niar"
" Heng ?"
" Bisa mas ?"
" Iya gak akan lagi"
" Dan aku memaafkan Kanaya juga Niar"
Mata yang semulanya sudah mulai mengering kini kembali berair ketika bintang dengan tulusnya mengatakan kalimat bahwa ia sudah memaafkan dua wanita yang begitu menyakitinya.
" Aku memaafkan mereka. Tapi tolong" jeda sesaat, bintang memiringkan wajahnya ke samping dengan sebutir air mata yang ikut jatuh membasahi pipinya. " Melupakan tidak semudah memaafkan..itu sulit bagiku. Jadi...., Bisakah mas membuat mereka untuk tidak menemuiku lagi ? Karena aku belum benar benar kuat untuk kembali terpuruk!"
" Pasti sayang..pasti !"
Bintang tersenyum dengan begitu manis. Perlahan matanya mulai menutup hingga jein tak lagi dapat melihat jernihnya bola mata hitam milik bintang yang begitu indah.
" Kamu terlalu lelah menghadapi ini semua. Dan aku selalu memohon kepada Tuhan semoga kamu selalu bahagia, baik di manapun kamu berada. I love you more.."
Jein mengecup kening bintang dengan lama, air matanya kembali menetes di kening sang yang kini menutup matanya.
Tamat...
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Assalamualaikum..
Sesuai janji, ini bab terakhir ya
Tapi aku mencoba memberi kabar bahagia..
Yang mau part extra harus banyak banyak komen dan vote ya.
Dan Jangan lupa kewajibannya terhadap Allah SWT.
Love you ahli surga Allah