BAB 24

5.7K 318 9
                                    

Bintang tersenyum ke arah jein yang hanya di balas lelaki itu dengan anggukan kecil. Langkah masih terus berlanjut menuju ke arah ruangan laundry rumah sakit, ia akan mengantarkan beberapa sprei kotor milik pasien.

Ada yang aneh dengan jein..?
Mungkin itu juga salah satu pertanyaan yang bersarang di kepala bintang. Ingin bertanya kenapa, namun ia ragu, takut di kita mengikuti campuri urusan orang lain.

" Ada sprei yang sudah bersih gak mas..?"

Lana mengaguk " ada, sebentar ya mas ambilkan dulu "

" Iya mas.."

Tak lama, lana sudah lembali dengan keranjang kain yang berisikan beberapa helai sprei bersih.
" Ini neng.."

Bintang tersenyum dan menerima keranjang itu. " Makasih ya mas lana. Saya kembali dulu."

" Iya neng.."

" Dadaaaahhhh mas lana.."
Lana tersenyum, lalu mengaguk, emang bawaannya kalau ketemu bintang itu tidak bisa tidak tersenyum ya, walaupun itu tersenyum geli. Gadis itu selalu menyampaikan kalimat perpisahan nya seperti anak anak. Kalau gadis lain kadang malah sok sokan ngomong Inggris, malah kadang bahasanya masih belepotan lagi. Beda sama bintang.

" Ngelamun mulu mas lana, suka ya sama bintang.."

" Eh neng aini mah bisa aja. Saya mah gak ngarep deh bisa dapetin bintang, sadar diri saya.."

" Tenang mas lana.." aini menepuk nepuk ringan bahu Lana. " Bintang bukan orang yang mandang harta. Jadi masih ada kesempatan buat  berharap.."

Lana tertawa renyah sambil geleng geleng kepala, baginya sudah cukup mengagumi bintang saja tanpa perlu berharap lebih, dan kelak ia akan mencari seorang wanita yang mungkin karakternya benar benar mirip dengan bintang.

💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Bintang menatap tidak percaya eva yang kini sudah duduk di kursi meja makannya, ia sedikit terkejut dengan kedatangan eva yang tiba tiba dengan membawa sandwich smorrebrod kesukaannya. Bintang tidak perlu bertanya dari mana wanita itu mengetahuinya kan..? Sudah pasti jawabannya dari Aldo.

" Ma..ma.." oh bintang bahkan masih terbata bata ketika mengucapkan kata itu, ia bahkan merasa tidak ada bedanya dengan Lala. " Mama sama siapa kesini..?"

" Tadi naik ojek. Kamu belum makan kan..?"

Bintang menggeleng, lagi pula ini masih sore, kadang bahkan ia bahkan ketika malam.

" Mama buat sandwich nya khusus buat kamu.."

" Buat..?"

Eva mengaguk" mama baru baru aja belajarnya, tapi kata aldo kemarin kamu suka kan sandwich nya..?"

Eh mana ya..? Bintang memutar ingatannya hingga ia benat benar ingat ketika pagi pagi sekali aldo datang membawakan nya serapan sandwich, padahal waktu itu bintang sudah menyiapkan serapan untuk dirinya juga pak jein dan juga bu Linda.

" Iya enak. Bintang suka.."

Eva tersenyum lembut, tangannya mengelus lembut pipi bintang, membuat dada bintang bergemuruh, rasa gelisah begitu cepat merambat ke dalam tubuhnya. Ia tidaj pernah merasakan kasih sayang seorang ibu seperti umumnya dan sekali mendapatkan perhatian dari seorang wanita yang di panggilnya mama walaupun bukan mama kandungnya, rasanya ia benar benar ingin menangis saja.

" Menangis saja.." eva membawa bintang ke dalam pelukannya, ia melihat mata bintang yang tiba tiba memerah dan berkaca kaca. Dan benar saja air bening itu jatuh begitu saja. Bintang tersenyum mendapatkan kasih sayang yang demikian hangatnya, sungguh beruntung Aldo karena memeliki ibu diri yang begitu tulus.

perawat idaman ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang