" jein.... Si bintang itu perawat masak sih..?" Linda duduk di sofa ruang tamu tepat di samping jein yang tengah sibuk dengan laptopnya.
" Coba kalimat mama itu di benerin dulu deh.."Durhaka ini anak.
" Si bintang itu calon kamu kan..?"
" Kok gak nyambung sih ma..? Lagian calon apaan..? Mana maulah bintang jadi baby sister lala.."Uuuuhhh dengan sikap cepat tanggapnya linda langsung memukul bahu d jein dengan sendok bekas ia memakan puding.
" Bukan jadi baby sister lah jein.."
" Aduh mama ini apaan sih. Beneran ya jein ini anak jumpa..?"
" Seharusnya waktu bayi mama tukarkan aja kamu sama anak tetangga"
" Tuh kan gak bersyukur punya anak termasyur kayak jein" jein cemberut. Muka di tekuk tekuk sudah seperti jeruk purut saja.
" Eh bapak satu anak. Sadar usia dong..!"
" Mama juga udah nenek nenek kalok mama lupa"
" Ngelawan kamu ya."
" Enggak lah..".
" Ngejawab lagi jadi batu nanti kamu"Jein langsung diam. Bukan karena takut jadi batu, lagian gak lah mamanya tega ngutuk dia jadi batu kayak malin Kundang. Emangnya masih mempan ya kutukan itu sampai sekarang..?
" Jadiin bintang anak mama dong.."
Kan,? Permintaan nya yang aneh aneh Mulu. Batin jein.
" Yaudah sih. Bilang aja ke bintang kalau mama mau jadi mamanya bintang"
" JEEIINNNNN... NUGRAHA...".
Jein tidak peduli, ia langsung berlari menuju kamarnya. Mana mau lagi dia terkena sendok bekas puding mamanya .
Bukannya ia tidak tau maksud darui mamanya berkata sedemikian rupa. Entah sudah berapa kali mamanya menyindirnya dalam 2 bulan ini.
Jujur.. sampai saat inu jein belum bisa melupakan rasa sakitnya sekaligus rasa kehilangan yang ia alami.💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Della menyerahkan surat undangan terkahir ya ke bintang. Lucu juga rasanya, biasanya orang yang paling dekat dengan kita akan mendapatkan surat undangan yang pertama, tapi Della malah memberikan bintang Surat undangan nya yang terakhir.
" Parah kamu mah Del."
Della hanya tertawa melihat wajah bintang yang cemberut. Lucu sekali, kayak anak kecil banget sifat bintang.
" Yang pentingkan aku sisain buat kamu".
" Jadi aku dapat yang sisa ini.."
Bintang memasang wajah kecewanya. Bukannya membuat della merasa bersalah tapi malah membuat della terkikik geli.
" Tapi ini spesial lho..?"
" Emang undangan nya beda dari yang lainnya ya..?"Tuh kan..! Bintang ini kepolosan.
" Enggak lah. "
" Jadi.?"
" Jadi?"
" Jadi apanya yang spesial della..?"
Dari balik sebuah tembok besar seorang pria tersenyum geli melihat tingkah kedua wanita yang ada di balik meja repsionis itu.
Bagaimana mungkin seorang perawat bisa bersifat seperti itu..?
Ia tertawa geli, lalu kakinya dengan santai melewati mereka. Tanpa mendapatkan pandangan sedikit pun dari seorang perawat yang tadi membuatnya tersenyum geli.
" Udahan lah ngambeknya" della mengakat wajah bintang. Sedikit pun tidak ada rasa bersalah yang terbesit di hatinya, sebab ia tau kalau bintang hanya berpura pura. Bintang terlalu baik untuk marah.!
Hanya baginya.
" Besok kalau aku nikah kamu juga dapat undangan terkahir lho ya.."
" Dendam gak baik lho"