10. Yang Tak Bisa Bibir Katakan

3.1K 511 24
                                    

Pagi-pagi buta sekali, suara-suara berisik mengganggu tidurku. 

Matahari bahkan belum sepenuhnya menampakkan diri,  dinginnya pagi menusuk permukaan kulit. 

Aroma segar khas pagi menyapa penciuman ku,  membuat rongga pernafasan ku terasa membeku. 

"Permisi! " panggilnya lagi.

"Sebentar! " balasku,  berteriak tak kalah keras. 

Meskipun begitu,  kediaman masih begitu sepi,  aku ragu Tanjirou dan yang lainnya akan bangun bahkan dengan semua kebisingan ini. 

Aku melangkah ke pintu masuk utama kediaman kupu-kupu,  berjalan linglung,  lingkar hitam terlihat semakin kentara.

Menjadi Ibu dadakan begitu sulit untuk dilakukan,  saat tengah malam Yuma menangis, aku kebingungan bagaimana memberinya susu.

"Iya,  siapa? " tanyaku, membuka pintu. 

Menemukan Rengoku,  berdiri tegap meskipun alis tebal dan ujung rambutnya membeku hampir menjadi es.

"Rengoku-san!?" teriakku,  buru-buru menariknya kedalam. 

Kugosok kuat-kuat kedua telapak tanganku,  meniupnya berulang kali dan kuhangatkan pipinya.

Telapak tanganku menyentuh pipinya, dingin bukan main. 

"Apa-apaan kau ini!  Apa kau tak merasa kedinginan! Berbahaya berkeliaran di malam sedingin ini! " aku tak bisa menahan diri untuk memarahinya.

Biarpun kami hanya mengenal beberapa hari.

Rengoku hanya diam,  kedua tangannya mengamit tanganku yang masih bertengger di pipinya. 

Entah mengapa ada yang berbeda dengannya hari ini. 

"Rengoku?  Apa yang-"

Tangis Yuma mengintrupsi kami,  segera ku tarik tanganku dan meninggalkan di sana. 

Tak lama kemudian,  aku kembali bersama Yuma, kutemui dirinya masih berdiri mematung disana,  tak ada niatan untuk membuat dirinya nyaman. 

"Masuklah akan kubuatkan teh! " ajakku. 

"Tidak bisa! Kita harus berangkat sekarang!" balasnya, kembali seperti Rengoku yang kukenal. 

"Sepagi ini? " tanyaku.

"Lebih awal lebih baik!  Sebisa mungkin Kita harus  menghindari serangan oni, jarak keberangkatan di stasiun selanjutnya akan cukup lama" jelas Rengoku.

"Tunggu sebentar!  Aku akan bersiap-siap! " pintaku,  buru-buru melapisi kimono ku dengan Haori untuk menepis dingin. 

Tak lupa,  juga dengan Yuma yang kulapisi dua buah selimut.

Kami meninggalkan kediaman kupu-kupu,  tanpa sempat berpamitan. Rengoku mendahuluiku. 

Perjalanan kami diisi dengan sunyi,  jangkrik saling bersahutan,  dan kunang-kunang masih menyala,  bercahaya indah.  Entah kenapa ada yang aneh dengan Rengoku. 

Ia selaku menghindari percakapan dan kontak mata denganku,  dengan bersiaga disekitar,  takut iblis akan muncul dari manapun.

Setengah jam kurang kami berjalan,  barulah melihat wujud stasiun yang cukup kuno jika dibandingkan dengan masaku. 

Tidak ada mesin minuman otomatis,  begitupula dengan penjual makanan otomatis.  Pagi ini datang terlalu mendadak,  hingga tak ada persiapan dari ku. 

Benar bahwa Kagaya telah memperingatkanku bahwa hari ini kami akan berangkat,  namun ia tak menyinggung kapan tepatnya waktu keberangkatan kami.

Dan juga sebagian besar adalah salahku,  yang berfikiran bisa berangkat kapanpun.  Sementara tak ada tempat yang aman setelah mentari tenggelam di masa ini. 

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang