28. Demon Slayer

1.6K 273 3
                                    

Rombongan Uzui mengepaki barang bawaan mereka, berterimakasih dan berpamitan pada pemilik rumah Wisteria.

Inosuke dan Zenitsu adalah orang yang paling banyak protes selama perjalanan, karna mereka bertiga termasuk Tanjirou mengenakan penyamaran sebagai wanita.

Wanita yang benar-benar jelek dari lahir.

Sementara Uzui sendiri terlihat normal, bahkan terlihat semakin tampan dan memikat pandangan wanita yang berlalu lalang.

"Oi! Berhati-hatilah! Aku tidak tau bagaimana kondisi tempat yang akan kota tuju nanti, tapi akhir-akhir ini ada kabar tentang para iblis yang berombongan menuju suatu tempat dan dibasmi secara masal" Uzui memperingatkan mereka bertiga.

Meskipun nyatanya hanya Tanjirou lah yang memperhatikan.

"Dimusnahkan secara masal? " tanya Tanjirou tak percaya.

"Benar, dua diantaranya adalah Iblis bulan bawah nomor 3 dan nomor 6, yah meskipun aku yakin mereka tak berguna, karna Muzan sialan itu akan selalu mengganti posisi Iblis bulan setiap kematian mereka" timpal Uzui, beberapa kali melambai, berbaur dengan lalu-lalang orang-orang.

"Aku tidak boleh lengah dan membiarkan diriku pergi kesana, setidaknya Nezuko tak boleh ketempat itu" pikir Tanjirou mengeratkan sabuk kotaknya.

"Aku penasaran pemburu Iblis mana yang sanggup main keroyokan seperti itu" Uzui menatap langit, bertanya-tanya.

---***---

"GUHH!!! "

"ARGHHH!!! "

Darah berceceran, mengotori tanah suci pegunungan itu, jika sang penjaga mengetahuinya ia pasti akan merasa murka.

Namun tidak, tidak ada yang berani murka dan menegur dua makhluk yang saling beradu mengerikan itu.

Wujud mereka seperti manusia, tapi kekuatan mereka tak masuk akal. Menghancurkan bebatuan gunung, menumbangkan pohon besar berusia ratusan tahun dan membelah tanah, meninggalkan luka menganga yang lama kelamaan terlihat seperti jurang kecil.

"Lemah! Lemah! Kau begitu lemah! Kalau begini jangankan menyelamatkan umat manusia! Menyelamatkan dirimu saja tidak bisa! " bentak sang mentor, menendang perut muridnya, hingga terbentur bebatuan gunung.

"UGHHH! "

Darah tak berhenti mengalir dari mulutnya, gadis itu mengusap bibirnya kesakitan.

Pedang sang guru ia gunakan untuk berdiri, sementara pedang yang bukan miliknya itu terus membakar permukaann kulit tangannya hangus.

Ia kesakitan, ia ingin menangis, ia ingin menyerah, tapi sebuah senyum di benaknya selalu menjadi obat manis yang mudah ditelan dan larut.

Obat yang terus berbisik padanya untuk tidak menyerah, jadi lebih kuat dari siapapun.

"Kyou-"

"Kyoujurou! Cough!!! " darah kembali memaksa keluar dari bibirnya.

Kesadarannya hampir pergi, jika ia tak segera mengigit lidahnya sendiri hingga berdarah, demi menjaga kesadarannya.

"Latihan ini telah berakhir!" ujar sang mentor.

Gadis itu menggeleng, dahinya berdarah, tangannya melepuh, dan seluruh tubuhnya kesakitan.

"Hentikan (Name)! Malam ini pemilik rumah pelacuran akan pulang, Hiiro! Lakukan sesuatu pada lukanya" pria itu pergi, menanggalkan pedang kayunya di tanah, seolah senjata yang telah membelah tanah, dan menghancurkan batu itu bisa ia dapatkan dimanapun kapanpun.

"Terimakasih banyak Hiiro-chan, aku sangat tertolong " tawa nya.

"Aku masih membencimu! Tau-tau meminta bantuan tuanku untuk mengajari mu seni pedang" celetuknya singkat.

"Ahahahah! Hiiro-chan tetap tak berubah, bukan berarti aku ingin menjadi samurai atau apa, aku hanya ingin menjadi lebih kuat, tidak peduli metode apa yang akan kugunakan, aku harus lebih kuat" ujarnya meracau, memandang luka lebam itu disamarkan oleh bedak putih khas para wanita prostutisi Jepang.

Lukanya tertutup sempurna, meskipun sakitnya luar biasa membuncah.

"Cough! " gadis itu bersumpah, telah menahannya agar tak lagi batuk dan mengeluarkan darah.

Pria yang menjadi mentornya itu benar-benar berbakat, seni pedangnya sempurna tak bercelah, tubuhnya 100% spiritual seorang dewa, meskipun tanpa pengikut tetap ia begitu kuat, bahkan tanpa teknik pernapasan pun, ia adalah bentuk dari pertentangan sistem dunia.

Setiap dewa memiliki suatu hak khusus untuk menentang hukum alam, karna merekalah hukum itu sendiri.

"Gezz... Tolong jangan kotori wajahmu lagi, aku lelah meriasnya" titah Hiiro, mengusap sisa darah diujung bibirnya, dengan ujung kimono putihnya.

"Yabo-san, bagaimana bisa jadi sekuat itu? Hiiro-chan apa kau tau sesuatu?" tanyanya.

"Padahal sudah empat bulan lamanya aku berguru padanya, kekuatan fisikku bertambah, walaupun tidak mungkin aku bisa menguasai seluruh teknik miliknya yang notabene harus memenuhi syarat kekuatan fisik yang luar biasa, aku yang tak sengaja menyatukam teknik pernapasan dan teknik pedangnya saat ini masih terbilang sangat lemah " ia mencengkram ulu hatinya.

Rasa sakit di sana belum kunjung hilang juga.

"Tidak tau" acuh Hiiro membubukkan, warna merah di ujung kelopak matamu.

Lama hening mengisi aktifitas kalian.

"Bunuh banyak orang! " Hiiro memulai pembicaraan.

"Eh? " gadis itu memekik terkejut.

"Pengalaman mengajarkan sesuatu pada para petinggi langit"

"Meskipun aku yakin kau tak bisa melakukannya" imbunya lagi.

Itu benar, Yabo seorang dewa kehancuran, permintaan yang ia terima dari pengikutnya adalah kehancuran, bagi orang lain.

Bakatnya yang luar biasa hebat itu, sebagian besar di barengi oleh kelicikan dan kekejiannya.

Ia tak ragu menebas manusia, tanpa pilih-pilih, entah apa yang ia pegang dengan teguh hingga tak merasa bersalah sama sekali.

Demi menghemat waktu, selain meningkatkan kekuatan fisiknya, ia juga banyak-banyak menyerang titik fital lawan, seperti organ fitalnya dan yang lainnya.

"Sampai sekarang, aku tak bisa menerimanya, bahwa Yabo adalah dewa yang tak enggan mengambil nyawa manusia"

"Tapi aku tak bisa mengabaikannya juga! Kalau bisa aku ingin menolongnya, membuatnya menjadi dewa lain yang tidak menyakiti siapapun!" sambungnya.

"Berhentilah ikut campur! Ini adalah keinginan tuanku sendiri! Manusia yang langsung mendapat jabatan tertinggi Takamagahara seperti mu tak mungkin mengerti! Untuk alasan inilah Yabo lahir, manusia menginginkannya melakukan pekerjaan kotor ini! Dengan begitu ia memiliki alasan untuk hidup, berhenti ikut campur atau aku akan semakin melukai tangan-tangan mu itu"

Hiiro menghilang, mengejar tuannya yang telah mendahului, dan meninggalkan mu dibelakang.

Kau kembali, menuruni gunung dan bergegas kembali ke distrik merah secepat mungkin.

Parade mu akan segera dimulai malam ini.

(Full Name) yang telah mengabdi dua bulan lamanya di distrik pelacuran itu.

Sang Oiran...

To be continue~

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang