Ia mengatakan nya...
Ia tak mengenal ku...
Ia melupakan ku...Amarah meletup-letup, siap kumuntahkan cairan panas yang tetap tersimpan 13 tahun lamanya di dalam sini.
"Hei! "
Suaranya mencoba meraihku.
"Hei! Dengar! Jangan biarkan amarah mengambil alih dirimu " ujarnya menghentak bahuku.
"Aku... "
Aku membisu...
Tak menunggu ku, ia menarik tanganku kuat-kuat, memasuki rerimbunan hutan.
Sebuah gubuk reyot berdiri di depanku, tak pernah kutau ada gubuk seperti ini dihutan ini.
Wanita yang ku kenal sebagai sosok Ibuku itu duduk di bangku kecil yang lapuk. Matanya sayu menatap rembulan yang belum berbentuk.
"Bulannya indah sekali bukan? " tanyanya.
Begitu cantik di bawah sinar rembulan, dadaku mulai bergetar tak karuan.
Ku pikir aku takkan pernah jatuh cinta dengan paras seseorang, terlebih seorang wanita.
Namun tidak dengan Ibu, kurasa tak kan ada makhluk yang menolak parasnya yang sempurna.
"Maafkan aku... " ujarku.
"Aku-" kalimatku menggantung, mengigit bibir bawahku, aku harus berbohong.
Kebohongan yang pahit.
"Maafkan aku yang telah berbohong dan mengaku sebagai putrimu" cicitku.
"Tidak perlu! " iris gelapnya, bersinar menatap bola kristal di pangkuannya.
Bola mata itu begitu cantik, bak hiasan kaca, dengan bintang yang bertaburan di dalamnya.
Aku menatapnya bingung.
"Apa kau... " ia menatapku perlahan, tepat di wajahku.
"Datang dari masa depan? " tanyanya, membuatku terpaku membeku.
Bagaimana ia tau? Bagaimana ia tau? Harusnya selain para petinggi Kisatsutai tidak ada yang tau.
"Maaf membuatmu kebingungan, aku telah menunggu-nunggu saat ini tiba" ia melepas Haorinya, beserta riasan rambut nya yang tertata rapih.
Membiarkan surai itu jatuh menyapu tanah, aura magis mengelilingi kami berdua. Rasanya ada sesuatu yang aneh sedang berputar-putar dalam perutku.
"Kau memanggilku dengan sebutan Ibu? Apa kau adalah... " ia menerka-nerka, aku bungkam, tak ingin menjawab apapun.
Ini 100 tahun lalu lamanya dari masa ku, aku mengenal wajah Ibuku, namun mustahil rasanya bisa bertemu dengannya di masa lalu? Harusnya Ibu belum lahir, wanita ini mungkin nenek, atau bahkan buyut Ibu.
"Namaku Nonahara (Last Name) " ujarnya.
Aku mlongo, tak percaya. Ia benar Ibuku, itu nama Ibuku, itu wajah Ibuku, itu suara Ibuku. 13 tahun lamanya tak membuatku lupa bagaimana setiap detail kecil Ibu.
"Aku paham kau pasti memiliki banyak pertanyaan di benakmu, dan aku akan mencoba menjawab apapun yang ingin kau ketahui" jawabnya terkikik geli.
"Kenapa?"
"Hn? "
"Kenapa Ibu meninggalkanku di pantih asuhan itu? Kenapa Ibu tak merawatku? Aku tak keberatan jika harus hidup dengan marga Ibu! Aku tak keberatan meskipun diolok sebagai anak yang lahir tanpa ayah! Kenapa dari sekian banyaknya pilihan yang Ibu punya, mengapa Ibu memilih meninggalkan ku? " tanya ku bertubi-tubi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.
أدب الهواة"Aku pasti!!! " "Aku pasti akan menggunakan kekuatan ini untuk menyelamatkan kalian!!!!" "Karna itu! Menikahlah denganku!!" Kimetsu no Yaiba || Taiyo no Hanayome || Sun Wife. Tanjirou X Reader x Pillar Pernikahan itu menjiji...