Seseorang menarikmu, langkahnya buru-buru.
"Tunggu sebentar! Siapa kau dan mau apa dirimu!? " ia tak mendengarkan mu.
Apa orang ini berniat jahat padamu, kau tidak tau. Anehnya tidak ada orang-orang desa yang menghentikan kalian.
"A-nu! Kumohon bisakah kita berjalan lebih pelan? Aku- aku ini tidak bisa melihat! " pintamu di sela-sela perjalanan kalian.
Seperti tak dihiraukan, kau sedikit menarik tangannya.
"Dengarkan aku! " pintamu.
Kalian berhenti, kau menarik nafas lega. Menarik nafas panjang, kau menyeka keringatmu.
"Sebenarnya kemana kau akan membawa ku pergi? " tanya mu.
Lama kau berikan pertanyaan itu, ia masih juga belum menjawabnya. Tidak kau rasa niat buruk terpancar dari diri orang asing itu.
Hanya saja...
"Tunggu dulu! Kubilang mau kemana kita? " ia kembali menarik mu, tangannya dingin, dan kasar.
Tangan itu kecil, hampir mirip dengan tangan seorang wanita. Tapi permukaan kulitnya kasar.
Setelah cukup lama diseret, kalian berhenti, tanah yang kau tapaki seolah berbeda, lebih gembur daripada jalanan desa.
Bisa kau tebak kini kalian sedang ada di hutan. Tumbuhan obat-obatan segera menyergap hidungmu, baunya menyengat, tak heran, ciri khas sebuah obat mentah.
Beberapa aroma dedaunan yang dikeringkan juga menyapamu. Suara bising tawon berkerumun, di sekitar kepala mu.
"Dimana kita? "
Lagi-lagi tak ada jawaban.
Pintu diketuk, engsel sederhana yang telah berkarat itu terdengar buruk di telingamu.
Suara batuk seorang pria berusia lanjut terdengar melengking, Ia sempat menjerit singkat, sampai kau dengar suaranya seolah di sumpal.
"Anu... "
"Siapa gerangan nona ini? " tanyanya dengan suara kantuk.
"Aku, aku tidak tau, tiba-tiba aku diseret oleh orang ini sampai disini, sebenarnya ini dimana? " tanya mu.
"Ini lahan perkebunan obat-obatan milik keluarga Motoki" balasnya.
"Pantas saja, bau obat-obatan disini begitu kuat, lalu apa yang kau butuhkan datang membawa ku kemari, kuingatkan padamu yah, aku ini bukan tabib atau peracik obat" kau bertanya pada orang itu, yang bertanggung jawab atas dirimu yang diseret kemari.
"Tunggu sebentar... " kau seolah mengingat sesuatu yang harusnya tidak kau lupakan.
"Motoki-Dono? Apa ini benar kediaman Motoki-Dono? " kau kegirangan, hingga tak sadar hampir menabrak pria renta itu.
"Sudah kubilang ini perkebunannya, bukan kediamannya, kepala keluarga Motoki adalah orang terpandang di desa ini, ia satu dari banyaknya tetua desa" cercanya.
"Kalau begitu bagus! Aku ada di tempat yang tepat! Langsung saja ke intinya, aku kemari atas permintaan pillar serangga, Shinobu Kouchou-san untuk mengambil madu lebah merah yang keluarga Motoki janjikan"
"Utusan pilar serangga? Lantas apa buktinya? " tanya pria itu.
"Itu dia masalahnya, Shinobu-san menitipkan Haorinya, hanya saja baju kebesarannya itu kini telah terbelah menjadi dua, bisakah aku mengambilnya tanpa Haori itu? " pintamu baik-baik.
"Eiii kau ini! Mau menipu yah! Kalau ingin menipu disini bukan tempat yang tepat! "
"Tunggu sebentar paman! " Kau berusaha mencegah orang itu pergi, meraba-raba, tak kau jumpai lagi badannya berdiri di depanmu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.
Fiksi Penggemar"Aku pasti!!! " "Aku pasti akan menggunakan kekuatan ini untuk menyelamatkan kalian!!!!" "Karna itu! Menikahlah denganku!!" Kimetsu no Yaiba || Taiyo no Hanayome || Sun Wife. Tanjirou X Reader x Pillar Pernikahan itu menjiji...