20. Secangkir Perasaan Berhiaskan Bunga Chamomile.

2K 367 3
                                    

Aku pulang,  membawa perasaan lelah. Jiwa ku tak tenang,  terus meronta untuk mencari informasi. 

Gelisah bukan main, sampai kapan aku akan mengemban perasaan ini? 

Kemari untuk mencari ketenangan jiwa,  yang kudapat adalah sejuta pertanyaan yang takkan bisa Yabo jawab. 

Benarkah itu Ibu? Bukan nenekku?  Tidak!  Nenek juga harusnya 100 tahun lalu masih begitu kecil, atau bahkan belum terlahir di dunia ini. 

Perasaan ini tak mau tenang, aku hanya anak yang kurang beruntung.  Tak mengetahui orang tuanya,  kalau begini percuma juga memikirkan berapa umur nenekku. 

Apa ia bisa hidup sampai 100 tahun kedepan?  Untuk melihatku cucunya? Apa ia tak menghentikan Ibu yang membuangku?  Mungkin alasan Ibu lebih besar.

"Tidak!  Mereka hanya tak menginginkanku! " kubulatkan tekadku,  menganggap itulah kebenarannya. 

Para perawat panti asuhan juga sering menyinggung Ibu,  mereka bilang ia begitu cantik, persis seperti yang Yabo katakan. 

Aku telah hidup sampai sekarang dengan menganggap mereka membuangku.  Itu saja,  tidak ada yang lain! Karna kenyataan nya memang begitu,  lama sudah bertahan dengan keadaan seperti ini membuatku terbiasa. 

"Jika-" kalimatku menggantung. 

Jika itu benar Ibuku,  lantas apa menemuinya akan mengubah sesuatu?

Kupandang langit sore,  slama ini aku selalu baik-baik saja.  Bahkan tak terpikir untuk mencari keberadaan Ibu atau rupa ayah yang tak pernah ku tau. 

Aku tak bisa menjelaskan perasaanku saat ini,  entah bagaimana nanti jika aku bertatap wajah dengannya.  Berhubung Yabo telah menyinggung keberadaannya dimasa ini, hal itu tiba-tiba membuatku penasaran. 

"Kakkk!  Kakkk! " para gagak saling bersahutan.

Mondar-mandir di atas senja,  bulu hitam mereka berterbangan, cocok dengan sinar jingga kemerahan yang akan segera redup itu. 

Pikiranku kosong

"Ehh.... "

Seolah pernah melihat sesuatu yang familiar sebelumnya.

Suara gagak,  mereka yang berterbangan dan pedang para pemburu iblis yang saling beradu. 

"Nona?"

"Nona? Kita sudah sampai! "

Seseorang mengguncang bahuku,  pria itu adalah pemilik kereta yang selalu kutumpangi dengan imbalan beberapa keping uang,  dan ia akan mengantarku sampai kaki gunung dan kembali ketika sore. 

"Ah iya! Ini imbalan untuk hari ini!  Terimakasih banyak" aku memberinya kepingan koin itu, berhemat adalah salah satu kebiasaanku. 

Hidup dulunya tak mudah,  dan berhemat adalah jalan keluar untuk melihat esok. 

"Oit!  Terimakasih banyak!  Esok aku akan kemari lagi! " ia melambai padaku,  lalu menerus kan perjalanannya untuk menjual hasil ternak hari ini. 

"(Name) -saaannn!" seseorang memanggilku. 

Kutemukan Tanjurou menyambut kepulanganku,  tubuhnya berkeringat dan berdebu disana-sini,  latihan pernafasan itu bukan main susahnya. 

Bahkan orang serajin Tanjirou pun tak bisa segera menguasainya. 

"Selamat datang! " sambungnya.

"Aku pulang... " ujarku, berjalan ke kediaman bersamanya. 

(Name) PoV End.

"Selamat datang (Name) " Shinobu menyambutmu,  ia menyarungkan pedangnya yang sebelumnya telah ia bersihkan dan bersiap pergi. 

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang