32. Suara Malaikat

970 179 13
                                    

Tanjirou PoV.

Aku terluka di berbagai tempat, rasanya begitu menyakitkan hingga aku ingin menjerit sangat keras.

Beberapa tulangku bergeser tempat, membuatku beberapa kali kehilangan keseimbangan dan oleng.

Darah mengucur dari dahiku, meskipun telah menghentikan pendarahan nya namun tak bisa menghapus nodanya yang mulai merembes ke dalam iris mataku.

Tidak! Aku sendirian menghadapi wanita ini, salah satu Iblis Bulan Atas peringkat 6 ini.

Ia begitu licik, hingga aku tak bisa mengalihkan pandanganku bahkan sebentar saja.

"Nak Kamado, maafkan aku yang bertingkah kekanak-kanakan di pertemuan pertama kita. Kudengar kau telah bertukar surat dengan Senjurou selama empat bulan terakhir ini, kondisinya lebih baik sekarang"

"Tidak sepertiku, Kyoujurou adalah anak yang hebat. Setelah aku berhenti mengajarkannya teknik pernapasan api, ia mempelajarinya sendiri hanya lewat 3 volume buku yang ku tinggalkan, menguasainya dan menjadi pilar dengan usahanya sendiri, Ruka, darah Ibunya begitu kuat, itu terbukti pada Kyoujurou"

Surat itu kembali terngiang-ngiang di kepala ku. Surat pertama yang Shinjurou-san berikan padaku, soal pernapasan Matahari yang begitu ia benci.

"Tapi, Kamado Kun, kau lebih hebat. Kau pengguna nafas matahari. Para pengguna terpilih sama sepertimu, mereka memiliki tanda merah didahi"

"Shinjurou-san! Aku bukan orang terpilih seperti yang kau katakan. Ini bukanlah tanda lahir, melainkan luka yang kudapat saat aku menyelamatkan adikku dari tungku api"

"Ayahku memiliki tanda lahir merah di dahinya, namun aku yakin. Aku tidak sama dengannya"

Aku meracau, suhu tubuhku meningkat drastis. Aku bisa merasakan panas menjalar di nadiku.

Aku tak memiliki tanda yang dikatakan Shinjurou-san padaku. Aku bukan pewaris nafas Matahari, Aku lemah.

Namun ada kalanya aku tak boleh menyerah pada keadaan, bagaimana pun parahnya.

"Gyaaa... Gyaaa! Apa yang sedang kau racaukan? Hmph! Kurasa ini jadi batas mu! " Wanita Oni itu melaju, berlarian di atas atap rumah-rumah.

"Karna di dunia ini ada orang-orang yang tak memiliki hati nurani! Mereka membunuh dan menimbulkan penderitaan pada orang lain tanpa merasa bersalah "

Dalam sekali hentakan, aku melompat jauh. Menyusulnya yang begitu lincah bergerak dengan tubuh rampingnya.

Menghunus pedangku, ku incar lehernya. Yakin akan tekadku, yang akan membawanya menebas leher itu.

Tapi tidak...

Selendang itu melindunginya, ia begitu kuat sejak selendangnya datang entah dari mana.

Kuharap ia tak memangsa siapapun lagi di distrik ini, aku tak bisa menambah korban berjatuhan atas ketidak mampuan ku mengatasinya.

Ia menghindar, melompat membuat jarak denganku. Mendesis tak suka.

Dan aku berdiri tegak dengan kuda-kudaku, yang kokoh.

"Mereka tidak akan kembali! Nyawa yang telah tiada takkan pernah kembali " ujarku padanya.

Aku tau, ada sesuatu yang berbeda padaku saat ini. Suaraku jadi lebih dalam dan mengerikan.

Wanita yang kukenal bernama Daki itu, ia tak membalasku. Tatapannya tajam, ia menjaga refleksnya berjaga-jaga jika tau-tau aku menyerangnya.

"Manusia, tidak seperti Oni, mereka tidak beregenerasi dan memiliki stok nyawa seperti Oni, kenapa kau merenggut nya? Mengapa kau menindas orang-orang yang bahkan tak bisa melawanmu? " tanyaku bertubi-tubi.

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang