Aku berjalan menatap awan, hujan deras kian menjadi. Apa ia tak mengizinkan ku pergi?Apa belum cukup aku merasakan saja? Hingga harus dipaksa mengenang bersama hujan disini.
Ramai riuh suara rintik air berjatuhan menerpa genteng kayu halte bis bobrok ini, seolah membentuk irama musik yang menggelitik perut.
Namun aku tak bisa tertawa, takar kebahagiaan dan duka tidak pas sama sekali. Tubuhku menggil kedinginan, kimono hitam bercorak bunga Higanbana merah khas melayat ini basah tak karuan.
(Higanbana : Spider Lily warna merah, kalau mu tau bisa dicek di google oke! )
"Ah... Hidup akan terasa lebih mudah jika saja aku mati disini" bisikku pada diri sendiri.
Semuanya terasa tak berguna lagi, tidak ada masa depan yang ingin kutemui didunia ini. Impian ku pupus, orang yang kusayangi telah pergi selamanya dan hidup telah mengejutkan ku berkali-kali.
Kali ini aku hanya ingin terlelap dalam sepi, damai. Bunuh diri tak bisa jadi jalan keluar karna menemui ajal yang disengaja itu menyakitkan hingga rasanya jiwa ku ikut menjerit.
Mati kedinginan bukan hal buruk, aku hanya perlu menahannya beberapa jam saja sampai Hipotermia membawaku terlelap menuju alam sana.
(Hipotermia : suhu tubuh yang turun drastis kurang dari 35°)
"Fyuhhh... Dingin sekali yah, kulit ini rasanya seperti ditusuk ribuan jarum kecil"
Aku terlonjak kaget, mau apalagi takdir dengan hidupku? Aku hanya ingin kematian yang tenang.
Ku menatap nya sekilas, seorang wanita? Parasnya begitu cantik melebihi semua wanita cantik yang pernah ku lihat selama ini.
Surai panjang keemasannya berkilau membelah gelapnya mendung, irisnya
sebiru langit, memandang kesal sang langit mendung, seolah mengutuknya hari ini."Ah, ternyata ada orang disini, permisi sebentar yah" sapanya padaku.
"Silahkan"
Ia tertawa hangat mengepak jas khas karyawan kantoran miliknya.
Menyisakan rok dan kemeja putih tembus pandang yang basah kuyup.
"Anu kau baik-baik saja? Aku punya handuk bersih jika berkenan memakainya" ku tawarkarkanb sebuah handuk tangan, untuknya.
"Terimakasih banyak, kau sangat membantu, tadi itu dingin sekali, kupikir aku akan mati disini" tawanya memecah suara hujan.
Kepribadiannya terkesan berisik, berbeda dengan apa yang kau bayangkan sebelumnya, kau pikir sosoknya dingin dan tenang, ternyata tidak.
Beberapa waktu setelah ia mengeringkan rambutnya, perut wanita itu bergemuruh hebat, namun ia hanya memandang langit seolah-olah menunggu hujan reda.
"Kebetulan aku membeli onigiri di supermarket sore ini, silahkan" ku tawarkan nasi kepal berbentuk segitiga berbalut nori padanya.
Wanita itu menerimanya dengan senang hati, aku termangu diam, melihatnya kelaparan seolah memandang diriku sendiri tiga tahun lalu sebelum aku bertemu nenek Ryougi.
Air mata tiba-tiba jatuh begitu kenangan manis itu kembali teringat.
"Apa kau baik-baik saja? " tanyanya
Aku mengangguk cepat dan memalingkan wajahku.
"Kau tidak terlihat begitu bagiku" nyatanya, mulai mengunyah ujung nasi kepal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.
Fiksi Penggemar"Aku pasti!!! " "Aku pasti akan menggunakan kekuatan ini untuk menyelamatkan kalian!!!!" "Karna itu! Menikahlah denganku!!" Kimetsu no Yaiba || Taiyo no Hanayome || Sun Wife. Tanjirou X Reader x Pillar Pernikahan itu menjiji...