43. Cermin Jiwa

486 88 5
                                    

Cuitan burung,  bersahut-sahutan.  Musim kawin bagi mereka telah tiba. 

Kau bangun sebagaimana kebiasaan mu sebelumnya.  Bermalas-malasan tidak lagi menjadi agenda mu,  terlebih ketika Himeko telah membiasakan mu untuk tidak melakukannya. 

Semalaman penuh kalian berdua menginap di tempat ini,  berlindung dari tangis hujan dan amarah guntur. 

Ia tak lagi ada di samping mu,  kau berseru,  berkali-kali. 

Namun ia tak menanggapi,  khawatir akan keberadaannya kau memaksakan dirimu yang kini serba keterbatasan itu untuk menemukannya. 

Siapa tau ia terjatuh dan terjebak, siapa tau ia dalam bahaya atau siapa tau ia tenggelam di sungai. 

Kemungkinan-kemungkinan itu menakuti mu. Kau meraba-raba dinding,  menemukan satu celah yang kau pikir itu pintu keluar. 

Berjalan,  perlahan kau jatuh ke bebatuan dan tergelincir oleh lumut. 

Mencoba meraih apapun,  kau menggapai sulur sulur akar pohon raksasa, sebuah tangan terjulur.  menggenggammu, sementara dari bawah sana,  kau mendengar bebatuan kerikil jatuh,  ke jurang tak berdasar. 

"Apa yang kau lakukan!  " kau mendengar suaranya, itu suara yang kau kenal. 

"Sishou? "

.
.
.

Kau menutup suara mu,  sahabat sekaligus mentor mu itu mengangguk-angguk mengerti. 

Selama ini kau ditolong oleh orang misterius yang tak mau berbicara bahkan membuka suaranya. 

Kini orang itu pergi dan kau berusaha mencarinya. 

Lalu sekali lagi ditolong oleh Yabo, ketika kau akan terjun ke jurang. 

"Lalu apa yang terjadi padamu?  Mengapa kau bisa buta seperti ini? " tanyanya. 

"Itu karena... " kau mengambil nafas dalam-dalam, mungkin ini sudah saatnya kau menceritakannya,  Yobo hidup selama ratusan tahun, ia pasti mengerti permasalahan mu. 

"Sishou,  apa kau pernah melihat dunia terpotong? " tanyamu. 

Yabo menaikkan alisnya,  kebingungan, 400 tahun hidupnya,  tak pernah melihat bagaimana rupa dunia manabila bola besar bulat itu terpotong. 

"Tidak, lagipula senjata macam apa yang sanggup memotong dunia? "

Kau tertawa kecil,  lupa bahwa temanmu yang satu ini tidak terlalu pandai. 

"Aku melihat dunia terbelah,  yang artinya aku melihat orang-orang di depan mataku terpotong,  baik lawan maupun kawan, baik Iblis,  Hewan,  binatang,  material,  udara,  roh semuanya"

Ada garis lurus linier terpampang di depan ku,  biru dan merah bersama kilat putih yang melintas sekejap mata,  lalu aku melihat semuanya terpotong teman-temanku,  semuanya, aku melihat potongan tubuh mereka tercecer dengan rapih, aku ketakutan akan melukai seseorang dengan kekuatan ini, jadi aku melukai mataku hingga seperti ini"

"Apa yang sebenarnya terjadi padaku Sishou? " tanyamu, menutup cerita. 

Air muka wajah Yabo mengeras,  ia terlihat begitu serius. Yabo berdiri,  ia menenteng Hiro bersamanya, dan membuang pedang itu jauh ke dalam jurang. 

"Apa yang kau lakukan? Itu Hiro-chan bukan? Kenapa kau membuang Hiro-chan? " pekikmu. 

"(Name) mulai sekarang aku akan berbicara serius kepadamu"

Suasana di sekeliling kalian semakin mencekam,  sampai kau rasa bernafas saja sulit bagimu. 

"Apa kau benar-benar melihat garis biru dan merah?" kau mengangguk. 

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang