23. Mimpi Setiap Jiwa

1.7K 312 3
                                    

"Ayah! Aku telah menjadi seorang pillar api! Dengan ini aku akan mendedikasikan hidupku untuk melindungi orang-orang! "

Aku melihat ayahku, yang tak berpaling sedikitpun menatapku. Kendi sake yang cukup besar berada dalam pelukannya.

"Kau ini sampah! Mau berapa banyak pun seorang pillar api! Kalian itu tetap lemah! " hardiknya padaku.

Ayah berubah, setengah tahun yang lalu sejak kematian ibu. Padahal dulu ia sosok yang begitu cemerlang, mantan pillar api yang hebat dan menjunjung tinggi keadilan. Ia melatihku untuk menjadi penerus pillar api, aku begitu menghormati nya.

"Aku kemari untuk menyampaikan hal ini kepada ayah, kalau begitu aku permisi dulu" pamitku padanya.

"Nii-san! Bagaimana pendapat ayah? " Senjurou, adikku berlarian di lorong untuk melihatku.

Aku selalu merasa kasihan dengannya, menyayanginya sepenuh hati, ia tak memiliki banyak kenangan tentang Ibu, tidak sepertiku. Maka dari itu aku mencoba mengisi sosok kakak dan juga ibu baginya.

Terus mencoba mengisi sosok kekosongan dalam hidupnya hingga ia tak harus merasa kekurangan ketika dewasa nanti.

Meskipun aku tau, tak satupun orang bisa mengisi sosok itu di dalam hidup adikku.

"Senjurou! Aku akan berterus terang! Ayah tak terlihat begitu senang" ku dapati kekecewaan di wajahnya.

Ia begitu menghormati ku, menyayangiku, namun ia juga menyayangi ayah. Maka dari itu ia tak bisa melakukan apapun ketika ayah mencemohku.

Aku memeluknya, sesengguh kecil isak tangisnya membasahi haori ku.

Setelah ini...
Apa yang harus kulakukan?

Jika ibu masih ada disini
Mungkin...

Ia bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki semua ini.

---***---
"Uwooohhhh!!!! Para cecunguk ku, Ikuti boss Inosuke!" aku berteriak, semangat membara, menunjukkan bahwa akulah sang pemimpin.

"Boss Inosuke! "

"Yeayyyy Boss Inosuke"

Bagus! Mereka terus menyoraki ku.

Namun pandanganku tertuju pada seorang gadis dengan telinga kelinci dan bambu menutupi mulutnya.

Hanya ia seorang yang masih belum patuh pada kekuasaanku.

"Kemarilah! Akan kuberi biji eek" tawarku.

Tak butuh waktu lama ia menerima ku, dan ikut bergabung bersama kroco-kroco ku yang lain.

Dan kami memulai petualangan menaklukkan hutan.

---***---
Rembulan menyinari padang rumput malam ini, bunga-bunga cantik yanh tumbuh di musim semi mekar dengan indah.

Menyelingi hijau rumput dengan warna yang acak dan aroma yang memabukkan.

Jari-jemariku terus merangkai mahkota bunga, dengan bahan dasar ranting dan bunga tercantik yang bisa kutemukan di tempat ini.

Perasaanku meluap, membayangkan gadis itu akan mengenakannya. Bahagia tak bisa kutakar.

Rasanya aku rela mati hari ini demia melihat nya yang begitu cantik berhiaskan mahkota bunga buatanku.

"Zenitsu... "

Suaranya menyapa telingaku, merdu.

Aku menatapnya, yang begitu cantik disinari oleh rembulan.

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang