Kau menenggelamkan tubuh Amane di sebuah danau kecil yang tenang. Tubuhnya yang kaku itu, perlahan menghilang ditelan gelapnya air di malam hari.
Para teratai mengambang di permukaannya, menutup wajah dingin itu dan menyisakan bibir nya yang tersenyum kecil.
"Aneh sekali Amane, air nya tidak sedingin yang kukira, kau pasti tidak akan kedinginan lagi" ungkapmu melepas kepergiannya.
Kau berbalik dan bersiap menuntaskan ini semua, meninggalkan Amane beristirahat dengan tenang sampai kalian bertemu kembali nanti.
Nanti...
Benar juga...
Nanti.
"HUH!?" Tersentak, nampaknya ada yang salah.
"AIRNYA!"
"AIRNYA TIDAK DINGIN!!" Ucapmu mengulang, langsung berlari kembali ke danau untuk melihat jasad Amane.
Air nya gelap sekali, kau begidik ngeri, bagaimana jika tiba-tiba ada ular piton sebesar pohon? Atau buaya? Atau...
"Tidak! Tidak! " Setelah mengumpulkan keberanian kau membuat jarak, berlari dan...
Byurrrr!
.
.
.Saya hanya berjalan...
Bersama orang-orang yang telah mendahului saya.Tempat ini tidak bisa dibilang indah, tidak juga buruk, tapi menenangkan. Kami semua berjalan dengan rapih, menyisakan satu meter di setiap antrian sebagai jarak.
Saya tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di balik jembatan, tapi orang-orang menghilang di ujung jembatan.
"Kenapa saya ada disini?" Meskipun merasa kebingungan, dan bertanya-tanya.
Kaki saya tetap tidak bisa berhenti untuk memastikan, jika saya melakukannya, kasihan orang-orang dibelakang saya, langkah mereka akan terhenti seiring diri saya berhenti juga.
Di jembatan merah terang itu, hati saya makin tidak tenang, saya merasa saya masih memiliki hal untuk dilakukan.
Saya melihat kebelakang, dari antrian panjang itu saya merasa harus kembali.
Saya harus kembali...
Tapi untuk apa? Apa saya melupakan sesuatu? Sepertinya iya.
Apa yang saya lupakan? Saya tidak tahu.
Tepat di tengah jembatan, saya dapat melihat pantulan wajah saya, Surai abu pucat, dan sepasang mata yang hitam legam.
Saya tidak begitu menyukai bagaimana wajah saya terpantul. Tapi samar saya mengingat seseorang memuji saya cantik.
Siapa?
Siapa itu?
Genangan air menumpuk di pelupuk mata saya, bahkan ketika saya ingin menangis, saya tidak bisa menunjukkan ekperesi saya.
"Kagaya-sama" bibir saya menyebut, nama yang betul-betul asing untuk saya.
"Kagaya-sama"
"Kagaya-sama"
"Ubuyashiki Kagaya-sama"
Lagi dan lagi, ulu hati saya sampai dibuat perih olehnya.
Saya merapatkan kedua tangan saya dan berdoa.
"Saya ingin bertemu"
"Saya ingin bertemu dengan Kagaya-sama, sekali lagi..."
TES!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.
Fiksi Penggemar"Aku pasti!!! " "Aku pasti akan menggunakan kekuatan ini untuk menyelamatkan kalian!!!!" "Karna itu! Menikahlah denganku!!" Kimetsu no Yaiba || Taiyo no Hanayome || Sun Wife. Tanjirou X Reader x Pillar Pernikahan itu menjiji...