02. Perasaan Yang Diwariskan.

5.3K 781 37
                                    

"Kenapa kau melihatku dengan mata itu?  Apa aku berbuat salah?  "

"Mengapa kau menghunuskan pedang mu di pada ku?  Katakan sesuatu jika ada yang salah dengan tindakan ku.  "

"Mengapa kau mengkhianati ku? Katakan mengapa kau menusuk jantungku! "

Mulutku memuntahkan sejumlah darah segar, begitupula dadaku berlubang dan tak berhenti berdarah. 

Kedua tangan ini telah berlumuran darah,  sementara mata ini terus menatap nanar pria yang baru saja pergi meninggalkan ku, pria sama yang telah menusuk jantungku. 

Kebencian menguasai ku untuk membakarnya hidup-hidup,  mengutuknya dan menghabiskan waktu untuk melihatnya menderita. 

Aku akan mengejarnya sampai ujung dunia. Mendedikasikan setiap nafas ini untuk mengutuk hidupnya yang malang. 

Namun air mata ini tak mau berhenti mengalir,  ada bagian kecil dari hatiku mengasihaninya,  mencintainya dan berharap hidup bersamanya. 

"Jangan! jangan pergi ke tempat itu"

Seseorang menarik pundakku kuat-kuat. Lalu pemandangan gelap disekeliling ku berubah menjadi sebuah taman dengan sungai lebar di depanku dan satu jembatan. 

"I-ini sungai Sanzu?" ujarku terkejut.

Sungai yang membatasi yang hidup dan yang mati, apa baru saja aku mencoba menyebrang ke perbatasan itu? 

Aku menoleh,  menemukan seorang wanita cantik dibelakangku,  wajahnya anggun,  matanya agak sayu dan bibirnya merah merona. 

"Terimakasih" ujarku membungkuk. 

"Tidak! Akulah yang harusnya berterimakasih!" ia bersujud di depanku,  air mata berderaian di pelupuk matanya, membuatku panik. 

"A-ada apa? " tanyaku. 

"Terimakasih telah menyelamatkan putraku Amaterasu-sama"

"Ah~" air mata ku jatuh, aku mengerti sekarang. 

Tidak,  jangan bersujud di depanku, tidak, aku tak bisa menyelamatkan mu pada waktu itu.

Aku tak bisa mempertemukan mu dengan putra mu lagi, aku tak pantas menerima permintaan maafmu. 

---***---

"Kouchou-sama, perempuan ini menangis" salah seorang penghuni Kediaman Kupu-kupu menunjuk tubuhmu. 

Riuh gaduh terjadi di ruangan itu,  tiga orang gadis cilik mondar-mandir di sekitar mu yang masih tak sadarkan diri.  Salah seorang dari mereka menekan luka di bahu mu yang kembali mengeluarkan darah. 

Satu lagi mengangkat tingi-tinggi infus mu,  dan satu lagi pergi berlari keluar ruangan dan kembali bersama seorang wanita cantik bersurai ungu kehitaman. 

"Hei!  Berjuanglah!  Jangan ikuti cahaya itu,  jangan sebrangi sungai itu!  Berjuanglah demi putramu! " wanita paling tua diantara mereka berbisik,  mensugestimu sambil terus menggenggam erat tangan mu, sesekali mengecek nadimu. 

"Onee-chan!  Onee-chan berjuanglah" gadis-gadis cilik itu juga ikut menyemangati mu. 

"Jangan biarkan putramu sendirian!  Berjuanglah!"

---***---

"Berjuanglah! " samar suara itu memanggilku. 

"Jangan biarkan ia sendirian! "

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang