Tiga hari berlalu, setelah malam itu. Hubungan kalian membaik. Kau tak lagi ingin membencinya, meskipun masih terasa sakit, kau mencoba menemukan alasan lain untuk mencintai Ibumu.
Ibu adalah Oiran keluarga Oihara, Oiran tersohor di distrik ini, yang namanya bahkan telah di kenal seluruh penjuru masa.
"Higanbana" begitulah Ibu mu memalsukan namanya, agar tak mendapat diskriminasi dari masyarakat yang masih mempercayai kisah cerita keluarga (Last Name) sebagai tukang sihir.
Namun kekacauan tiba-tiba terjadi, dipusat distrik merah. Tengah malam suara bising membangunkan mu.
Saat kau mencoba mencari tau ada apa yang tengah terjadi, hingga membuat keributan sebesar ini.
Orang-orang mulai mengungsi, menjauh dari pusat keributan. Sementara sebuah selendang aneh menggeliat menjijikkan, mengejar orang-orang dan mulai menelannya.
Kelemahan terbesarmu adalah, kau tak bisa membedakan atau bahkan merasakan keberadaan Iblis. Hanya sampai mereka mulai memakan orang-orang secara membabi buta.
Kau lengah...
Dari lantai tiga, kau mengambil pedangmu yang terkubur jauh, tertimpa semen dan dilapisi Tatami.
Sejak pertama kali kau sampai di tempat ini, kau menyembunyikan jati diri. Mengubur identitas bersama pedang Nichirin yang sengaja kau curi dari kediaman kupu-kupu di hari dimana kau meninggalkan benteng Kisatutai diam-diam.
Kau hanya ingin menjadi kuat dan menemui seorang teman yang mungkin bisa membantumu untuk mencapai itu semua.
Ketika kau tau, Surga tak lagi memandangmu, bahkan membuka gerbang mereka untukmu.
Kau ingin mengadakan rapat Takamagahara, untuk membahas hal ini dengan para dewa-dewi lain. Manusia begitu rapuh, baik fisik ataupun jiwa mereka.
Hal itu kau rasakan setelah kehilangan Rengoku, pria yang mengukir kenangan manis di hatimu.
Kau ingin para dewa lebih memperhatikan, dan membuka pendengaran mereka baik-baik. Untuk setiap doa yang para manusia panjatkan.
Sudah jadi kewajiban yang berkuasa, yang kuat untuk melindungi mereka yang lemah.
Namun niat mu itu seolah diketahui Surga dan, para pimpinan tak bertanggung jawab itu seolah mengasingkan mu.
Rencanamu gagal, sementara korban masih terus berjatuhan. Kau pergi tanpa tujuan, berharap menemui sebuah keajaiban.
Namun sebaliknya, bukan keajaiban yang kau temui melainkan Yabo. Yabo menjalankan perannya sebagai dewa kehancuran meskipun kau tau, ia sendiri pasti tak menginginkannya.
Yabo memaksakan idealisme nya padamu, untuk mengangkat senjata untuk apa yang tengah kau perjuangkan. Kau tak bisa menerima idealisme nya begitu saja, kau tak bisa mengangkat senjata pada mereka yang tak bersalah, kau percaya bahwa akan ada jalan lain di tengah kekacauan ini, selain saling merenggut satu sama lain.
Dan meninggalkan luka pada orang-orang tersayang mereka, sama seperti Akaza meninggalkan luka padamu.
Oleh karna itu, secara resmi kau meminta Yabo mengaarimu teknik pedangnya. Yang murni tanpa campur tangan konsep "Pernafasan" sebagai penguatan fisik manusia.
Kau mengkombinasi teknik Yabo dengan pernafasan dasar milikmu, mengingat kau masih menyatu dengan tubuh manusia.
Kau pergi, berlari mengitari seluruh distrik. Menggandeng Ibumu yang tak tau menau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.
Fanfiction"Aku pasti!!! " "Aku pasti akan menggunakan kekuatan ini untuk menyelamatkan kalian!!!!" "Karna itu! Menikahlah denganku!!" Kimetsu no Yaiba || Taiyo no Hanayome || Sun Wife. Tanjirou X Reader x Pillar Pernikahan itu menjiji...