49. Syukurlah...

271 29 1
                                    


Kanamori-san membuat pedang itu untuk ku, tentakel ini berhasil ku tebas dengan mudah. Aku benar-benar takjub.

"Ini... "

"Kau membuat pedang ini untukku? "

Kanamori-san mengangguk, ia memberikan sarung pedang itu padaku, dan membuatnya resmi menjadi milikku.

Aku masih terkagum-kagum, dengan bagaimana cocoknya Nichirin itu padaku.

"Terimakasih Kanamori-san"

"Tidak! Tidak! Aku hanya mengikuti arahan pembuat pedang pertama mu dan melakukan sesuai dengan apa yang beliau tulis"

"Ah benar juga, Tetsudo-san adalah pembuat pedangpertamaku, dia meninggal dunia karna serangan jantung"

Samar aku mengingatnya, sosok dan kenangan tentang pria tua agak sombong itu. Ia adalah sedikit dari orang yang ku akui.

Dan cocok denganku.

Dia pernah bilang

"Sekiranya, apakah nanti ada orang lain yang bisa memahamimu, dengan semua yang telah kau alami"

Pria yang sudah beruban itu, membuka sedikit topeng badutnya, bibirnya sibuk bersuara sekaligus menyebat racikan cerutu yang sempat dia nyalakan.

"Kerja keras mu yang membuatmu hampir murah"

"Seluruh kesulitan yang harus kau lalui karna hilangnya ingatanmu, akan kah orang lain bisa memahaminya? "

"Ini selalu membuatku cemas, setiap kali aku melihat pedang yang kutempa untukmu, air mata selalu membanjiri mataku "

Aku yang mendengarnya sama sekali tidak mengerti maksud pak tua itu.

"Umurku tidak lagi panjang, namun aku tidak merasa takut menemui ajalku"

Ia memandangi guguran daun Momiji bewarna jingga.

"Namun aku merasa tidak bisa pergi dengan tenang karna mencemaskan mu.

"Maafkan aku Tetsudo-san, aku selalu membuatmu cemas"

"Tapi sekarang aku sudah baik-baik saja, aku juga sudah tak lagi menjadi orang yang hanya ingin dipahami, kedepannya ada orang-orang luar biasa yang juga ingin kupahami"

"Hyo~ kau mencincang guritanya cukup cepat, tapi tetap tak dapat mengimbangi guci-guciku"

"Entahlah, aku meragukan itu"

"Ha? "

"Sepertinya indramu sudah tumpulnkarna sudah hhidup selama ratusan tahun" darah mengucur dari sayatan yang membekas di lehernya.

"Serangan selanjutnya tidak akan meleset, sampai sini saja bermain-mainnya, aku sudah muak meladeni guci-guci bodoh mu itu"

Terimakasih pada Yuiichirou, aku kembali memancing amarah musuh dengan sangat mudah.

Bakat itu sepertinya mengalir juga didalam darahku.

(Author akan skip scene pertarungan Mui mulai dari sini, karna tbh Author ngerasa scenenya udah bagus dan sayang buat dirubah bahkan dengan keberadaan MC, so Author harap kalian udah baca manga/nonton Animenya)

.

.

.

"ayo cepat (Name)-san, kita harus segera menyusul Tokitou-san dan Haganezuka-san " Kotetsu menyemangati mu, untuk tetap menapaki jalanan hutan itu.

Kimetsu no Yaiba X Reader || Taiyo no Hanayome || Sun Wife.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang