Di sepanjang koridor rumah sakit, Alexa beelari bersama air mata yang terus berlinang. Kaki nya menuntun ke arah entah kemana, yang jelas Alexa ingin sendiri. Bersama hening.
Ia benci air mata kesedihan di bola mata nya, ia benci semua hal yang berhubungan dengan kehilangan. Gadis itu kehilangan keseimbangan, hingga tersungkur di taman belakang rumah Sakit.
Udara dingin menemani nya malam itu, Alexa menarik ujung bibir nya dengan getir. Merasa telah kehilangan sahabat terbaik nya selama ini, gadis itu kembali meneteskan air mata. Salju turun dengan perlahan, Alexa membuka kedua tangan nya yang sedari tadi ia kepal kuat-kuat.
"Kita pernah mimpi main salju bareng gra.. tolong jangan buat gue hancur.." Lirih nya.
"Kita bukan penulis takdir al, semua orang bisa pergi kapan saja tanpa kita tahu." Suara yang sangat Alexa kenal terdengar dengan jelas. Tatap mata lelaki itu membuat gemuruh di dada alexa sedikit membaik. Ia mengamati sosok yang berjalan ke arah nya sembari menyimpul senyum hangat, namun sisa air mata di ujung kelopak mata nya masih bisa Alexa lihat dengan jelas.
Alex ikut duduk bersama Alexa, jemari nya menelusup diantara celah jemari Alexa yang lebih kecil.
"Kamu sedih?" Tanya Alex dengan mata yang masih menatap dalam gadis di samping nya.
Alexa mengangguk, mata nya menyimpan banyak luka. Napas nya terasa sesak, bahkan tubuh nya melemas. Seolah semua yang terjadi hanya mimpi, Alexa berharap seseorang akan segera membangunkan nya.
"Al, apapun yang terjadi itu milik penguasa semesta. Kamu percaya kan kalau semua yang terjadi itu karna ada nya takdir?" Alex mencoba meyakinkan Alexa. Gadis itu hanya diam, kristal bening mulai mengalir di pipi nya lagi.
Alex mengubah posisi duduk nya lebih dekat dengan Alexa, membiarkan kepala gadis itu tenggelam di pundak nya.
"Sekarang, yang Anggra butuh hanya doa al, doa dari kita semua. Anggra udah bertahan selama bertahun tahun itu pun sebab doa dia, sebab dia mau wujudin mimpi kamu untuk main di salju.." Alex membelai lembut rambut alexa. "Kalau Anggra ada disini, dia pasti gak akan biarin kamu nangis kayak gini. Percaya deh, Anggra sayang sama kamu, dia mau kamu bahagia. Sekarang, anggra udah gak ngerasain sakit lagi al, bukan kah itu baik?" Alex masih mencoba untuk membuat alexa tenang.
Beberapa detik berlalu dengan hening, hingga Alexa bergerak, tangan nya menghapus air mata yang sedari tadi menggenang di mata nya. Kaki nya menuntun keruang serba putih untuk menemui tubuh Anggra yang sudah terbaring tidak berdaya disana. Alexa membuka knop pintu, melihat tubuh yang sudah tertutup kain putih di atas ranjang.
Bibirnya bergetar, air mata nya ia tahan."Hai gra.. gue sadar selama ini lo nutupin semua dengan sempurna. lo aktor terbaik gra.." Alexa mulai bicara, seolah apa yang ia katakan dapat di dengar anggra.
"Gue ikhlas gra kalau lo pergi sekarang, lagipula dengan begini lo gak akan ngerasa sakit lagi kan? Lo sahabat terbaik gue Gra.." Kristal bening mengalir lagi di pipi gadis itu, tangan nya menggenggam sebelah tangan Anggra yang sudah tidak berdaya. Mata nya menatap wajah Anggra yang mulai memucat.
°°°
•INDONESIA•
Kembali lagi ke negara asal. Jenazah Anggra pun ikut bersama Alex dan Alexa pulang ke indonesia. Hari begitu panjang, hingga Alexa masih harus menunggu siang datang untuk menghantar tubuh sahabatnya ketempat peristirahatan terakhir.
Selama berada dirumah Anggra, mata alexa terus menyapu seluruh isi rumah, banyak kenangan yang ia ciptakan bersama Anggra kecil di dalam rumah bercat cream ini.Alexa mencoba untuk mengaitkan kejadian demi kejadian yang sudah terjadi dalam hidupnya. Awal bagaimana ia harus mengalami kehancuran dalam keluarga, yang mengharuskan ayah nya pergi dari rumah, bunda yang selalu sibuk dengan pekerjaan nya dan membuat gadis itu merasa hidupnya sangat kosong, hingga sosok itu pergi meninggalkan alexa selama nya.
Sosok Bunda yang sangat ia rindukan di setiap malam nya. Kemudian munculnya kembali sosok ayah di hidup alexa, bersama dengan Nabil sebagai kakak tiri nya, meskipun begitu Alexa yakin bahwa kasih sayang Nabil adalah tulus. Disamping itu, ada Alex yang selalu membuat alexa merasa aman di setiap langkah, walau ada beberapa saat ia harus merasakan kesedihan akibat lelaki itu. Dengan waktu yang cepat, Anggara muncul sebagai masa lalu yang tidak alexa inginkan untuk hadir kambali, hingga Anggra benar benar pergi untuk selama nya.
Terkadang hidup memang seaneh itu ya?
Saat Alexa merasa takdir begitu baik pada nya, atau bahkan saat alexa merasa ingin mempertahankan sesuatu, justru begitu banyak halangan yang menghadang nya. Bagaikan menggenggam pasir dengan kuat, bukan nya mempertahankan, justru malah membuat pasir itu jatuh semakin banyak.
"Hidup serumit ini ya?" Tanya Alexa di dalam kamar kecil milik Anggra sembari menatap foto kecil milik mereka.
"Hidup gak rumit al." Suara lelaki terdengar dari arah belakang Alexa.
Ada alex yang sudah memakai baju koko putih dengan peci di kepala nya, lelaki itu tersenyum hangat berusaha membuat alexa tidak berlarut dalam kesedihan.
"Hidup cuma menjalankan apa kata takdir. Kalau kamu berpikir hidup itu rumit, mungkin kamu yang belum mengerti bagaimana cara Tuhan bekerja, atau bagaimana cara semesta bercanda. Cara hujan menyampaikan rindu, dan cara bumi mempertemukan dan memisahkan seseorang" Ujar Alex dan diam sejenak sebelum melanjutkan kalimat nya.
"Kamu harus tau al, sehancur apapun kamu, Tuhan gak pernah menertawakan." Lanjut Alex.
Alexa bangkit dari duduk, dengan langkah cepat ia menghampiri Alex.
"Aku gak tau kenapa Tuhan kirim kamu buat aku. Makasih lex." Hanya kalimat itu yang bisa Alexa utarakan.
Mengingat bagaimana Alex menemani nya selama ini, Alexa sadar Tuhan masih berbaik hati pada nya karena masih mempertahankan Alex untuk tetap menemani hari hari nya.
Tangan Alex mengelus lembut kepala Alexa, merapihkan sedikit rambut alexa yang berantakan.
"Siap-siap sana, kita mau antar Anggra." Ucap nya.
Alexa mengangguk sembari menebar senyum hangat yang tentunya dibalas senyum tak kalah hangat oleh Alex.
•••
Hamparan tanah merah terlihat begitu jelas oleh kedua kelopak mata Alexa, begitupula dengan Alex.
Lagi lagi Alexa merasa lemah, tidak kuat melihat tubuh lemas sahabat nya masuk kedalam tanah. Rasanya seperti mimpi buruk untuk kedua kalinya setelah melihat Bunda yang masuk kedalam tanah.Kristal bening mengalir lagi, tapi kali ini diselingi senyum manis dari Alexa ketika melihat tubuh sahabat nya masuk kedalam tanah merah tersebut. Perlahan orang orang menutup nya, hingga tubuh Anggra tak terlihat lagi. Hanya tersisa gundukan tanah merah beserta batu nisan yang bertuliskan nama lengkap Anggra dengan jelas.
"Anggra.." lirih gadis itu.
"Anggra udah istirahat al, biarin dia istirahat dengan tenang. Kita pulang yaa.." Ajak Alex.
Tanpa menjawab, alexa mendekati batu nisan milik sahabat nya, mengelus pelan nama Anggra yang tercetak di nisan tersebut.
"Gue pulang ya gra.. Lo baik baik disini, nanti malam datang ke mimpi gue." Alexa berucap seolah anggra dapat mendengar semua.
Jika mereka mengatakan sebuah perpisahan mengandung pelajaran, maka mereka benar. Inilah yang alexa rasakan. Dari perpisahan ini Alexa harus lebih menghargai waktu, tidak memandang hanya dari satu sisi, dan menghargai setiap pertemuan.
Happy reading all..
Selama berbulan bulan nih aku gak update. Terakhir update itu tanggal 21 juli 2019, dan ini update lagi tanggal 30 november 2019. Lama ya eheh
Aku publish lagi part nih untuk kalian semua yang masih setia sama AA.
1 part dulu ya, bsk aku publish lagi
Selamat menuju part selanjutnya, jangan lupa vote 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Alex Alexa [Completed]
Novela Juvenil10 Tahun, waktu yang digunakan Alex untuk menjadikan Alexa sebagai temannya. Tapi takdir belum memberi celah, Alexa terus saja menghindar. Permainan waktu berperan keras dalam bersatunya pemuda usil dan gadis cuek ini. Mereka bersatu karena waktu...