02# Pain

2.2K 240 51
                                    

Seorang pria kini tengah duduk tenang di kursi kebesarannya, mata tajamnya sedari tadi hanya menatap serius sebuah laptop ber-merk Apple di hadapannya, dasi yang sedikit dilonggarkan membuatnya terlihat begitu sempurna. Terlebih lagi dengan jas hitam yang diletakkan di belakang kursi dan kemeja yang digulung hingga siku membuat seluruh kaum hawa dapat bertekuk lutut padanya.

Jeon Jungkook, pria itu masih saja fokus dengan laptop di hadapannya. Banyak investor yang ingin bekerja sama dengan perusahaannya, mengetahui bahwa Jungkook adalah pemilik perusahaan tersukses di dunia membuatnya sering mendapatkan kontrak kerja sama.

Namun, Jungkook bukanlah orang yang mudah untuk mempercayai orang lain. Untuk berkerja sama dengan perusahaan miliknya terdengar cukup mustahil, karena mungkin hanya berpeluang 10% untuk bekerja sama dengannya.

Setelah dirasa selesai dengan pekerjaannya, ia mulai menutup laptop dan kemudian merenggangkan otot-otot tubuhnya. Pikirannya kini kembali pada gadis kecil bernama Jeon Hana itu. Lagi-lagi ia tersenyum mengingatnya.

"Bagaimana nama marga kita bisa sama?" Jungkook terkekeh pelan lalu mengambil handphone-nya. Mencari sebuah nomor lalu mulai menekan tombol telfon.

"Halo?"

"..."

"Bisakah kau mencari sebuah informasi?" Jungkook berbicara dengan nada yang cukup serius.

"..."

"Ehm, saya ingin kau mencari sebuah informasi, seorang gadis kecil lebih tepatnya bernama Jeon Hana, gali saja informasi apapun tentang dirinya. Seluruh informasi tentang kehidupannya! Jangan sampai ada yang terlewat!" Perintah Jungkook yang kemudian mematikan sambungannya. Tanpa mempedulikan lawan bicaranya yang baru saja ingin menjawab. Kau kejam sekali dude!

Jungkook tersenyum sedikit, lalu memainkan bibirnya dengan jari-jarinya dengan lembut. Pria Jeon itu mengacak rambutnya gemas.

"Aku tak sabar melihat informasi tentangmu Jeon kecil."

---

"Mommy! Huwaa, lihat Jaehya merusak jepit rambutku mommy! Hiks hiks! Kyaa aku membencimu! Huhu mommy!" Hana menangis dengan kencang, sedangkan Jaehya? Pria kecil itu malah tertawa-tawa melihat tangisan adik kembarnya tersebut.

Tzuyu yang kini sedang masak terpaksa berhenti karena sang putri yang memanggilnya. Dengan perlahan ia menggendong tubuh mungil Hana dan mendekapnya hangat. Tanganya terulur untuk mengusap surai rambut buah hatinya. Dan yap! Tangisan Hana cukup mereda kini.

"Ada apa sayang?" Tzuyu bertanya lembut sambil mengusap air mata yang membendung di mata sang putri.

"Jae merusak jepit rambut Hana mommy! Hiks hiks, mommy bukannya tahu kalau hiks Hana suka sekali dengan jepit yang itu huwaa!" Tzuyu menatap Jaehya yang kini menundukkan kepalanya tak berani menatap langsung mata Tzuyu.

"Jeon Jaehya?" Panggil Tzuyu lembut namun, Jaehya tetap tidak menghiraukan panggilan Tzuyu. Pria kecil itu masih saja senantiasa menundukkan kepalanya.

"Jeon Jaehya?" Tzuyu mulai geram kini. Tapi lagi-lagi Jaehya mengabaikan panggilan sang ibu.

"Yak! Mengapa kau tidak menjawab panggilan mommy huh? Mengapa kau sama seperti Jung--" Perkataan Tzuyu terhenti ketika hampir saja keceplosan sebuah nama yang pernah menghancurkan hidupnya dahulu, ditambah mata Jaehya kini sudah menumpuk air mata membuat Tzuyu tak tega dibuatnya.

Hana yang melihat kembarannya pun merasa tak tega pula, dengan cepat ia turun dari gendongan Tzuyu. Ia menghampiri Jaehya dan kemudian memeluk pelan kakak kembarannya tersebut. Tangannya menarik tangan Jaehya dan kemudian ditempelkan pada tangan Tzuyu.

𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞, 𝐎𝐧𝐞 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang