28# The Truth Untold

827 117 2
                                    

"Tzuyu, kau harus makan." Berulang kali Jungkook membujuk, namun Tzuyu tak kunjung untuk membuka mulutnya. Wanita itu hanya terdiam sembari menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak mau.

"Aku sedang tidak bernafsu, Jungkook." jelas-nya lalu membuang pandangan ke arah yang lain.

Sudah satu minggu Tzuyu dirawat setelah insiden dimana Yein menggoreskan sebuah pecahan guci di pergelangan lengan kanan-nya, keadaan Tzuyu memang lebih membaik kala Dokter menganjurkan untuk meminum obat secara rutin dan memakan buah-buahan segar.

Tapi nampaknya, untuk memakan sebutir nasi pun Tzuyu tak kuasa. Perut-nya tidak menerima dengan baik, bahkan air putih saja terasa begitu pahit.

"Kau mengatakan bahwa ingin cepat pulang, lalu jika kau tidak memakan ini selama dua hari terakhir--bagaimana kau bisa sembuh, Tzuyu? Ayolah, satu suapan saja." Lagi-lagi Tzuyu menggeleng, dirinya memang lapar--namun serba salah jika perut tidak menerima dan mengakibatkan makanan itu terbuang sia-sia.

Jungkook menghela nafasnya dengan pasrah, ia kemudian meletakkan sebuah mangkuk berisi bubur kacang hijau itu di atas nakas. Kemudian tangan-nya terulur untuk mengusap-usap surai coklat milik Tzuyu.

"Jaehya dan Hana merindukanmu, Tzuyu. Apakah kau tidak ingin melihat mereka kembali bahagia saat kau bersama dengan mereka di mansion untuk setiap saat?"

"Jungkook aku tahu itu, aku juga menginginkan-nya. Namun, makanan yang kau berikan tidak akan dicerna dengan baik. Akibatnya akan terbuang sia-sia, ayolah jangan memaksa-ku. Kau bisa mengajak mereka berdua kemari, bukan?"

"Mengajak mereka kemari? Kau tidak tahu jika rumah sakit ini penuh dengan pasien-pasien yang dirawat? Kau ingin mereka terkena penyakit? Jangan mengada-ada Tzuyu, sekarang makan atau aku akan marah." ancam si lelaki Jeon yang membuat Tzuyu dengan pasrah membuka mulutnya.

Kala makanan itu masuk, mual langsung saja menyerang dirinya. Tzuyu beranjak dengan cepat lalu berlari ke arah kamar mandi dan menutup pintunya rapat-rapat. Sedangkan Jungkook berusaha untuk mengetuk-ngetuk pintu tersebut, berharap Tzuyu akan membukanya. Ia khawatir, sangat khawatir.

Tok! Tok!

"Tzuyu? Kau tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja, hoek!"

"Kau sedang tidak baik, Tzuyu. Bukalah pintunya, aku akan mengoleskan minyak di leher-mu."

Hening,

Karena tidak ada jawaban sama sekali, Jungkook memutuskan untuk mendobrak pintu tersebut. Kedua matanya membulat kala melihat Tzuyu yang terduduk lemas di pinggir sudut kamar mandi. Dengan segera Jungkook menggendong tubuh Tzuyu yang terasa begitu panas kala menyentuh kulitnya. Namun, reaksi Tzuyu justru bertolak belakang--wanita itu tampak sangat kedinginan.

"Kau tunggu disini, aku akan memanggilkan Dokter." ujar Jungkook lalu pergi meninggalkan Tzuyu sesudah memakai-kan selimut tebal untuk menyelimuti tubuh wanita itu.

Tzuyu tak kuasa berbicara, tubuhnya menggigil namun terasa begitu panas. Nafas-nya tidak beraturan serta dada yang naik-turun dengan cepat tanda ia merasa sesak sekarang. Tak lama, satu orang Dokter datang bersama dua orang perawat wanita yang diikuti Jungkook di belakang mereka.

"Tuan Jeon? Kau harus menunggu di luar selagi kami memulai pemeriksaan."

"Yak! Apa maksudmu, hah? Kau tidak lihat kondisi-nya seperti apa? Dan kau mengatakan bahwa aku seharusnya berada di luar? Perawatan macam apa ini? Persetan." Jungkook mendekat ke arah Tzuyu, sontak saja wanita itu langsung menggenggam lemah tangan Jungkook sembari mengisyaratkan untuk pergi lewat goyangan mulutnya.

𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞, 𝐎𝐧𝐞 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang