48# The Last Kissing

1.1K 128 2
                                    

Kesunyian malam, terangnya bulan dan bintang, serta bebunyian yang mengalun dari beberapa hewan kecil terdengar di telinga. Angin berhembus perlahan dan Chou Tzuyu terduduk di kursi taman miliknya. Ia mendongak, menatap langit yang kini berubah warna menjadi kelam--seperti dirinya sekarang.

"Jika kau memang menuliskan takdir bahwa Jungkook dan aku tidak akan pernah bisa bersama, lalu mengapa kau terus-nenerus membuat kami seakan-akan tidak dapat dipisahkan?" monolog Tzuyu, ia memejamkan kedua matanya erat.

Memori-memori berputar bagaikan sebuah kaset rusak di benaknya. Helaan nafas terdengar pelan, Tzuyu mulai menelusuri berbagai kenangan yang ia simpan beberapa waktu ini. Kebersamaan yang sempurna baik untuk dirinya, si kembar, dan pria Jeon itu sendiri.

Hanya saja, semuanya berubah kala masalah mulai datang. 

"Banyak orang yang meminta sebuah permintaan walau nyatanya terdengar mustahil bagi mereka, dan kau mungkin mengabulkan walau sekilas. Tapi aku? Mengapa tidak ada kebahagiaan yang lebih terpancarkan lagi? Tidak ingin melihatku bahagia atau apa?"

Pertanyaan Tzuyu sambil melihat kearah sebuah bintang jatuh.  Cahayanya benar-benar indah, pergerakan-nya pun begitu cepat. Entah bagaimana ia dapat terjatuh, atau mungkin memang keluar dari garis dalam. Sama seperti dirinya, tersingkir dari kebahagiaan yang sementara. "Aku benci hidupku--"

"--Tapi aku juga tidak bisa menolak semuanya, pernikahan dilakukan lusa. Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku mohon setidaknya berikan petunjuk padaku. Kau ingin melihat keluargaku hancur berkeping-keping? Melihat kedua buah hatiku semakin membenci diriku karena beranggapan sudah memisahkan Ayah mereka?"

Tzuyu tidak berteriak, ia juga tidak menangis. Wanita Chou itu hanya begitu kecewa dengan takdir yang telah ditetapkan untuknya--rasanya tidak adil sama sekali.

"Apa maksud dari perkataan Sana Eonni beberapa waktu yang lalu? Astaga, mengapa ia selalu dipenuhi teka-teki yang rumit?" tanya Tzuyu pada dirinya sendiri. Ia beranjak dari kursi lalu berjalan di sekitar area taman sambil berpikir keras tentang apa yang Sana katakan.

Hingga, sebuah suara menginterupsi dirinya yang membuat Tzuyu sontak terbuyarkan dari pikiran-nya tentang apa yang Sana katakan. "Nona Chou? Ada yang ingin bertemu dengan-mu."

"Panggil saja Eonni, Yuna-ah." gerutu Tzuyu yang membuat Shin Yuna tersenyum kecil lalu mengangguk, sedangkan Tzuyu mendekat kearahnya.

"Ah iya, tentang tamu-ku tadi. Siapa dia? Apa aku mengenalnya?" tanya Tzuyu yang membuat Yuna sedikit berpikir.

"Saya tidak tahu menahu tentang kenal atau tidaknya Eonni pada dirinya. Hanya saja, ia datang bersama suaminya."

"Suami?"

Yuna mengangguk antusias. "Dia sedang hamil, ah namanya Jeong Yein. Hanya saja, ia mengatakan marganya sudah terganti menjadi Lee sekarang."

Deg!

"J-jeong Yein kau bilang?"

Senyuman yang semula berada di wajah cantik Yuna kian meluntur. Ia menatap bingung kearah Tzuyu yang terdiam membeku. Untuk seperkian detik berikutnya wanita Chou itu tersadar lalu masuk ke dalam mansion tanpa mengucapkan kata apapun pada Yuna.

"Ada apa dengan Tzuyu Eonni?"

Sedangkan di lain sisi, Yein terus-menerus menggenggam kedua tangan sang suami. Dan Lee Minhyuk tersenyum menguatkan, ia dapat merasakan betapa dingin-nya tangan Yein saat gugup melanda. Ditambah ada Joo-Hyun dan Junmyeon di hadapan mereka.

Wanita dan pria paruh baya itu hanya tersenyum manis pada keduanya. Chou Junmyeon dan Bae Joo-Hyun tidak tahu bahwa wanita yang kini sedang hamil besar di hadapan mereka pernah menghancurkan hidup sang putri tunggal keduanya. Yang Joo-Hyun dan Junmyeon tahu hanyalah sebatas marga.

𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞, 𝐎𝐧𝐞 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang