41# Moodbooster

939 124 26
                                    

Jeong Yein terdiam kala memberikan benda berbentuk pipih itu di meja kerja Minhyuk. Awalnya, pria Lee itu tampak santai dan baik-baik sana. Namun kala melihat dua buah garis merah yang nampak jelas di matanya, Minhyuk terdiam. Ia mengambil benda itu dengan tangan gemetar.

"Y-yein?"

"Kau benar, aku mengandung." potong Yein dengan cepat, wanita itu sedikit menunduk-kan kepalanya.

Tangan kiri Yein sibuk meremas pakaian-nya dengan kuat, sedangkan tangan kanan-nya senantiasa menempel pada perut rata yang kini berisi si malaikat kecilnya bersama dengan Minhyuk. Yein tersadar, selama ini--Tuhan masih memberikan-nya kesempatan untuk kembali mempercayai untuk menjaga malaikat kecil tersebut.

Dahulu, ia memang tidak peduli dengan perihal bayinya yang keguguran. Akan tetapi, lihat sekarang? Untuk menolak saja Yein tidak bisa, jiwa ke-Ibuannya mulai muncul sebab malaikat tidak berdosa yang tengah menempati rahim-nya.

"Sejak kapan?" Pertanyaan Minhyuk membuat Yein mendongak menatap manik tajam itu.

"Beberapa hari terakhir, aku mengalami mual-mual hebat. Kau mungkin tidak tahu karena kau sering menghabiskan waktu di kantor, dan selama itu pula aku sering mengalami fase dimana banyak orang mengatakan-nya dengan istilah mengidam. Aku mencari dari beberapa sumber serta pengalaman-ku dahulu--"

"--Lusa yang lalu, tepat pada sore hari aku pergi ke sebuah Apotek. Aku membeli benda itu, saat sampai di rumah aku menyimpan-nya di dalam tas. Pagi hari, aku pergi untuk berbelanja kebutuhan-kebutuhan yang aku inginkan, namun mual itu semakin menjadi-jadi yang menyebabkan aku akhirnya memilih untuk pulang."

"Lalu?"

"Mansion sangat sepi, namun mualku tidak kunjung hilang. Sebabnya aku terburu-buru masuk ke dalam kamar mandi, tidak lupa dengan Test Pack yang aku bawa. Aku terdiam dan membeku disaat dua buah garis itu muncul. Untuk pertama kali, aku tidak ingin kehilangan dirinya sama seperti aku--"

Greb!

Pelukan hangat Yein dapatkan dari Minhyuk, pria itu mengabaikan pekerjaan-nya. Dan Yein? Hatinya menghangat sebab respon Minhyuk yang benar-benar diluar dugaannya. Ia berpikir pria itu mungkin saja menolak kehadiran janin-nya. Tapi? Lihatlah reaksinya, benar-benar diluar dugaan.

"Minhyuk-Ssi? Kau tidak marah?"

"Untuk apa aku marah? Dia darah dagingku, buah hati kecil kita. Untuk apa aku marah?"

"Aku pikir kau akan--"

"--Menolak kehadirannya? Ah, jangan bercanda. Aku tidak setega itu, Yein-ah. Dahulu, aku sudah meninggalkan tanggung jawabku sebagai sosok Ayah bagi calon anak pertama kita. Untuk sekarang? Tidak lagi dan tidak akan pernah." Minhyuk sedikit menarik nafasnya lalu menangkup wajah Yein dengan kedua tangan-nya.

"Yein-ah? Cobalah untuk melupakan masa lalu-mu yang kelam, biarkan itu mengalir dengan takdirnya. Kau tidak mau bukan seorang Ayah terpisah dari anak-anaknya? Lepaskan Jungkook, Yein." Si empu terdiam, air matanya mulai menetes kala membayangkan bagaimana anaknya nanti apabila Minhyuk berada di posisi Jungkook?

Membuat rekayasa bagaimana kehidupan anak-nya nanti tanpa seorang Ayah?

"Minhyuk-Ssi? Apakah yang kulakukan selama ini menimbulkan masalah besar?"

"Sangat besar."

Minhyuk terlampau jujur untuk hal ini, ia harus berusaha menyadarkan wanita Jeong itu demi kebaikan bersama. Jungkook dapat kembali bersama Tzuyu, dan dia membangun sebuah keluarga kecil bahagia bersama Yein. Sudah cukup banyak-nya kesempatan yang lewatkan di masa lalu. Sekarang tidak lagi.

𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞, 𝐎𝐧𝐞 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang