32# Remember Me?

751 122 32
                                    

Jeon Jungkook nyatanya sering merilekskan pikiran dan tubuh di taman kota, seperti saat ini. Sudah genap satu bulan dirinya dan Tzuyu berpisah rumah, ia sendiri masih belum bisa mendapatkan sebuah jawaban yang pasti untuk kekasih hatinya. Jungkook ingin menyangkal, tapi yang ia tahu seluruh masalah di masa lalu antara dirinya dan Yein adalah kebenaran.

Ingin rasanya Jungkook kembali mengulang waktu, dimana ia tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Namun sayang, hal itu hanya sebatas kata andaikan. Pria Jeon itu bergelut dengan pikiran-nya, sampai sebuah tepukan di pundak membuat dirinya terkesiap dan sontak berdiri.

"Hi! Masih mengingat-ku?"

Sontak saja, raut wajah Jungkook berubah menjadi dingin kala tahu siapa yang telah menepuk pundaknya. "Untuk apa kau kemari, Jeong Yein?"

Wanita bernama Yein itu tertawa kecil mendengar kalimat dingin yang Jungkook lontarkan pada dirinya. Seakan tidak mempedulikan area sekitar, ia mendekat lalu mengusap-usap rahang tegas Jungkook dengan sensual. Tangan-nya mengelus-elus dada bidang Jungkook yang membuat si pria Jeon mendelik.

"Pergi, jangan menggangguku." sarkas Jungkook yang justru membuat tawa Yein semakin menjadi.

Ia kemudian memundurkan tubuhnya beberapa langkah sembari menyilangkan kedua tangan di dada-nya. Dengan sedikit berdecak kecil Yein mengibas-ngibaskan tangan-nya ke surai rambut hitam yang ia miliki.

"Jadi, kau sudah benar-benar melupakan diriku? Ah, bagaimana dengan malam itu? Kau mengingat-nya bukan, sayang?"

"Pergi wanita sialan, pergi dari hidupku."

"Oh?" Yein cukup terkesiap mendengar nada dingin Jungkook yang terdengar cukup menjadi-jadi. Ia kemudian berdecih lalu kembali mendekat ke arah Jungkook.

Dengan cepat Yein mengambil tangan pria tersebut lalu diletakkannya di atas perut rata miliknya. Jungkook cukup membeku, dan Yein sontak menyeringai. Ia tahu pria itu pasti masih dikelabui rasa bersalah yang amat mendalam, dan lagi pula Jungkook tidak tahu kebenaran yang ada.

"A-apa maumu?" tanya Jungkook dengan nada gemetar, dalam hati ia merutuki dirinya sendiri karena harus tampil lemah di depan wanita licik seperti Jeong Yein.

"Jauhi Tzuyu, buat dia kecewa besar dengan-mu."

"Tidak!"

"Mengapa?"

Yein semakin merapatkan diri-nya pada Jungkook, wanita itu kemudian mengambil sesuatu dari dalam tas ber-merk Prada miliknya. Sebuah testpack dengan dua garis merah yang tampaknya sudah begitu usang, melihat itu Jungkook terdiam kaku. Apakah benar? Anak yang Yein kandung adalah putranya? Dan dimana ia sekarang?

"Dia masih hidup?" Pertanyaan Jungkook kali ini membuat Yein tersenyum kecut, untuk kemudian wanita itu menggeleng yang membuat jantung Jungkook cukup mencelos. Ia tidak tahu apa alasannya, namun ada rasa tidak rela karena janin itu harus tiada.

Yein kembali memundurkan langkahnya. "Apa kau tahu, Jungkook? Apa saja yang aku lewati tanpa dirimu? Aku tahu aku selama ini salah dengan mencoba untuk merebut dirimu dari Tzuyu, aku sangat tahu. Dulu aku haus dengan hartamu, Jungkook. Tapi saat bayi itu hadir, perlahan rasa cintaku untuk dirimu semakin membesar. Aku mencintaimu, Jungkook! Mengapa kau sama sekali tidak dapat melihatnya?"

Jungkook terdiam, ia bingung harus menjawab apa. Kedua manik indah itu tampak berkaca-kaca saat melihat Jungkook, Yein kemudian menunjuk-nunjuk hatinya.

"Disini, disini begitu sakit karena kau memilih untuk mengejar Tzuyu. Apa kau tahu? Anak yang ia kandung bukanlah anak kandungmu, Jeon Jungkook!"

"Tutup mulut-mu!" bentak Jungkook yang membuat Yein sontak terkejut lalu terdiam, jantungnya berdebar-debar dengan cepat.

𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞, 𝐎𝐧𝐞 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang