25# Daegu

902 133 16
                                    

Butuh waktu sekitar enam bulan lamanya bagi Tzuyu untuk kembali menyesuaikan diri dan mencoba melupakan apa yang telah Eunwoo lakukan padanya.  Wanita Chou itu tersadar, apapun yang telah terjadi jangan sampai membuat tanggung jawab dan kewajiban-nya terhadap Jaehya dan Hana menjadi terkikis.

Pertengahan bulan ini, Jungkook baru akan melaksanakan rapat besar di Daegu dengan beberapa petinggi perusahaan negara--sebab ia lebih mementingkan keadaan Tzuyu terlebih dahulu daripada pekerjaan-nya. Ia sadar memang, sudah enam bulan rapat penting itu tertunda. Karena itulah, Jungkook memutuskan hari ini ia akan berangkat dan ditemani oleh Kwon Eunbi selaku sekretaris pribadinya serta beberapa pegawai penting.

Tadi malam, Jungkook menyiapkan beberapa keperluan-nya untuk menetap di Daegu selama tiga bulan--tentunya dibantu oleh Tzuyu. Mulai dari pakaian formal, non-formal, peralatan mandi, dan bahkan beberapa minyak wangi dibawanya. Alhasil sudah ada lima koper berukuran besar yang siap di ruangan tamu mansion Jeon.

Dua diantaranya berisi berkas-berkas penting yang sudah dilapisi oleh map-map khusus perusahaan. Dan sekarang, Jaehya dan Hana sibuk memeluk pria Jeon itu sambil mengeluarkan raut wajah murung mereka. Bahkan, semalam Hana menangis karena tidak ingin Jungkook pergi untuk tiga bulan lamanya.

"Mengapa kau harus pergi, Daddy?" Tanya Jaehya yang membuat Jungkook tersenyum lalu mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan kedua malaikat kecilnya ini.

"Ini pekerjaan Daddy, sayang." Jawab-nya kecil yang membuat Jeon tampan itu sedikit mengerucutkan bibirnya sebal. Ia mulai berpikir, jika Jungkook tidak ada--siapa yang akan bermain bersama-nya setiap malam?

"Lama sekali, Daddy tidak akan merindukan kami pasti. Benarkan?" Tuduh Hana dengan tangan yang sibuk disilangkan di dadanya.

"Hei, darimana kau tahu? Justru, Daddy akan amat dan sangat merindukan kalian. Daddy janji, setiap malam Daddy akan menghubungi kalian."

Tzuyu tersenyum dalam arti melihat interaksi ketiganya, ia sedikit menyandarkan tubuh di pintu utama lalu menyilangkan dada. Sesekali ia tertawa kecil kala melihat usaha Jungkook untuk mencium pipi dua buah hatinya yang selalu menolak sebab masih marah dengan sang Ayah yang pergi secara mendadak bagi mereka.

"Sayang? Daddy kalian akan kembali dalam tiga bulan lagi, jangan terlalu membuatnya merasa bersalah." Tutur Tzuyu sembari ikut mensejajarkan tinggi tubuh mereka. Mendengar hal itu, Jungkook sontak mengangguk antusias mendengarnya--apabila anak-anaknya ini sedang marah, demi Tuhan mereka benar-benar sulit untuk dibujuk.

Jaehya dan Hana saling bertatapan untuk jangka waktu yang singkat, untuk kemudian keduanya terlihat saling berpikir yang membuat Tzuyu dan Jungkook saling melirik dan memberikan tatapan bingung.

"Baiklah-baiklah, kami tidak akan melarang Daddy untuk pergi ke Daegu. Tapi, Daddy harus membelikan kami mainan sebagai gantinya saat kembali ke Seoul nanti."

Jungkook sontak terkekeh kecil mendengar penjelasan Hana yang diangguki setuju dengan Jaehya. Mainan? Oh ayolah, bahkan kapal pesiar saja Jungkook mampu untuk membelinya. Sebab itu, mainan-mainan mewah untuk anak seusia Jaehya dan Hana mulai terpikirkan oleh Jungkook.

"Bagaimana? Deal-kah Daddy?"

"Baiklah, deal!"

Jawaban Jungkook yang terdengar mutlak bagi mereka membuat keduanya sontak berteriak histeris gembira lalu memeluk tubuh Jungkook dengan erat. Bahkan kedua pipi pria Jeon itu berkali-kali dihadiahi ciuman dari kedua malaikat kecilnya dan Tzuyu, setelah dirasa cukup--mereka berdua menyudahi aktifitas-nya.

"Terima kasih banyak, Daddy! Kami mencintaimu, hum."

"Yap, kami mencintaimu."

Cup!

𝐏𝐥𝐞𝐚𝐬𝐞, 𝐎𝐧𝐞 𝐌𝐨𝐫𝐞 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐜𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang