"Awas lo ya! Dasar Batu es, batu nisan, batu kali berjalan!!!"
Semua berawal dari permainan truth or dare yang teman-temannya buat, Bianca Khanza Nadira harus menerima tantangan dari teman sekelasnya untuk berfoto bersama dengan laki-laki yang berna...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Pada dasarnya perasaan memang tidak bisa dipaksakan begitu saja, walapun seberapa kuat usaha yang kau lakukan itu tidak menutup kemungkinan dia akan menyukaimu. Karena semakin dipaksakan perasaan itu, tidak akan berakhir dengan baik karena sedari awal apa yang mereka lakukan adalah sebuah kesalahan.
Poros waktu terus saja berputar setiap waktunya terjadi perubahan, yang mungkin tidak sama lagi dengan hari kemarin hingga saat waktunya tiba menciptakan kenangan-kenangan yang telah berlalu dan akan terekam didalam otaknya kenangan itu yang akan menemaninya saat ini.
Seorang gadis tengah duduk dibangku taman menghadap kearah kanvas, sudah satu jam yang lalu ia duduk disini sibuk dengan lukisan yang sedang ia buat.
Tangan lentiknya dengan lihai membentuk garis-garis pada kanvas kosong tersebut, dan memberinya sedikit percikan warna agar terkesan hidup perpaduan warna terlihat jelas, ia tersenyum hampir sempurna lukisan kali ini.
"Rissa."
Deg
Rissa menghentikan kegiatannya ia tidak berani untuk melihat kebelakang, jelas Rissa tidak salah dengar apalagi dengan suara itu.
"Rissa," Ucapnya lagi. Tangan Rissa mengepal erat ia memberanikan diri untuk melihat ke belakang dan sesuai dugaannya tadi.
Mereka saling bertatap muka sibuk dengan pemikiran masing-masing, Rissa hanya terdiam begitupun dengan laki-laki dihadapannya saat ini. Mengingat kejadian dulu sungguh membuka luka lama kembali tergores Rissa sunguh kecewa sekaligus sakit hati dengan laki-laki yang ada dihadapannya saat ini.
"Hai apa kabar," tanya Rissa basa-basi dengan senyuman.
"Tidak baik."
"Mengapa begitu, seharusnya kamu senang sekarang."
"Jangan bersikap egois," Rissa tertawa hambar menatap kearah laki-laki itu, ia sudah paham arah pembicaraan mereka saat ini.
"Kejadian waktu itu hanyalah salah paham, bukan dia gadis yang kusuka, aku hanya menganggapnya seorang adik tidak lebih."
"Kamu berbohong,"
"Terserah padamu, aku hanya mengatakan kebenaran yang selama ini yang ingin kamu tahu."
"Apakah aku akan percaya begitu saja padamu? Tentu tidak."
"Kau benar-benar sudah berubah."
"Aku berubah karenamu," Rissa langsung pergi meninggalkan tempat tersebut dan seseorang itu, ia juga tidak memperdulikan alat-alat melukis kesayangannya.
Hari yang sangat membosankan. Sudah hampir seminggu Biee berdiam diri dirumah karena kakak kelasnya sedang melaksanakan ujian, kegiatan Biee saat berlibur adalah bercocok tanam dan pagi ini ia harus menyiram bunga-bunga yang ia tanam beberapa hari yang lalu.