"Awas lo ya! Dasar Batu es, batu nisan, batu kali berjalan!!!"
Semua berawal dari permainan truth or dare yang teman-temannya buat, Bianca Khanza Nadira harus menerima tantangan dari teman sekelasnya untuk berfoto bersama dengan laki-laki yang berna...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Eh, Maaf nggak sengaja" gadis ini langsung mengulurkan tangannya membantu seorang gadis yang masih terduduk di aspal, sepertinya mereka seumuran itu pikirnya. Dia cukup menyesal melihat kue yang dibawa oleh gadis itu hancur begitu saja.
"Nggak apa-apa kok" Biee mendesah, kue yang dia buat segenap jiwa raga jadi rusak dan tidak berbentuk lagi. Padahal kue ini untuk El. Karena beberapa hari ini El menyukai kue bikinannya, walaupun El tidak meminta Biee berinisiatif untuk memberikannya setiap hari, dan El selalu memakannya.
Dari kejauhan, Hilda cukup terkejut melihat orang itu yang sedang bersama dengan sahabatnya Biee. Dia tidak salah lihat kan? Matanya tidak rabun kan? Ini jelas dan nyata tapi bagaimana bisa? Hilda terus saja mengucek kedua matanya dan benar dia tidak salah lihat.
"Gue bisa ganti kue itu, sekali lagi maaf tadi gue buru-buru nggak hati-hati lagi" sesalnya seharusnya tadi dia fokus melihat jalan bukan memainkan ponsel.
"Nggak usah. Gue juga salah tadi nggak hati-hati jalannya, gue bisa bikin lagi"
"Tetep aja gue ngerasa nggak enak, Sekali lagi maaf ya"
"Iya"
Setelah gadis itu pergi Biee menghela napasnya pelan. Untuk hari ini El tidak akan memakan kue buatannya. Biee berjanji besok akan membuatnya lagi dan menggantikan kue yang sudah hancur itu. Sebenarnya Biee bisa saja balik lagi ke toko kue, milik Bunda-Mom tapi Biee tidak ingin. Karena Biee menginginkan kue hasil buatannya sendiri. Bukan buatan Bunda-Mom walaupun rasanya pasti sama, tapi ada sedikit perbedaan.
"Lo tadi ngomong sama siapa Biee?" Hilda datang matanya terus saja menatap kearah orang itu yang sudah pergi jauh.
"Orang"
Hilda mendelik sebal. "Gue juga tau itu orang tapi namanya"
"Mana gue tau, gue baru aja ketemu!" Keberadaan Hilda membuat mood-nya semakin buruk.
Sebenarnya Hilda masih penasaran dengan orang itu, melihat raut wajah Biee seperti itu membuatnya segan untuk bertanya lagi, Hilda lebih memilih melupakannya. "Katanya tadi lo mau ambil kue mana kuenya?"
Biee menunjuk kearah aspal. Hilda sedikit meringis melihat kue itu yang sudah tidak berbentuk lagi. Sungguh sangat di sayangkan. Padahal kue buatan sahabatnya ini lumayan enak, walaupun tidak seenak dan sepas buatan tante Oliv. soal rasa tapi persis lah sama, wajar saja Biee kan anaknya pasti bakat membuat kue itu turun dari Mama-nya. Biee hanya perlu belajar lagi saja agar rasa itu sempurna.
Kerusuhan yang di buat Alvan sungguh membuat El terganggu. Lihat saja tingkah sahabatnya itu yang sedang mengajak kucing peliharaan adiknya bermain. Apa ini yang di sebut sebagai penerus perusahaan om Digantara El tidak yakin itu.