JANGAN LUPA KLIK BINTANGNYA!
BUDAYAKAN VOTE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA DAN TINGGALKAN KOMENTAR SESUDAH MEMBACA:)
***
Terhitung sudah, seminggu berlalu El benar-benar berubah dan mengacuhkan gadis itu, jika mereka bertemu. Bahkan El tidak mengganggu gadis itu lagi dan mengirimkan pesan atau semacamnya seperti biasa. Hanya El yang tahu mengapa dia tiba-tiba menjauhi Biee seperti ini, El menghela napasnya ucapan Alan terngiang-ngiang di telinganya sepeduli itukah gadis mungil itu apakah dia terlalu jahat.
Baru saja El membuka jersey basket miliknya. Alan datang duduk di samping-- sambil membawa sebotol minuman dingin yang tadi El pesan.
"Jangan jadikan kejadian itu sebagai alasan untuk lo jauhi gadis itu" ucap Alan pelan sambil menyerahkan sebotol minuman dingin. "Dan jangan lakuin itu lagi lo nggak tau dia khawatir sama lo"
"Dia sering dateng pas jam istirahat nanyain lo tiap hari, sama gue. Waktu lo nggak masuk, gue cuma bisa jawab lo lagi ada urusan keluarga"
"Setiap harinya dia selalu bertanya hal yang sama dan selalu berakhir kecewa lo tau Biee pernah tanya soal kejadian di perpus? gue nggak bisa jawab hanya lo yang harus jawab bukan gue"
Setelah mendengarkan cerita Alan kemarin sore. Ada sedikit rasa bersalah hinggap di hatinya saat mengetahui itu. Cukup membuat El terkejut juga, karena kelakuan gadis itu yang selalu mencarinya setiap hari, saat dirinya tidak masuk beberapa hari.
Ada perasaan kesal juga saat gadis itu berdekatan dengan cowok lain selain dirinya. aneh bukan? El tahu dan melihat kemarin saat gadis itu pulang bareng bersama dengan Aksa. Bahkan semenjak El menjauhi gadis itu, Aksa selalu saja mendekati dan mencoba mencari kesempatan. Ingin rasanya El memberi pukulan kepada rivalnya. Hanya El yang tahu apa yang sekarang dia pikirkan, tatapan matanya berubah tajam dan dingin apalagi saat melihat orang yang membuatnya emosi di ujung sana El langsung menghadang dan--
"Jangan coba deketin gadis itu lagi!" Tegas El sambil memberi tiga bogeman mentah kepada Aksa.
Sedangkan Aksa tertawa. "Gadis siapa maksud lo" Aksa bangun mengusap sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah dan menatap El dengan tatapan remeh.
"Jangan pura-pura bego"
"Gausah sok peduli seakan-akan lo mencintainya!" Aksa langsung pergi meninggalkan El yang sedang menahan amarah, terlihat jelas dari kepalan tangannya.
Dengan keadaan emosi cowok jangkung berwajah tampan beralis tebal dan memiliki tatapan tajam, berjalan dengan cepat. Apalagi dia memiliki langkah kaki yang panjang. Saat cowok itu lewat semua orang menatap kearahnya, mereka bisa merasakan aura yang sangat menyeramkan dan tidak berani menatap cowok itu lama-lama. Walaupun El sedang menahan amarahnya kadar ketampanannya tidak berubah semua nampak sama.
Setelah sampai di tempat tujuan El langsung masuk. Matanya sibuk mencari gadis yang beberapa hari ini dia jauhi. Tiba-tiba amarahnya hilang begitu saja saat menatap gadis itu. El masih memperhatikan gadis itu yang tengah serius mengerjakan sesuatu, terkesan imut dan menggemaskan apalagi saat mengerutkan keningnya yang terlihat sedang bingung.
''Heran gue tugas gini aja sampai sekarang belum selesai! harus gue aja yang kerjain semua'' gerutu Biee merasa kesal kepada teman satu kelompoknya.
''Ini gimana lagi cara ngerjainnya!''
''Mana lagi penghapus gue, woy balikin yang pinjem si belang gue! Cup jangan di kantongin mulu sama lo''
''Kalo minjem itu langsung di balikin kalo ilang gimana susah cari penghapus kaya gini'' Biee langsung mengambil penghapus itu dengan kasar.
Tapi seperti ada yang aneh. Suasana kelas biasanya ramai seperti pasar apalagi sekarang free class mendadak hening dan Biee ingat jelas tangan si Ucup tidak seputih itu. Biee tidak mau memikirkan itu mungkin temannya sekarang rajin luluran supaya si Berlin menyukainya. Dan apa-apaan ini siapa yang berani menggurung tubuhnya. Tangan itu terlihat jelas seperti tangan laki-laki, Biee langsung saja menoleh menatap-- sang tersangka.
''El'' kaget Biee karena cowok itu tiba-tiba ada di belakangnya sedang mengurung tubuh mungilnya di meja.
"Jangan dekat dengan Aksa lagi" bisik El pelan di telinga gadis yang sedang terdiam kaku mencoba menahan napasnya.
"Hah?"
"Pulang bareng tunggu di parkiran" ucap El begitu saja dan langsung pergi meninggalkan dirinya yang masih syok dengan kejadian tadi. Biee meraba dadanya jantungnya seperti ingin melompat keluar siapapun tolonglah Biee saat ini.
"Kenapa Biee lo baik-baik aja kan?" goda Hilda sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
Dan sialnya semua teman sekelasnya ikut menggoda dirinya.
Biee menatap horror kearah Hilda yang sedang asyik mentertawakan dirinya dan lihat lah teman sekelasnya juga ikut-ikutan. "Ijo-ijo celana si mamat bodoamat!" Biee langsung melanjutkan pekerjaan yang belum selesai menghiraukan Hilda dan teman satu kelasnya.
Biee tidak mau memikirkan omongan cowok itu yang tiba-tiba datang seperti jailangkung. Datang berbicara seperti itu setelah menghilang dan selalu menghindarinya, tanpa alasan yang jelas! Biee sekarang tengah sibuk mengerjakan tugas kimia yang belum rampung. Padahal ini tugas kelompok, terdiri dari empat orang dan semuanya dia yang mengerjakan. Menyebalkan memang yang lain hanya menumpang nama saja.
Bel pulang berbunyi, Biee segera bergegas pergi keluar gerbang. Pasti kang ojol yang Biee pesan sudah datang, benar saja kan Mas-nya sudah menunggu dan memberikan helmnya, Biee segera memakai helm itu dan langsung naik pergi meninggalkan area sekolah. Dia sudah tidak sabar untuk sampai rumah, kucing tetangganya sudah melahirkan sekaligus empat anak kucing yang lucu yang Biee beri nama Beti,Beta,Bitu dan Butu.
Sudah satu jam lebih. El menunggu gadis itu datang. Tapi mana, parkiran sudah terlihat sepi lagi, El bergegas menyusul gadis itu yang sedikit membuatnya kesal karena sudah menunggu lama. Kelas pun sudah terlihat sepi tidak ada seorang pun, kemana perginya gadis itu, dia kan sudah bilang tunggu di parkiran. El menghela napasnya dan langsung kembali lagi ke parkiran dia bergegas untuk pulang, buang-buang waktu saja pikir El.
Akhirnya Biee sudah sampai di depan gerbang rumahnya dengan selamat. Dia segera turun dan langsung membayar tarif ojol tersebut. Biee bergegas masuk kedalam rumah, baru saja dia melangkahkan kakinya sambil bersenandung ria.
''Neng helm-nya belum di lepas'' Biee langsung memegang kepalanya pantas saja seperti ada yang berat di kepalanya Biee terkekeh dan mengembalikan helm tersebut.
''Maaf ya pak saya lupa''
''Iya nggak papa Neng, udah sering kok, Neng suka lupa gini saya juga heran'' ucap kang ojol itu sedangkan Biee tersenyum kikuk dia merasa malu.
Setelah melihat Kang ojol itu sudah pergi Biee bergegas masuk ke dalam rumahnya.
Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap partnya!
TERIMA KASIH UNTUK YANG SELALU VOTE💙 AKU UPDATE KARENA KALIAN.
Salam,
Sanwldr
KAMU SEDANG MEMBACA
Elbiee : Prince Stone✔ (COMPLETED)
Teen Fiction"Awas lo ya! Dasar Batu es, batu nisan, batu kali berjalan!!!" Semua berawal dari permainan truth or dare yang teman-temannya buat, Bianca Khanza Nadira harus menerima tantangan dari teman sekelasnya untuk berfoto bersama dengan laki-laki yang berna...