• Elbiee #33 •

9.5K 370 12
                                    

HAPPY READING

Ada yang masih nungguin cerita ini? Maaf ya kalo update nya lama..
.
.
.

Ada yang masih nungguin cerita ini? Maaf ya kalo update nya lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


"Mau ngapain kita kesini"

"Liat pemandangan"

"Gue nggak mau! Gue mau pulang! Nanti Bunda-Mom nyariin lagian ini udah sore waktunya pulang bukan main" Biee meninggalkan El begitu saja mungkin sudah lima langkah dari tempat tadi Biee berpijak. Dia menoleh dan cowok itu masih diam saja tanpa mau mengejar, baru saja Biee melangkahkan kakinya lagi.

Seakan tahu, El menghela napasnya. "Lo nggak kepo soal kejadian di perpus"

Gadis ini akhirnya terdiam mematung. Setelah mendengar pernyataan dari cowok itu. Dia sangat tertarik untuk mendengarkan ucapan El barusan, Biee berpikir lagi, kembali atau tidak? karena dia juga masih marah dengan cowok itu. Tapi Biee kepo ingin mengetahui lebih jauh. Siapa sebenarnya El, sangat jarang bukan Biee mendapat kesempatan seperti ini, cowok itu mau bercerita kepadanya.

Akhirnya Biee memutuskan pilihannya. Terdengar langkah kaki sedang berjalan kearahnya, El bisa merasakan itu, walaupun dirinya tidak melihat kebelakang. Dia menghela napasnya pelan dia sudah siap menceritakan tentang masa lalunya. Hal yang sangat privasi. Hanya keluarga dan kedua sahabatnya yang tahu. Karena El, tidak mau orang-orang mengetahui kelemahannya apalagi tentang masa lalunya.

"gue sangat benci hujan apalagi dengan deras di sertai angin dan kilatan di atas sana" Biee langsung menoleh menatap kearah cowok di sampingnya dengan tatapan penuh arti.

"Lo tau kan ombrophobia? Ya gue menjadi pengidap salah satunya" tatapan mata El lurus seakan mengenang masa-masa kelam dalam hidupnya. Dimana saat itu juga dia kehilangan seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya. Dan berakibat El ketakutan berlebihan pada hujan, sehingga membuatnya menjadi seperti ini.

Setiap hujan turun, El selalu menutup rapat-rapat jendela kamarnya dan bersandar di pojokan sambil memeluk kedua lututnya dia merasa cemas dan takut. Seakan kejadian dua tahun lalu terus berputar-putar di otaknya. Dan setelah hujan reda, sikap El berubah menjadi lebih dingin lagi dan tak tersentuh.

Sudah banyak terapi yang El ikuti, tetapi nihil. Trauma itu sulit di hilangkan dan butuh waktu untuk El normal kembali. Dukungan dari keluarga dan para sahabatnya selalu di berikan. El sudah lelah dengan trauma yang di deritanya, dia tidak ingin semua orang mengetahui tentangnya. Sehingga dia menutup rapat-rapat dari semua orang, bahkan berita yang menayangkan kejadian na'as itu hilang seketika dan tidak pernah muncul lagi di televisi atau media massa.

Dia tidak mau menceritakan lebih dalam lagi tentang masalalunya, kepada gadis ini. Cukup trauma yang di deritanya saja, tidak dengan penyebab trauma itu. Dan alasan mengapa dirinya menjauh setelah kejadian itu, El benar-benar tidak bisa menceritakannya.

Ada sedikit rasa iba saat El menceritakan hal itu. Melihat seorang Eldomaro seperti itu membuat Biee tersentuh. Biee tahu apa itu ombrophobia sejenis kelainan takut akan hujan secara berlebihan, pengidap ini biasanya menganggap hujan atau awan mendung sebagai sesuatu yang akan mendatangkan bencana baginya. Mungkinkah El ada trauma di masalalunya? sehingga menyebabkan hal seperti ini, Biee lebih memilih diam, padahal banyak sekali yang ingin dia tanyakan tadi.

Semilir angin sedikit menerbangkan ujung rambutnya. Langit terlihat sudah berubah menjadi sedikit orange. Keduanya sama-sama terdiam, menatap lurus kedepan sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Maaf soal yang kemarin" El menoleh sambil menatap wajah gadis di sampingnya. "Lo mau kan maafin gue?"

"Apa alasan lo lakuin itu?" Biee memalingkan wajahnya agar tidak menatap cowok di sampingnya karena matanya berkaca-kaca, Biee tidak ingin El melihatnya.

"Gue nggak bisa cerita, yang penting lo harus percaya sama gue"

"Percaya? Gue butuh kejujuran dari lo" ucapnya. "Lo tau kan landasan sebuah hubungan itu harus di dasari oleh kejujuran dan saling terbuka"

"lo udah jatuh cinta sama gue sehingga lo bertanya seperti itu?"

"Kalo gue bilang iya?"

"Perjuangan gue nggak sia-sia"

"Ya perjuangan lo nggak sia-sia" ucap
Biee pelan.

Mereka sama-sama terdiam lagi. Jelas suasana menjadi cangung setelah membahas hal itu.

"Kita baikan ya"

Cukup lama Biee terdiam entah apa yang dia pikirkan sampai akhirnya dia mengeluarkan suaranya lagi.

"Nggak"

"Kenapa" tanya El sedikit was-was dan penasaran, tetapi El bisa menyembuyikan keadaannya saat ini.

"Gue masih marah!" Desis gadis berambut sebahu ini, sambil menatap remeh cowok di sampingnya dengan tatapan lucu.

Yang benar saja! El sedikit terperangah mendengar jawaban gadis ini sekaligus membuat El bernapas lega.

"Terus Lo larang-larang gue buat deket sama Aksa! tapi lo sendiri deket sama si nenek Alfiroh pake sentuh-sentuh wajah lagi" decak Biee begitu saja dia sangat kesal saat membayangkan kejadian di tribun.

El tertawa. Rasa sedih yang tadinya hinggap di hatinya, hilang seketika saat mendengar celotehan gadis di sampingnya, akhirnya gadis ini sudah kembali seperti semula. Biee menyeritkan keningnya saat melihat El tertawa. Apakah ada yang lucu? dirinya sedang marah saat ini meluapkan segala kekesalannya.

"Jadi ceritanya cemburu?"

Hehh! Biee merutuki ucapannya tadi. Kenapa dia harus berbicara seperti itu! Biee keceplosan. Mulutnya tidak bisa terkontrol, saat meluapkan kekesalannya tadi. Jadi seperti ini kan! ingin rasanya Biee menghilang di antara rumput yang bergoyang itu, demi apapun dirinya malu.

"Nggak! siapa juga yang cemburu!" Elak gadis ini yang sedang menormalkan detak jantungnnya.

"Masa? yakin?"

"Ya iyalah" Biee mencoba agar biasa saja dan tidak gugup.

"Lo nggak sayang sama gue?"

"H-hah? maksud lo apa"

"Gue berharap si lo tadi cemburu"

"Kenapa"

"Lo tau kan kalo cemburu tandanya sayang" percayalah El merasa aneh dengan ucapannya barusan, mengapa dia bisa berbicara seperti itu sungguh menggelikan.

"Gembel dasar!" Mereka pun tertawa bersama.

"Kita baikan ya" bujuk El kembali agar Gadis ini memaafkannya.

"Pokoknya nggak! Dan nggak!"

Saat ini El tidak tahu harus melakukan apa. Jujur dirinya tidak tahu cara merayu seorang cewek, apakah El harus bertanya pada mbah google dulu, apa yang harus dia lakukan saat ini.

"Ayolah baikan ya"

Biee terus menggelengkan kepalanya dengan gerakan pelan. Seperti anak kecil yang sedang merajuk.

"Baikan ya?" El mengangkat jari kelingkingnya dengan muka melas, dia masih berusaha membujuk gadis ini.

Biee tersenyum menyatukan jari kelingkingnya dengan El. "Oke deh tapi Dengan satu syarat"

El menyeritkan keningnya. "Apa itu?"

Sedangkan Biee tersenyum, sebentar lagi kawan-kawannya di dalam kamar akan mempunyai anggota baru.

Jangan lupa tinggalkan jejak di setiap partnya!

Salam,

Sanwldr

Elbiee : Prince Stone✔ (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang