HAPPY READING!
***
Suasana terasa canggung arah tatapan Alan terfokuskan kepada dua orang dihadapannya yang sedang menatap satu sama lain dengan tatapan yang Errr.. Alan sedang memikirkan cara untuk mencairkan suasana saat ini, tapi ia bingung harus melakukan apa. Alan melirik kearah El dan Aksa. Sampai saat ini tidak ada yang mengeluarkan suara hanya keheningan dan terdengar lalu lalang kendaraan.
Alvan berigidik ngeri melihat mereka berdua, seakan El dan Aksa berbicara lewat gerak matanya terlihat dari tatapan mata keduanya. Alvan memberi kode kepada Alan.
Apakah salah niat baik Alvan dan Alan untuk memperbaiki hubungan persahabatan mereka yang telah hancur. Dan mengundang mereka datang dengan alasan untuk merayakan kemenangan tim basket, dan bukankah mereka sudah sepakat. Untuk berbaikan saat El menyetujui Aksa kembali bergabung didalam timnya, begitupun dengan Aksa yang setuju kembali gabung bersama ketiga sahabatnya lagi.
"Jauhi dia!" Setelah sekian lama diam, El mengeluarkan suaranya.
Aksa terkekeh. "Dia yang mana maksud lo?"
Seakan paham El mengepalkan tangannya. Ia langsung berdiri dan pergi meninggalkan tempat tersebut ucapan Aksa cukup membuatnya geram, apa sebenarnya yang Aksa mau. El tidak mau Aksa mencampuri urusannya.
Aksa hanya menatap punggung El dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Gue nggak tau masalah kalian sekarang apa? Bukankah masalah itu sudah berlalu" tanya Alan, Aksa hanya terdiam menikmati minuman yang ada di meja. Alan yakin Aksa mendengar ucapannya itu.
"Sudahlah lupakan kita bersahabat, gue pengen kita kayak dulu lagi" Alvan sudah pusing memikirkan kesalahpahaman antara El dan Aksa.
"Gue cuma pengen El sadar atas apa yang dia lakukan" ucapnya sambil menatap jalan diluar sana.
Beginilah jika tinggal sendirian dirumah, dan tidak ada siapa-siapa sedari tadi perut Biee berbunyi cacing-cacing di perutnya sudah berdemo meminta jatah, Biee membuka lemari dan terlihat kosong seperti hatinya saat ini harapannya pupus sudah untuk makan.
Ting!
Dentingan pesan notifikasi layar ponsel miliknya berbunyi. Siapakah gerangan, Biee menyipitkan matanya.
BatuESberjalan🥶
Aku didepan.
Keluar sekarang.
Jangan mikir lama-lama.
Biee melotot, tanpa berpikir lagi Biee langsung berlari dengan tergesa kearah pintu depan, dengan perasaan bahagia. Terlihat punggung tegap seorang cowok yang tadi mengirimkan pesan kepadanya. Tatapan Biee terfokuskan kearah tangan El, yang tidak membawa apa-apa. Senyuman Biee hilang, El dibuat bingung dengan raut wajah gadis itu saat ini.
"Kenapa?"
"Kamu nggak peka!" Seketika El mengerutkan keningnya.
"Hah"
"Kamu datang kesini nggak bawa apa-apa!?"
"Emang bawa apa" tanya El bingung.
"Aku kira kamu kesini bawa makanan, nyatanya nggak. Kamu nggak sama kayak pacar tetangga aku, setiap diapelin pasti bawa makanan. dasar nggak peka ceweknya lagi kelaperan juga!"
"Harus aja dikasih kode, seharusnya kamu ngerti maunya aku itu gimana"
"Nggak usah berbelit-belit intinya apa"
"Beliin makan, aku laper" ucapnya dengan tersenyum lebar sembari menampilkan sederet gigi putihnya.
Kenapa harus berdebat dulu jika intinya Biee menginginkan makan, buang waktu dan tenaga, terkadang kaum hawa memang sangat membingungkan, ribet dan bikin pusing itulah yang dipikiran El saat ini.
Dua porsi sate lontong sudah Biee habiskan dalam waktu yang terbilang cepat. El hanya memperhatikan gadis disampingnya, ia menggelengkan kepala. tidak ada kesan anggun sama sekali pada diri gadis ini. El berpikir gadis disampingnya doyan apa lapar? terlihat dari caranya makan tadi. Apakah Biee tidak makan selama sebulan.
''mau?'' tawar Biee kepada El, karena El terus memperhatikannya.
El menggelengkan kepalanya. Tanda 'tidak' melihat gadis disampinya saja sudah membuatnya kenyang. Lagipula El paling anti makan dipinggir jalan seperti ini.
''beneran nih, nggak mau? enak tau nanti nyesel nggak makan''
''nggak''
''satu tusuk aja ya cobain, ini enak banget. pasti kamu belum pernah makan ditempat ginian, mangkannya cobain'' paksa Biee. Karena Biee tidak berbohong, sate langgananya selalu enak dan tidak mengecewakan apalagi soal harga sesuai dengan kantong pelajar seperti dirinya.
''nggak usah Biee'' tolak El dengan halus.
''yaudah'' pasrah Biee dan melanjutkan lagi makan yang sempat tertunda.
Lima menit kemudian Biee sudah selesai dengan makannya, rasa lapar yang tadi menderanya telah hilang sekarang dan berganti menjadi rasa kenyang.
''alhamdulillah'' ucap Biee tangannya sibuk mengusap-usap perutnya yang terlihat sedikit buncit karena kekenyangan.
"Udah kenyang? Mau lagi?" Tanya El dengan nada geli berusaha untuk menggoda gadis disampingnya.
"Nggak mau, liat nih perut aku udah gede dan sekarang kayaknya mau lahiran"
"Jangan becanda"
"Aku nggak becanda"
El menatap Biee ngeri, detik itu juga tawa Biee pecah seketika melihat raut wajah El saat ini. El tersenyum melihat Biee tertawa seketika hatinya merasakan getaran aneh tapi El terus saja menyangkalnya yang jelas El merasa nyaman berada disisi Biee.
"Aku mau nanya El, emang bener ya kalian dulu bersahabat, kamu dan Aksa"
Raut wajah El sudah berubah menjadi datar. Padahal El sudah melupakan rasa kesalnya tadi dan sekarang Biee menanyakan hal tersebut El menghela napasnya pelan.
"Iya"
"kenapa kalian saling bermusuhan?''
''something ''
''kok bisa? apalagi aku denger dari temen aku kamu udah bersahabat sedari TK masalahnya ap-''
''udah nggak usah bahas itu lagi, memang penting ya'' tegas El, karena ia tidak menyukai jika ada yang menanyakan masalah itu. Terlihat El sedang menahan emosinya.
''maaf'' ucapnya pelan sambil menunduk, Biee berpikir pasti saat ini El marah karena ia berusaha menanyakan hal tersebut.
El melihat lagi gadis yang saat ini sedang berada di sampingnya, ia merutuki dirinya sendiri. Tidak seharusnya El membuat gadis itu murung. Ah sial!
Jangan lupa tinggalkan jejak disetiap partnya!
Salam,
Sanders13
KAMU SEDANG MEMBACA
Elbiee : Prince Stone✔ (COMPLETED)
Teen Fiction"Awas lo ya! Dasar Batu es, batu nisan, batu kali berjalan!!!" Semua berawal dari permainan truth or dare yang teman-temannya buat, Bianca Khanza Nadira harus menerima tantangan dari teman sekelasnya untuk berfoto bersama dengan laki-laki yang berna...