✔️10. Nggak

269 35 1
                                    

"Nggak, lah. Maksud gue, nyerang orang gitu. Berantem. Orang nggak ada salah diajakin ribut. Digangguin. Kayak pembullyan gitu. Sampai ada yang nggak terima ya jadinya berantem dua pihak. Pukul balas mukul. Tendang balas nendang. Dan anehnya gue ngerasa itu menyenangkan. Gue suka lihat orang lain menderita. Kesakitan. Sampai akhirnya, suatu hari gue dikeroyok dan mengalami koma selama berbulan bulan. Saat gue bangun, hal pertama yang gue lihat adalah pertama kalinya orang tua gue menangis di hadapan gue. Tadinya gue pikir mereka nangis karena gue sudah bangun dari tidur panjang. Ternyata bukan. Mereka nangis karena baru mengetahui kalau selama ini luka luka dan memar yang sering gue dapat itu bukan karena gue sering latihan bela diri di sekolah, tapi karena sering ngajakin ribut orang. Gangguin orang udah kayak preman.

"Mereka kecewa sama gue. Sampai akhirnya, gue dipindahkan ke sekolah ini. Tadinya gue mau dikirim ke Toronto. Tapi gue nolak. Dan ketika gue lihat kasus lo kemarin di jalan sempit itu, dan juga di perpus barusan. Gue jadi sadar. Betapa brengseknya gue dulu." Jeyar menghela napasnya berat. Ia tak lagi melanjutkan kisahnya. Ia tidak mengerti kenapa kisah itu mengalir begitu saja dari mulutnya. Apalagi diperdengarkan pada orang yang baru dikenalnya.

"Setiap orang memiliki masa lalunya masing-masing, kok, Kak. Entah itu buruk, ataupun sebaliknya. Yang penting sekarang Kakak sudah jadi orang yang jauh lebih baik dari sebelumnya." ujar Fayra seraya berdiri membelakangi dinding. Ia menatap ke wajah Jeyar yang masih memandang lurus ke depan. Fayra keliru, mungkin dulu dia memang sedikit lebih tahu tentang Jeyar, tapi tidak sepenuhnya tahu akan bagaimana Jeyar hidup hingga sekarang.

"Ngomong-ngomong, kenapa tadi lo bisa nebaknya gue belok?"

"Kata kakak tadi pernah sinting kayak mereka."

"Gue punya teman cowok. Dia gay. Tapi dia nggak sinting, tuh."

Glek!

Everything is nothing [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang