"Kahar Samudra?" Jeyar mengulangi nama itu sambil mengingat."Dia musuh orangtuamu."
Jeyar merasakan sakit di kepalanya namun masih dapat ia tahan. Sebuah memori masa kecil berputar dalam benaknya. Rumah yang terbakar dan lecutan senjata api.
"Dia yang membunuh Jevan. Kakakmu."
Jeyar menoleh sepenuhnya pada Liliam."Dan Jevan waktu itu adalah tunanganku."
"Jev-Jevan?"
Liliam mengangguk."Tapi kenapa dia membunuhnya?"
"Persaingan bisnis."
"Lalu apa maksud Kak Liam mengatakan ini semua?"
"Kecelakaan orangtuamu di Sydney. Itu kecelakaan yang sudah direncanakan."
__________
"Lo waktu kecil pernah akrab sama Jeyar, kan?" tanya Biru. Kali ini ia dan Fayra berada di dalam mobil Biru. Mereka baru selesai membeli beberapa camilan di warung pinggir jalan.
Fayra mengangguk dua kali.
"Harusnya lo sudah tahu rumahnya dong. Kan rumah yang dia tinggali juga sama."
"Dulu kami nggak pernah main di rumahnya atau pun di rumahku. Kami cuma sering ketemu dan main di jalan besar yang sunyi itu aja."
"Jadi dari dulu jalanan itu sudah sesunyi itu, ya?"
"Iya, Kak. Tapi nggak angker, kok."
_________
"Lo yakin tempat ini yang bakal kita jadiin tempat hunter kita?" tanya Zidan sesaat Zarra menghentikan mobilnya pada sebuah rumah di area perbukitan. Rumah itu terlihat begitu terurus rapi dan bersih, bagaimana bisa Zarra berpikir untuk hunter di tempat itu.
"Gue sudah hampir tiga bulan bolak balik lewat depan ni rumah. Lampunya mati. Nggak ada yang masuk apalagi keluar. Gue yakin banget rumah ini kosong sebenarnya." ujar Zarra yakin.
"Gimana bisa nggak ada orang keluar masuk? Lo lihat sendiri kan rumahnya rapi terus bersih begitu."
"Justru itu gue mau cari tahu. Ni rumah yang rawat siapa."
"Pasti manusia lah,"
"Lo daritadi bantah mulu. Mau ikut apa nggak?" Zarra mulai kesal.
"Iya iya gue ikut, ck."
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is nothing [Completed]
Ficțiune adolescențiAku.. ingin akhir yang bahagia. copyright© ringjump/votavato 2019 All Right Reserved