✔️36. Akhirnya ngaku

115 12 0
                                    

"Lo manusia apa robot, sih, Jey. Nyiram tanaman aja nggak bisa." tegur Biru pada Jeyar yang sedang menyirami tanaman di rumah hijau.

"Aelah, tinggal dikasih air doang. Beres kan." sahut Jeyar dengan gampangnya.

Tak tahan melihat tanah yang becek dalam pot menyiprat kemana mana ---lantaran Jeyar membuat tekanan air lebih deras--- membuat Biru segera meraih tangan Jeyar dari belakang.

"Lo mau buat jalur gaza apa gimana, sih." ucapnya sembari memutar tekanan air pada ujung selang. Biru berucap tepat di atas kepala Jeyar. Ternyata Biru lebih tinggi dari Jeyar.

"Gue ngerasa kayak ada yang lagi main drum." bisiknya.

"Ee.." dengan terburu Jeyar melepaskan posisinya yang seakan dipeluk Biru dari belakang. "G-gue ke kelas duluan, ya." Setelah mengatakan itu Jeyar pergi begitu saja dengan wajahnya yang memerah.

Biru melipat bibirnya kedalam menahan tawa kecilnya sembari menggelengkan kepalanya pelan.

______________

"Bentar lagi bel masuk, kalian mau tetap diam diaman kayak gini? Nil. Dan."
Zidan tidak menyangka kalau Nilo akan kembali lagi.

Mereka tetap saling diam sampai akhirnya bel masuk pun berbunyi.

___________

"Gue sama Fayra." seru Zarra memutuskan lebih dulu sebelum Zidan yang bisa dipastikan akan memilihnya.

Mereka tengah berada di depan sebuah rumah yang akan menjadi lokasi ghost hunter mereka berikutnya sekarang. Beda sama yang disamperin Zarra dan Zidan kemarin. Kali ini mereka pergi lagi karena formasinya kembali lengkap.

Zidan dan Nilo saling pandang.
"Ayolah, kalian berdua tuh udah kek soulmate banget tau nggak? Masa cuman karena soal hati doang kalian pada jadi orang asing begini, sih." keluh Zarra seraya menggaruk alisnya.

"Justru karena soal hati itu yang bisa bikin seseorang berubah, Za." sahut Zidan tanpa menatap siapapun alias membuang muka.

"Gue nggak berubah!" -Nilo.

"Lo berubah." -Zidan.

"Nggak! Gue tetap sama dengan Nilo yang kemarin. Gue yang dulu sama yang sekarang, itu sama." Nilo bersikeras.

"Lantas, apa lo masih suka sama gue?!" tanya Zidan separuh emosi.

Hening. Tidak ada jawaban.

"JAWAB NIL! BILANG KALAU--"

"Iya, gue suka sama lo! Dari dulu! Sampai detik ini! Gue masih suka sama lo! Lo adalah alasan kenapa gue harus pulang, Zidan!"

Gara-gara mereka, rasa takut gue jadi minggat. Batin Fayra yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka.

Everything is nothing [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang