✔️43. Apakah ini akhirnya?

109 11 0
                                    

Setahu Fayra, ayahnya tidak pernah bekerja di pabrik ataupun berususan dengan pabrik. Apalagi pabrik kelapa sawit.

"Ayahmu... Maaf tapi saya harus mengatakan ini. Dialah yang telah mencelakakan orang tua Jeyar." ujar Liliam.

Tiba-tiba lutut Fayra melemas. Ia hampir terjatuh kalau saja Biru tidak refleks memegang tangannya.

"Nggak. Ayahku bukan orang yang seperti itu. Dia bukan orang jahat." Fayra tidak begitu mempercayai apa yang dikatakan Liliam. Tentu saja karena selama ini perlakuan Kahar padanya selalu mencerminkan bahwa ia adalah ayah yang baik.

"Baik. Anggaplah dia sebaik yang kamu pikir. Tapi sebentar lagi kamu akan melihatnya. Siapa sebenarnya ayahmu."

Dor!!

"Jangan lihat!" Biru menarik tangan Fayra untuk tidak berdiri.

Limapuluh meter dari jarak mereka bersembunyi. Kahar dengan bangganya menembak salah satu bawahannya yang dia anggap berkhianat. Melihat korban masih dapat menggerakan tangannya, Kahar menembakan sekali lagi tepat di jantung sehingga orang itu tewas seketika.

Fayra menggigil walah hanya sedikit saja mengintip apa yang terjadi di sana.

"Kita pergi dari sini. Jeyar harus kita temukan sebelum berakhir sama seperti orang itu." ajak Liliam sembari berjalan dengan mengendap. Biru membantu Fayra berjalan dengan perlahan.

_____________

Kulit seputih salju itu kini tak lagi terlihat memukau. Ia justru terlihat sangat memprihatinkan. Ada luka sayatan dibeberapa tangan dan kakinya. Kedua pipinya merah memar karena cukup sering ditampar. Tangannya digantung dengan tali ijuk sehingga meninggalkan jejak yang sangat menyakitkan dipergelangan tangan. Poisinya setengah berlutut. Wajahnya tampak begitu lemas dan pias.

"Jangan terlalu sering memukulnya. Aku tidak mau kalian menghancurkan seratus juta dollar itu." ujar salah satu orang berjas hitam sembari mengembuskan asap dari vaving yang dihirupnya.

Everything is nothing [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang