Setelah mengirim pesan singkat pada Biru, Zarra juga mengirimkan pesan yang sama pada Nilo dan Zidan. Dengan samar, Zarra mendengar suara sesuatu yang seperti dipukul dan jerit yang tertahan. Zarra yakin itu suara Fayra. Ia lalu menyisiri dinding demi dinding untuk mendengar berasal dari mana suara itu. Sampai akhirnya, ia berhenti di sebuah kamar dengan pintu yang hanya bisa dibuka dengan sidik jari. Itu adalah kamar ayah Fayra.
"Kalau Ayah sebenci itu sama mereka, bunuh Fayra juga, Yah!! Ayo, bunuh!!" Zarra membulatkan matanya ketika mendengar suara Fayra yang terdengar sambil menangis.
Sementara itu di dalam sana. Kahar terduduk di sofa dengan napasnya yang tersengal akibat terlalu bersemangat menghajar anaknya sendiri. Tampak di seberangnya, tubuh Fayra sudah dihiasi dengan luka lebam dan memar. Darah di hidungnya terus mengalir, sementara mata kirinya memburam dan merah.
Fayra berteriak minta dibunuh sekalian saja begitu menyadari akan sosok ayahnya yang sudah seperti monster itu. Rasa sakit yang ia dapatkan ink tidak seberapa dibanding orang-orang yang selama ini dihancurkan Kahar dengan menghilangkan keluarganya.
Jeyar. Fayra dapat membayangkan dengan sebetapa hancurnya perasaan Jeyar ketika tahu yang menghilangkan keluarganya adalah ayah dari orang yang dekat dengannya. Sakitnya terlalu sakit.
_________
Meski perasaan Biru khawatir terhadap apa yang terjadi pada Fayra saat ini, namun ia akan lebih sangat khawatir lagi jika Jeyar ia tinggalkan. Apalagi Biru menaruh curiga pada Liliam, perihal yang terjadi pada Jeyar saat ini.
Biru lalu memanggil dua orang karyawan kafenya untuk diminta menjaga sementara ia pergi ke rumah Fayra.
Sesampainya di rumah Fayra, Biru berpapasan dengan Zidan dan Nilo yang baru datang. Suasana diluar rumah ini tampak sunyi dan terkesan tidak ada yang aneh. Lalu tak lama kemudian terdengar sesuatu yang pecah dan dihantam ke tembok. Mendengar itu mereka bertiga lalu lari kedalam.
"FAYRA!! FAYRA!!" Teriak mereka bersamaan lalu berlarian mengitari isi rumah hingga mereka berhenti saat melihat Zarra yang tampak sibuk menggedor gedor pintu dengan sia-sia.
"Fayra ada di dalam. Suara barusan berasal dari dalam. Fayra sama ayahnya." ujar Zarra menjelaskan.
Zidan dan Nilo saling melirik, kemudian mereka berjalan mundur. Zarra dan Biru menjauh dari pintu. Lalu Nilo dan Zidan berlari bersamaan dan menghantamkan tubuh mereka ke pintu hingga pintu itu pun terbuka dengan paksa dan hancur.
"Bocah bocah sialan! Pergi kalian dari sini!" bentak Kahar ketika mendapati pintu kamarnya berhasil terbuka.
Tampak Fayra sudah tak sadarkan diri terduduk di sofa dengan keadaan terikat.
"Hentikan semua ini, Om! Om sudah terlalu jauh hingga membuat anak Om sendiri terluka!" tegur Biru tanpa peduli betapa geramnya Kahar saat ini.
"Kamu---" belum sempat Kahar mencoba untuk menodongkan sebuah pisau, dengan cepat Nilo menendangnya hingga pisau itu terlempar jauh ke ujung ruangan. Belajar dari pengalaman, Nilo tak ingin dikalahkan lagi.
________
Sementara itu di tempat lain, Jeyar telah membuka matanya sepenuhnya. Ia mendapati Liliam yang tengah berbincang di telpon, tampak Liliam tidak menyadari Jeyar telah sadar.
"Dua orang suruhan Biru berada diluar, kita tidak bisa membawanya sekarang. Tunggu saat yang tepat nanti. Aku akan beritahukan secepatnya." ujar Liliam agak sedikit pelan namun masih bisa didengar oleh Jeyar.
"Kak!" panggil Jeyar sesaat Liliam mematikan telponnya. Liliam yang mendengar itu agak sedikit terkejut namun sesaat kemudian ia sudah bisa menguasai diri kembali.
"Syukurlah kamu sudah sadar, Jey. Biru baru saja pergi lagi keluar. Tapi nanti dia akan kembali lagi." ujar Liliam sembari menyodorkan air minum pada Jeyar.
Jeyar menghentikan tangan Liliam yang hendak menyodorkan sedotan ke mulutnya.
"Kamu nggak haus?"
"Apa yang sebenarnya Kakak rencanakan?" tanya Jeyar dengan memicingkan matanya melirik Liliam yang ada di sampingnya.
"Kamu ngomong apa, Jeyar?"
"Jangan pura-pura lagi, Kak."
"Jeyar saya---"
"Aku salah terlalu cepat mempercayai Kakak. Tadinya aku pikir Kak Liam orang baik. Tapi ternyata---- hhhk hhhk."
"Jeyar Jeyar kamu kenapa?!" Liliam seketika panik begitu Jeyar tampak kesulitan untuk bernapas.
Bersambung di Season 2...
*Catatan: cerita ini akan lanjut beroperasi kalau ada yang nunggu kelanjutannya. Tapi kalau gak ada, ya sudah, ceritanya berhenti sampai di sini.
Terima kasih sudah baca :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is nothing [Completed]
Teen FictionAku.. ingin akhir yang bahagia. copyright© ringjump/votavato 2019 All Right Reserved