✔️11. Karena Sepeda

257 28 1
                                    

Glek!

"Ah.... Eng, ma-maaf, aku nggak---"

"Nggak usah minta maaf. Lo nggak salah, kok. Gue kalau jadi lo juga pasti mikirnya gitu. Gue ngerti, ko."

Bel istirahat terdengar samar, tapi tak ada satu pun dari mereka yang beranjak. Tak terasa mereka hampir satu jam di rooftop. Jadi mereka bolos, kah?

Ponsel Fayra berbunyi sekali.

"Dicariin teman lo, kan? Duluan aja. Gue masih mau di sini." ujar Jeyar seraya duduk ke atas dinding pembatas.

"Kakak, nggak ke kelas?" tanya Fayra dengan menyimpan ponselnya kembali.
Jeyar menggeleng sambil merebahkan tubuhnya.

"Ya sudah. Aku pergi dulu, Kak. Hati-hati jatuh."

"Emm."

__________________

Sepulang sekolah ban sepedanya Fayra kempis. Sepeda itu cukup jarang dipakai. Fayra menggunakannya kalau dia mau saja seperti sekarang. Sembari menyeret sepedanya keluar dari parkiran, Zidan dan Nilo lewat berboncengan naik motor.

"Mau nebeng kita nggak, Fay?" tawar Zidan yang duduk di depan.

"Ogah! Ya kali gue mau." sahut Fayra seraya melirik duduk Nilo yang terlalu dekat dengan Zidan.

"Ya sudah. Semangat, ya! Sekalian olahraga." ujar Nilo dan diikuti dengan kepalan tangan kiri oleh Zidan.

"Dia kayak artis korea nggak, sih."
"Cakepnya kelewatan anjir."
"Tapi gue masih heran kok dia betah mukanya pucat gitu. Kasih lipstik kek perona pipi kek apa kek gitu."
"Heh, dia gitu aja udah cantik kali."

Fayra menoleh ke sumber orang yang sedang diomongin. Terlihat Jeyar memakai topi baretnya sambil menaiki skateboard-nya menuruni beberapa undak tangga yang tidak terlalu banyak dengan mudahnya keluar dari koridor.

Tanpa sadar Fayra tersenyum melihatnya.

"Sepedanya kenapa?"

Everything is nothing [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang