Beberapa hari setelah hari itu.
"Nilo kemana, ya, Ra? Kok, beberapa hari ini nggak kelihatan?" tanya Fayra sesaat meletakan tasnya di samping meja.
Belum sempat Zarra menjawab Zidan datang dengan wajah yang tidak seperti biasanya. Ada memar di wajahnya. Tangannya juga diperban.
"Lo kenapa, Dan?" tanya Zarra dan Fayra berbarengan. Sontak mereka berdua mengampiri bangkunya Zidan.
Zidan tidak langsung menjawab, ia mengamati kedua sahabatnya itu dengan tatapan penuh tekanan batin.
"Nilo pergi." jawab Zidan dengan suara parau dan berat.
"Pergi?" -Zarra.
"Maksud lo pindah?" - Fayra.
Zidan mengangguk pelan. Matanya memerah.
Fayra mengusap pelan punggung Zidan. Ia tahu apa yang dirasakan Zidan saat ini.
"Kayaknya ada sesuatu yang nggak gue tahu disini." ucap Zarra sembari menatap bergantian ke Zidan dan Fayra.
"Gue sama Nilo punya perasaan, Ra. Terserah lo kalau mau mukul gue sekarang, teriakin gue, marahin gue, apapun itu. Tapi, asal lo tahu, gue sepenuhnya sadar dengan apa yang gue katakan." Zidan mengakui.
"Hiks!" Zidan yang sedaritadi hanya menunduk menatap kosong menoleh pada Zarra yang tiba-tiba menangis.
"Lo pikir gue bakal sejahat itu?! Lo pikir gue bakal amukin lo?! Kasih lo pencerahan?! Atau rukiyah lo?! Hah?!" ujar Zarra disela - sela tangisnya.
"Gue nggak sesempurna itu buat hakimin lo, Dan. Mau jadi apapun lo, lo tetap sahabat gue. Nggak ada yang berubah. Nggak ada, Dan." Zarra memeluk Zidan sembari mengatakan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is nothing [Completed]
Teen FictionAku.. ingin akhir yang bahagia. copyright© ringjump/votavato 2019 All Right Reserved