Fayra tengah melahap rotinya ketika Kahar terburu buru berangkat ke kantor meski dihari libur. Fayra tidak merasa heran akan hal itu, ayahnya memang sering sibuk setiap harinya. Namun, Kahar masih dapat meluangkan waktunya mengurus Fayra, contohnya dalam hal kecil seperti menyempatkan waktu membuatkan sarapan untuk putri kesayangannya.
Drtt! Drrtt!!
Jeyar disana nggak?
Isi pesan dari Biru.
Fayra mengerutkan dahinya mendapati isi pesan itu.
Ia lalu membalasnya.Nggak ada. Ada apa, Kak?
Jeyar ilang.
______
Fayra dan Biru kini berada disatu mobil yang sama menyusul lokasi yang diberikan Liam. Lokasi itu terletak tidak jauh dari pemukiman para pemulung.
Biru memarkirkan mobilnya di jalan besar karena tak dapat masuk ke dalam lantaran jalannya yang hanya setapak. Mereka lalu turun dan memperhatikan sekitar sebelum akhirnya masuk ke jalan setapak itu. Suasana di area itu terlalu sunyi. Bau sampah cukup menguar, untung Biru sudah menyiapkan masker untuk keduanya sebelum turun. Biru mengecek ponselnya lagi memastikan di mana posisi Liliam berada.
Mereka terus menyusuri jalan itu sampai akhirnya bertemu di area pembuangan limbah pabrik kelapa sawit. Liam sudah ada di sana bersembunyi di belakang tumpukan serabut yang menggunung.
Sesungguhnya, Fayra sedikit heran dengan Liliam yang bisa tahu di mana Jeyar berada.
"Bagaimana, Kak? Jeyar dimana?" bisik Biru.
Liliam menggeleng.
"Jeyar tidak ada di sini."Fayra menatap intens pada muka Liam. Ia merasa sedikit familier dengan wajah itu.
"Lalu kenapa Kakak di sini?" tanya Biru lagi.
"Aku mengikuti pelacak dari jam tangannya, dan berakhir di sini."
"Ayah?!" seru Fayra tercekat melihat Kahar keluar dari salah satu gudang pabrik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is nothing [Completed]
Teen FictionAku.. ingin akhir yang bahagia. copyright© ringjump/votavato 2019 All Right Reserved