Jeyar sudah ditangani oleh dokter. Dia hanya syok. Sekarang dia sudah baik-baik saja. Namun tetap saja, dia tidak terlihat sedih atau menangis sama sekali.
"Jey?" panggil Biru diikuti Liliam yang ikut masuk.
"Bagaimana dengan pemakaman mereka, Kak?" tanya Jeyar dengan wajah yang datar. Namun dari mata itu, Biru bisa melihat ada luka yang ditekankan untuk tidak membuncah.
"Tuan Nathan mengurusnya di sana. Jadi jasad mereka tidak akan diterbangkan kemari." Jeyar hanya mengangguk mendengarkan. Tuan Nathan adalah kakek atau ayah dari Rafa.
"Gue nggak setangguh yang lo lihat, kok, Ru." ujar Jeyar memperlihatkan senyum pahitnya.
"Lo bikin gue takut, Jey." ujarnya dengan mengusap pelan pundak kiri Jeyar.
__________
Rasanya masih terlalu dini untuk mendapati kehilangan. Rasanya baru kemarin Jeyar dimarahi oleh Rafa untuk tidak berantem lagi atau Kara yang rutin membuatkannya segelas susu coklat setiap malam untuk Jeyar. Rasanya juga baru kemarin Jeyar terbangun dari koma dan melihat bagaimana pertama kalinya ia mendapati kedua orangtuanya menangis melihatnya sadar. Rasanya baru kemarin Jeyar mendapatkan skateboard baru dari Kara sebagai hadiah ulang tahunnya. Rasanya semuanya masih terasa baru kemarin Jeyar rasakan.
Kini, Jeyar seakan seperti berada di dunia yang baru. Dunia yang asing. Dunia yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
"Jeyar." Jeyar menoleh ke belakang ketika mendapati sosok Biru yang berjalan mendekat ke arahnya. Sudah seminggu sejak kepergian orangtuanya Jeyar tidak masuk sekolah. Biru selalu datang berkunjung saat pulang sekolah hingga malam ia baru pulang. Liliam masih tinggal bersama Jeyar. Disamping ia khawatir dengan keadaan Jeyar, itu juga dikarenakan Liliam hanya hidup sendirian dan sudah berjanji untuk mengabdikan hidupnya pada keluarga Rafa.
"Makasih, ya, Ru. Lo selalu datang nemenin gue."
"Hmm. Eh, nih gue bawain makanan kesukaan lo. Mau dimakan langsung atau nanti aja?"
"Makan langsung aja. Gue laper."
"Gitu, dong. Makan. Nih." Biru bersemangat mengeluarkan semua bungkus makanan yang tadi dia bawakan. Liliam memperhatikan mereka dari balik pembatas ruang tengah dan ruang makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Everything is nothing [Completed]
Fiksi RemajaAku.. ingin akhir yang bahagia. copyright© ringjump/votavato 2019 All Right Reserved