✔️14. Terciduk

236 24 1
                                    

"Jeyar, kalau kamu nolong orang, jangan biarkan tubuh kamu cuma jadi tamengnya tanpa perlawanan. Kamu juga harus melawan. Jangan diam saja." ujar Kara dengan menatap dalam pada anak semata wayangnya.

"Tapikan, papa bilang..."

"Papa sama mama minta kamu berhenti berantem itu buat jauhin kamu dari masalah, Jeyar. Tapi kalau dalam posisinya kamu lagi nolong orang, jangan diam saja saat tubuh kamu jadi sasaran. Nolong orang boleh. Tapi jangan biarkan orang lain berbuat sesuka hatinya dengan tubuh kamu yang dijadikan tameng itu. Tapi, omong-omong, memangnya kamu sudah kenal sama anak yang kamu tolong itu?"

"Dia adik kelas Jeyar di sekolah sekarang, Ma." sahut Jeyar pelan.

Kara mengusap pelan pundak Jeyar. "Lain kali jangan seperti ini lagi, ya?"

Jeyar mendongak menatap kedua mata teduh itu. Seraya mengangguk lalu memeluk mamanya erat.

"Ma." panggil Jeyar selagi mereka masih dalam posisi berpelukan.

"Kenapa sayang?" tanya Kara merenggangkan sedikit pelukannya.

"Bikin sate belalang, yuk!" ajaknya.

"Emang belalang kamu udah banyak?"

"Banyak. Tuh!" tunjuk Jeyar pada kandang seluas 1 kali 2 meter yang terletak dipojok kanan balkon.

"Panggil papa sekarang."

"Siap, Boss! Muah!" sahut Jeyar sambil mengecup sekilas pipi Kara sebelum berlari keluar kamarnya mencari sosok sang ayah.

_____________

"Fayra?! Nak! Fayra!" panggil Kahar sesaat baru datang dari membeli nasi goreng kesukaannya dengan Fayra.

Fayra yang sedang berada di ruang musik kedap suara itu tidak dapat menyahut. Namun, karena Kahar sudah tahu akan bagaimana kebiasaan sang anak, Kahar pun bergegas mendatangi Fayra ke ruangannya.

"Eh, Ayah. Udah pulang?" tanya Fayra sembari meletakkan ponselnya.

Kahar mengangguk. "Ayo, makan dulu!"

Skip.

Mereka sedang di meja makan sekarang.

"Fay?" panggil ayah sambil mengunyah.

"Hm?

"Teman kamu yang cowok itu... gay, ya?"

Fayra tidak langsung batuk tersedak seperti disinetron, atau melongo saat mendengar pertanyaan tidak terduga itu. Ia hanya menggedikan bahu pertanda tidak tahu. Lantas meminum jus apel kesukaannya.

"Tadi ayah lihat mereka pelukan di taman."

Barulah Fayra tersedak seakan ia baru saja minum lewat hidung.

Everything is nothing [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang